MOHON BIJAK DALAM MEMBACA
INGAT BAIKNYA, LUPAKAN BURUKNYA^^"Nindy, Aldo, Inem. Sini Nak, ada keripik pisang. Yuk makan sama-sama." Setelah kegiatan cuci piring selesai, aku bersegera menuju ruang keluarga memenuhi panggilan Budhe.
Dengan pelan, aku pun duduk di samping Inem, yang menatapku dengan tatapan biasanya.
"Lah, makan keripik pisang buat apa sih Budhe?" Inem membuka suara. "Kok seleranya gini amat? Harusnya tuh kita ngemil pizza, pancake, puding. Bukan kek makanan kampung gini! Kalo ginian mah, bapaknya Inem juga bisa beli."
Budhe lantas tersenyum. "Udah sering beli makanan yang kamu sebutkan tadi kok. Tapi mubazir aja. Orang rumah pada gak suka makannya. Aldo sama Papanya malahan suka makanan pinggiran kek gini," ucap beliau.
Inem berdecak pelan. "Iya Budhe. Cuman Inem kan ...,"
Gadis itu tidak melanjutkan kalimatnya. Kulihat ekpresinya berubah ketika kedua matanya menangkap sosok Aldo tengah berjalan menuruni tangga.
Cowok yang terkenal dengan gaya casualnya itu ternyata masih asik bermain game sembari berjalan mendekati kami. Aku malah fokus pada kakinya yang begitu mahir berjalan di tangga sementara matanya fokus ke layar. Kejengkang baru tahu rasa anak itu.
"Mas Aldo! Sini duduk bareng Inem," seru Inem. Ia menepuk-nepuk tempat di sampingnya.
Cowok itu tidak mendengarkan. Dia lalu duduk di atas lantai dengan posisi kaki bersila dan dagu yang ditumpukkan di paha Mamanya sembari menekan-nekan layar itu dengan semangat.
"Apaan ma?" tanya Aldo.
"Itu Hp lepasin dulu," titah Budhe.
"Bentar," jawabnya.
Budhe menghela napas melihat tingkah laku Aldo yang begitu fokus dengan dunia peperangan dalam aplikasi game di ponsel.
"Oh iya, Inem kamu mau sekolah di mana? nanti Budhe cariin," ucap Budhe, memasukkan keripik pisang ke dalam mulutnya.
"Em .... Inem mau sekolah bareng Aldo aja,"
"Sampe Mpok Tuti dateng bawa suaminya, gue ogah," ucap Aldo dengan volume kecil yang mungkin hanya didengar oleh telingaku.
"Bareng Aldo? Di SMA Bina Bakti?"
"Iya Budhe,"
"Tapi kalau kamu masuk ke sekolah itu, Budhe sarankan sekolah lain aja ya, akhir-akhir ini kepala sekolah sedang jual mahal!"
"Ih Budhe, pokoknya harus di SMA Bina Bakti!"
Inem mulai merengek, menunjukkan suara khasnya yang dapat memekakkan telinga. Ingin rasanya aku segera hengkang dari tempat jika bukan Budhe yang memanggil.
"Nem, suara kamu bisa gak, dikecilkan sedikit?" akhirnya aku berani membuka suara yang dianggap angin lalu olehnya.
"Budhe, Inem mohon. Usahain ya? Berapa pun, Inem bayar kok," ucap Inem. Ia menyatukan kedua tangannya, menunjukkan puppy eyesnya yang entah apakah bisa meluluhkan hati Budhe.
"Kenapa harus sekolah itu sih Nak?"
"Karena tujuan aku kesini masuk sekolah itu. aku mau masuk di kelas elit, kelas apa namanya?" tanya Inem. Gadis itu pun mencoel lututku.
"Kelas bego." Itu suara Aldo.
"Gold Class, Nem." Yang ini suaraku, membuat Inem menganggukkan kepalanya.
"Nah, itu Budhe. Aku juga tertarik pengen pakai Almamater, kan kaya di Drama-drama gitu."
"Yaudah deh, Budhe usahain. Tapi sekali lagi Budhe gak bisa bantu biaya sekolahmu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause I Meet You [TAMAT]
Genç Kurgu"Gimana rasanya satu rumah bareng Most Wanted Aneh Bin nyebelin?" KARENA AKU BERTEMU KAMU, AKU MENCINTAIMU- Nindy Septiana. Sang pemeran utama dalam kisah ini. Maka biarkanlah dirimu masuk ke dunia ini, perlahan mengikuti dan merasakan bagaimana per...