PART 31 : Hadiah Kedua Dari Aldo

717 79 6
                                    

MOHON BIJAK DALAM MEMBACA
INGAT BAIKNYA, LUPAKAN BURUKNYA^^
***

"Nindy, besok ajarin aku kimia ya? Yang materi di bab 5. Pasti kamu bisa 'kan? Soalnya Ipul lagi ekskul basket, hueee...."

"Ah, tenang aja itu mah. Besok ya?"

"Iya!"

"Siap komandan!"

"Oke, siap juga ibu guru! Dadah!"

Aku melambaikan tangan ketika Audy mulai melajukan mobilnya. Meninggalkanku yang tengah berdiri tepat di pintu gerbang rumah tempatku berpulang setiap hari.

Menghela napas, aku berbalik ke belakang menatap rumah besar dan megah ini. Ada rasa yang menyuruhku untuk segera masuk ke dalam, mencari sang penghuni nakal, dan berminta maaf padanya. Dia, Marsheen Raynaldo. Cowok nakal dan menyebalkan namun sayangnya dia sangat tampan dan mampu membuatku tersenyum tidak jelas.

Entah apa yang ia lakukan saat ini, semoga ketika aku berminta maaf nanti dia tidak akan marah dan tentu saja menerimanya. Meskipun aku tidak sepenuhnya yakin.

Sembari melangkah, tak henti-hentinya mulutku berkomat-kamit. Mencari kalimat yang tepat untuk dilayangkan padanya. Kalimat yang tidak akan membuatnya tersinggung.

Derap langkahku menuju tangga terdengar horor bersamaan degup jantung yang tidak karuan. Hingga selangkah lagi aku benar-benar akan sampai di lantai dua tempat kamarku dan Aldo berdampingan.

Aku mengetuk pintu Aldo pelan. Menunggu beberapa saat untuk terbuka, namun tak kunjung juga Aldo menjawabnya. Menghela napas pelan, aku menunduk. Sudahlah, mungkin Aldo sedang tidak ingin diganggu. Untuk saat ini lebih baik aku ke kamar saja.

Menoleh hendak ke kamar, tiba-tiba sebuah jari mengetuk bahuku, membuatku terkejut, lalu menengok ke belakang.

"TADAAAA!!!"

Siapa sangka? Wajah tampan berotak aneh ini, seketika menyegarkan penglihatanku. Ada rasa lega ketika Aldo sudah terlihat dalam kenyataan, bukan dalam bayangan. Tidak kupungkiri aku sudah merindukannya.

Sesaat aku tertegun, namun terhenti ketika melihat sesuatu di tangannya. Sebenarnya apa yang seharian dilakukan oleh dia? Hmm...

"Apa ini?" tanyaku.

"Nindy gak liat?" Aldo tersenyum memancarkan ketampanannya berjuta-juta kali lipat dari sebelumnya. "Ini Kucing!" Katanya antusias.

Aku menaikkan satu alisku. Kalau dilihat-lihat, Aldo tidak marah kok. Dia malah tersenyum seperti layaknya hari ini adalah kemerdekaannya. Karena iseng aku segera mengubah ekspresiku menjadi dingin, ingin melihat reaksi Aldo selanjutnya.

"Gue nemu di dekat comberan, di selokan, belakang rumah!" Teriak Aldo. Nampak antusias sekali sudah bermain di tempat itu.

"Oh ya?" Aku meraih kucing berukuran besar itu dari tangannya. Sungguh, kucing menggemaskan ini sangat berat saat ku gendong.

"Hu'um, Nindy gak marah lagi 'kan?"
"Nindy jangan marah lagi!"
"Nindy, itu kucing gue ambil susah tau!"

Aldo mengerucutkan bibirnya lucu. Memegang tanganku sembari melompat-lompat hingga poninya terlihat bergerak-gerak ke atas. Dalam hati aku tergelak melihat tingkah Aldo hari ini. Sebegitunya Ia ingin berbicara denganku. Untung saja ia tidak terlalu memerhatikan pipiku yang perlahan mulai bersemu.

Niatku untuk berminta maaf seketika urung karena melihat Aldo ternyata tidak marah padaku, namun berganti dengan rasa gemas. Ingin rasanya mencubit anak ini habis-habisan, tapi ah! Tidak boleh!

Cause I Meet You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang