PART 40 : KECEWA

637 89 30
                                    

MOHON BIJAK DALAM MEMBACA
INGAT BAIKNYA, LUPAKAN BURUKNYA^^
***

Pov 3

Berlari menaiki tangga, mencari keberadaan ruang kepala sekolah. Pintunya terbuka begitu saja, membuat Nindy tak tanggung-tanggung memasuki ruang itu dengan napas yang menggebu-gebu.

"Tidakkah cukup, membuat para siswa anda menderita karena itu?! Apa perlu anda membiarkan mereka mati dan menutupi penyebab dari itu semua?! Saya tahu cctv di ruang Audy tidak rusak, mengapa anda tidak bertindak saat itu juga?! Demi apapun, saya jijik melihat pendidik di sekolah ini!"

Pria berumur sekitar 60-tahunan itu membalikkan badannya ke belakang, menghirup minuman hangat dari gelas berwarna emasnya dengan santai, tidak terkejut sama sekali seolah tahu jika Nindy akan datang.

"Jika saja anda tidak melarang pegawai anda untuk menyelamatkan Audy. Dia pasti masih hidup," ujar Nindy lirih. Aura kejamnya terpancar kuat namun tidak membuatnya menciut hanya karena baru pertama kali berhadapan dengan Kepala sekolah itu.

"Wah, ada apa ini saya didatangi dengan artis dadakan internet." Kepala sekolah tersenyum. "Kejadiannya sudah berlalu, Nindy Septiana. Kalian membuang waktu saja memikirkan orang yang mati dan tidak belajar."

Nindy menggeleng tidak percaya. "Di keadaan seperti ini, anda masih saja memikirkan belajar?" tanya Nindy lirih.

"Ya terus? Sebentar lagi ujian nasional akan dilaksanakan. Kenapa kamu malah mendatangi saya, lalu membicarakan hal tidak penting?"

"Hal tidak penting anda bilang?! Salah satu murid gold class meninggal baru-baru ini! Anda benar-benar keterlaluan. Anda tidak pantas menjadi kepala sekolah!"

"Berani-beraninya kamu ...!"

"Saya kesini cuman minta Anda untuk tidak menutupi segala kebusukan sekolah ini. Berikan penjelasan untuk semua, dan berikan kemudahan untuk pihak kepolisian mencari tahu!"

"Harusnya kamu bersyukur salah satu murid pintar itu meninggal! Dengan begitu kamu lebih mudah mengalahkan anak gold class lainnya! Kamu lupa kalau kalian saat ini bersaing?"

"Benar-benar bejat!"

"Saya memang membiarkan Audy melakukan percobaan bunuh diri itu. Lalu kenapa? Mengapa kamu menyalahkan saya? Jelas-jelas Audy lah yang memilih jalannya sendiri. Dia sudah merasa tidak berguna sejak Mamanya menendangnya dari rumah."

"Saya tidak akan membiarkan orang seperti kalian terus-terusan berkeliaran."

"Saya minta kamu untuk tidak ikut campur, atau nilai kamu bisa saja saya manipulasi."

"SILAHKAN, SAYA TIDAK PEDULI!" Teriak Nindy. "Asal bapak tahu, meskipun nilai saya diturunkan saya akan lebih gencar untuk melapor kebusukan bapak. Oh, satu lagi saya mau keluar dari sekolah ini."

Nindy membalikkan badannya, hendak membuka pintu besi itu, tetapi saat ia mulai menarik knopnya tidak menghasilkan apa-apa. Pintunya terkunci secara otomatis.

"Siapa yang mengajarimu untuk berbuat kurang ajar pada saya? Bahkan ayahmu dulu tidak seperti ini."

Mendengar kata 'ayah' Nindy mengurungkan niatnya. Ia kembali menoleh pada kepala sekolah.

"Seberapa banyak anda tahu tentang saya?" tanya Nindy.

"Semuanya saya tahu. Mulai dari mana kamu berada." Nindy mengernyitkan dahi. "Jika saya bisa berbuat itu, maka dengan mudahnya saya bisa memusnahkan kedua orang tua yang selama ini mengasuh kamu." Tangan kanan Nindy mengepal kuat marah. Kepala sekolah ternyata tahu semua tentang kehidupannya.

Cause I Meet You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang