PART 12 : Pacar

949 109 2
                                    

"Apa? Kayaknya kamu cuman salah paham aja deh, apa yang kamu bilang gak seperti dengan kenyataannya." Aku mencoba menjelaskan kejadian yang sebenarnya agar Salsa tidak salah paham lagi.

"Apa kamu bilang? Salah paham? Jelas-jelas aku-" perkataan Salsa barusan terputus karena bunyi handphonenya membuat Ia segera merogoh tasnya.

Setelah beberapa detik Salsa berurusan dengan ponselnya, cewek itu menghentakkan kaki kesal.

"Aku dipanggil sama Papa aku, selamat kamu kali ini Nindy. Tunggu aja, aku bakal buat pembalasan setelah ini. Dan ...," Salsa menggantungkan ucapannya.

"Dan kalo kamu bener-bener nekad deketin Aldo lagi, aku beneran ngelakuin sesuatu hal yang gak pernah kamu bayangin sebelumnya." Salsa kemudian menarik tanganku secara kasar keluar dari kamar Aldo.

***

Hari ini adalah pagi yang cukup cerah, siulan burung juga saling bersahutan di area rumah Budhe dengan indahnya.

Bertepatan hari ke empat aku di Jakarta, aku menjalani rutinitas baru sebagai Siswa SMA Bina Bakti kembali hari ini. Salah satunya menunggu Aldo bersiap ke sekolah. Seperti sekarang ini yang tengah memasang separunya dengan santai.

"Kenapa lo? Kok mukanya kaya ikan?" tanya Aldo sembari memasang converse hitamnya.

"Hah? Ikan?"

"Iya, muka lo persis kaya ikan pagi-pagi gini udah cemberut aja," ujarnya lagi yang tatapannya belum beralih dari kaki.

"Enggak kok, mungkin keliatan cemberut karena masih pegal dikit," jawabku tersenyum.

"Siapa?

"Aku," jawabku lagi.

"Yang nanya?" ledek Aldo sembari tertawa, lalu mengacak rambutku. Sabarrrr...

Kami menuju kesekolah dengan motor maticnya Aldo dan seperti biasa tatapan antusias hanya melekat ke arahnya.

Saat memarkirkan motor, strategi dia untuk menghindar dari penggemar SMP-nya bukan lagi menghilang ataupun kabur, kini Aldo harus berjalan mengendap-ngendap dan berlindung dibelakang tubuhku yang mungil ini. Sangat menyebalkan bukan? Apakah ini akan berlaku setiap hari?

Untuk ke sekolah kami selalu sampai tepat Jam tujuh pagi setiap harinya. Lalu setiap hari itu juga pemandangan murid-murid gold class sudah kelihatan sibuk membersihkan laci mejanya masing-masing karena berisi banyak hadiah dari para penggemar, mulai dari kotak makanan, coklat, bunga dan lain-lain.

Ya, Semua murid kelas ini setiap pagi mendapat hadiah dari masing-masing lacinya layaknya kelas ini ajaib, tentu saja hadiah-hadiah ini dari para penggemar. Terkecuali mejaku yang hanya berisikan hampa dan kosong seperti hatiku saat ini.

Aku mendudukkan tubuhku di samping kursi Aldo, lalu Ia mengodeku dengan dagunya agar membersihkan kotak-kotak makanan yang sudah menggunung dalam lacinya.

Tentu saja aku dengan senang hati melakukan itu. Sama sekali tidak keberatan karena satu keuntungan duduk sebangku dengan Aldo adalah Ia tidak tanggung-tanggung mengikhlaskan kue Cokelat yang memenuhi kolong mejanya itu masuk ke perutku semua.Mungkin jika fansnya Aldo tahu kalau aku yang memakan semua cokelat milik Aldo pasti aku dikeroyok. Tapi daripada Aldo membuangnya dengan sia-sia, lebih baik aku makan. Iya 'kan?

Cause I Meet You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang