PART 32 : Kenormalan

564 80 11
                                    

MOHON BIJAK DALAM
MEMBACA, INGAT BAIKNYA,
LUPAKAN BURUKNYA^^
***

Aldo mengerjap lalu menggeleng menyadarkan dirinya. Ia lalu berdiri sembari memegang tanganku.

"Lah, mau kemana?" tanyaku.

"Katanya lo sakit perut, ayo beli minuman pereda."

Aku mengangguk saja lalu mengikuti langkah kaki Aldo menuju luar kelas. Di sepanjang perjalanan, rasa sakit itu kian mengganggu, membuatku ingin mengumpat saja rasanya.

Aldo berhenti melangkah. "Lo bisa nunggu gue di taman belakang, sana gih," ucap Aldo. Ia melepaskan tangannya, lalu pergi begitu saja.

Dengan segera aku mengikuti perintahnya. Berjalan menuju taman belakang dan duduk untuk menunggu kedatangannya. Langkahku seketika terhenti, ketika melihat di sebuah salah satu kursi terdapat sepasang pria dan wanita melakukan hal yang tidak senonoh untuk anak sekolah seperti kami.

Mereka akhirnya menghentikan kegiatan ciumannya setelah melihatku, kemudian cepat-cepat berdiri dan menunduk entah kenapa. Kulihat pin namanya, membuatku sedikit terkejut. Ternyata murid kelas X. Mereka lalu berlari menuju kami.

"Maaf kak. Kami khilaf. Tolong jangan lapor ke komite sekolah, saya takut dimarahin Papa." Gadis itu menyatukan kedua tangannya memohon padaku.

"Aku gak punya urusan buat laporin kalian. Yang melakukan itu kalian dan yang menanggung akibatnya juga kalian sendiri." Aku melanjutkan langkahku namun dicekal olehnya.

"Kakak beneran gak bakal laporin aku 'kan? Anak gold class yang melaporkan tindak melanggar kan bisa mendapat nilai."

Aku tersenyum. "Meskipun dengan cara itu boleh, tapi tanpa itupun nilaiku akan tetap seratus kok. Atau apakah kalian memang ingin aku laporkan? Boleh jika itu maumu."

"Nggak kak!"

"Tapi kalian beruntung hanya dilihat sama aku. Lain kali kalau sudah tahu itu tindakan tidak baik, plis jangan lakukan lagi. Mataku yang jadi korbannya, mengerti?"

Aku segera melenggang dari hadapan mereka. Tidak henti-hentinya berpikir bahwa ternyata anak SMA Bina Bakti yang terkenal sempurna ini, juga melakukan pelanggaran di tempat umum. Tapi sudahlah, toh mereka bukan urusanku.

Setelah tiga puluh menit menunggu sendirian, akhirnya Aldo datang juga. Ia berlari ke arahku dengan peluh membasahi wajahnya. Membawa sebuah botol dan beberapa snack tentunya.

"Sorry gue telat." Aldo segera membukakan tutup botolnya. "Lo nunggu lama ya? Perut lo baik-baik aja? Gak putus kan?" tanya Aldo cemas, ia lalu membantuku meminum cairan itu.

"Hmpp..." Aku mengusap mulutku. "Gak usah buru-buru dong."

"Gue tadi ngantri asal lo tau."

Aldo berkacak pinggang, menetralisir alur pernapasannya yang memburu, sesekali ia mengusap cucuran keringat di dahinya. Sekilas aku tersenyum, melihat wajah itu memerah sebab mungkin terlalu cemas padaku.

Aku berdiri lalu mendekatinya. Mengangkat tanganku dan mulai mengusap dahinya, membuat Aldo terdiam.

"Makasih Al," ucapku tersenyum. Aldo hanya berdehem saja, di saat tatapan kami bertemu.

Tatapan dari mata setengah sipitnya, tak berkedip menampakkan bayanganku dari garis hitam di dalamnya. Aldo. Laki-laki berparas tampan yang akhir-akhir ini sering merasuki pikiranku hingga mengalahkan ingatan tentang segala hidupku. Karenanya, aku bisa merasakan hal-hal yang hangat. Karenanya juga aku menjadi aneh. Dia, Aldo laki-laki yang mengubah warna abu hidupku menjadi terang hanya karena bersamanya.

Cause I Meet You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang