PART 35 : Dokter Yang Ramah

635 88 14
                                    

Aku berjalan menelusuri koridor sekolah bersama Aldo menuju parkiran untuk bersegera pulang. Satu tanganku memegang buku dan fokus membacanya, dan tangan kiriku yang senantiasa berpegangan dengan Aldo.

"Etdah. Ini Hp kenapa lagi," kata Aldo. Cowok itu sibuk mengutak ngatik Hpnya.

"Kenapa, Al?"

"Enggak tau, mungkin ini pertanda Mpok Tuti udah ketemu sama suaminya!" Panik Aldo mengada-ngada dan aku pun dengan polosnya kaget akan hal itu.

"Hah? Mpok Tuti? Kenapa kamu tahu?"

"Atau mungkin Mpok Tuti mau balik ke Jakarta lagi bareng Beta, gawat! Gawat sumpah." Aldo memegang kepalanya pura-pura cemas membuatku berdecih dibuatnya.

"Apaan sih orang udah kaget juga, jangan bercanda mulu dong."

"Gue khawatir, kalo Mpok Tuti udah capek nyari suaminya, terus hubungin gue buat bantu dia,"

"Ya ampun, Aldo!"

"Gimana, Ndy? Lo setuju gak gue ke laut? Kalo gue jadi item gimana? Lo masih mau dekat 'kan sama gue?"

BUGH ...!

Di tengah percakapanku bersama Aldo, tiba-tiba seorang Ipul menghantam punggung Aldo, membuat Aldo langsung tersingkirkan ke samping. Seperti yang dikatakan Audy, Ipul jika berjalan pasti main nyelonong saja. Tatapannya memang tidak pernah lepas dari buku, kapanpun dan di manapun, termasuk saat berjalan begini.

"Aduh, Badan Aldo, Mpok. Remuk!" Teriak Aldo, sembari memegang bahunya kesakitan.

"Siapa tuh?" Aldo mengedarkan pandangannya. "Mau kemana lo, bocah sableng?!" Dengan cekatan Aldo mencekal kerah baju Ipul yang sedang berjalan, di depan kami tanpa rasa bersalah.

"Woy! Ada apa?" memberontak Ipul dengan ekspresi polosnya.

"Sini gue bisikin!" Ucap Aldo, "KALO JALAN JANGAN PAKE DENGKUL!!" Teriak Aldo yang membuat Ipul mendadak loncat karena terkejut.

"Masih mau lagi lo?"

"Enggak, enggak, Maaf!" Ucap Ipul dan segera berlari.

"Hadeuh! Ntuh anak, pengen remukin tulang gue kali ya! Sengaja banget kayanya," ucap Aldo. Ia meremas punggungnya.

Aku berdecak tidak suka. Mood baikku untuk membaca hilang begitu saja, akibat keributan singkat itu tadi. Entah mengapa Aldo sangat susah diberitahu untuk diam saja dan tidak usah terlalu menganggap masalah, pada kejadian seperti ini contohnya. Ya, bukan Aldo namanya jika tidak membuat keanehan.

"Ndy, tunggu! Main tinggalin aja sih," teriak Aldo. Ia berlari menyusulku.

"Apa?" tanyaku tetap berjalan.

"Anterin gue ke bengkel yuk."

"Buat apa?"

"Benerin HP!"

"Sekalian aja, yuk ke Loundri! Supaya Hp itu di cuci supaya gak heng, dan sekalian aja kamu juga."

"Hah? Emang bisa ya? Oke deh, ayo!"

Aldo kembali meraih tanganku dan menariknya berlari, membuatku memutar bola mata malas.

"Aldo! Benerin Hp itu ke konter!" Teriakku.

"KONTER? Konter apaan?"

"Tempat benerin otak!"

"Oh ya?"

"Tempat benerin Hp Al!"

"Oooooooooohhhhhhhhhhhh!" Aldo kembali memulai sikap menyebalkannya. "Konter itu tempat benerin HP yaaaaa? Gue kira tempat orang nyanyi di panggung! Beneran? Lo tau darimana?"

Cause I Meet You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang