"Sabar. Kalo jodoh mah pasti gak akan kemana," ucapku menepuk bahunya peduli. Namun dia malah meringis.
"Sakit tau,"
"Eh? Aduh maafin ya. Aku nyesel." Aku melipat bibir, merasa bersalah karena sudah membuat bahunya terluka.
Aldo tersenyum kecil. "Gak apa-apa," ucapnya dengan tatapan lembutnya, yang membuatku langsung mengalihkan perhatian.
Sedari tadi aku mencoba merilekskan pikiran, sesekali memainkan percikan air di depanku namun tak kunjung jua memadamkan hawa panas di pipiku.
Ah! Bagaimana ini? Saking kerasnya jantung ini memompa, aku yakin bahwa Aldo mendengarnya. Ah itu sungguh memalukan!
Tunggu! Tapi mengapa aku harus malu? Apakah aku gila jika orang lain mendengar degupan jantungku lalu aku merasa malu?
Ah serasa aku ingin mengacak rambutku sekarang!
Aku tertegun ketika otak ini mulai memberi rasa. Perasaan yang nyaman, perasaan baru, perasaan yang terus memutar-mutar wajah Aldo dan sanggup membuatku tersenyum seketika.Aku tersenyum karenanya? Memangnya ada apa dengan anak aneh itu? Padahal yang Ia lakukan sedari tadi hanya mencabuti rumput sambil sesekali menggumam nama Salsa karena pikiran beratnya itu, sedangkan aku yang sedang memainkan air.
Entah mengapa, aku juga tidak tahu bahwa pikiran ini menyimpulkan bahwa ...
"Lo suka sama gue?"
JEDAR ...!
Aku tersentak hebat, lalu jatuh telentang ketika kakiku malah terpeleset. Saat dia berniat membantuku, aku mengangkat tangan lalu berusaha ke posisi semula.
Aku melihat kakiku yang membiru, namun tak ada rasa sakit sedikitpun, karena aku masih shock mendengar pertanyaannya tadi.
Bagaimana dia bisa tahu apa yang aku rasakan saat ini? Apa dia seorang cenayang?
"A-apa? Kenapa? Gi-mana?" tanyaku gugup.
"Lo suka sama gu-"
"Enggak! Apaan sih nanya-nanya kek gitu! Apaan sih, ih gak jelas banget." Aku mengalihkan tatapanku. "Apaan coba."
Sejenak aku menatapnya lagi, terlihat Ia dengan wajahnya menatapku dengan heran. Aku merutuki sikap anehku dalam hati.
"Kok tanggapan lo gitu? Gue kan cuman nanya doang." Aldo menggidikkan bahu, lalu mengeluarkan handphonenya.
"Suka-suka," jawabku.
"Iya suka-suka lo. Lo kan sukanya sama Arvin, bisa mandi kembang tujuh rupa gue kalo lo bilang suka sama gue," ucap Aldo tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel. Ia malah menyandarkan badan besarnya ke pohon di belakangnya.
Aku meneguk ludah susah payah, saat dia berkata seperti itu. Apakah dia tidak suka dengan perubahan sikapku tadi?
"Maaf." Kata yang tidak sengaja dilontarkan oleh mulutku membuat Aldo mengangkat kepalanya."Sini deh," ucap Aldo sembari melambaikan tangan mengodeku untuk mendekat.
Aku menggeser tubuhku lebih mendekat ke arahnya. "Hm?" aku menautkan dahi.
"Lo salah makan apa gimana? Lo kenapa minta maaf sama gue?"
Karena aku takut kamu kecewa.
Merasa Aldo hanya biasa saja menanggapi perkataanku, aku hanya diam tidak ingin menjawab pertanyaannya, sembari menatap layar benda pipih mahal di tangan kekar itu. Mengabaikan pertanyaannya, kepalaku malah mendekat ke benda itu.
"HP kamu bagus. Harganya berapa?" Aku menunjuk ponsel itu, lalu menoleh ke arahnya.
"Twenty six million," jawab Aldo membuatku terperangah sekejap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause I Meet You [TAMAT]
Teen Fiction"Gimana rasanya satu rumah bareng Most Wanted Aneh Bin nyebelin?" KARENA AKU BERTEMU KAMU, AKU MENCINTAIMU- Nindy Septiana. Sang pemeran utama dalam kisah ini. Maka biarkanlah dirimu masuk ke dunia ini, perlahan mengikuti dan merasakan bagaimana per...