PART 25 : Teman Dari Kampung

742 91 1
                                    

MOHON BIJAK DALAM MEMBACA
INGAT BAIKNYA, LUPAKAN BURUKNYA^^

Setiap selesai makan malam, aku pasti akan membantu para Bibi menyelesaikan tugas rumah dengan mencuci piring. Meskipun Budhe sudah sering melarang, tapi tanganku sangat gatal jika tidak menyentuh peralatan dapur untuk membersihkannya.

Sesudahnya aku langsung menuju kamar, namun tidak malam ini. Budhe malah menyuruhku untuk menonton tv bersama keluarga.

"Nindy, maafin Budhe tadi ngebentak kamu sayang." Budhe menarikku untuk duduk di sofa, setelah berhasil membuat Aldo meminggirkan tubuhnya.

"Budhe gak salah, Nindy yang salah. Harusnya aku berterimakasih banyak, bukan malah interogasi Budhe. Maafin Nindy." Aku memegang tangan lembut Budhe, yang dibalas pelukan olehnya.

Tapi maaf, aku sudah memutuskan untuk mencari tahu.

"Drama lagi, drama teros!" Kami menoleh ke sumber suara, ternyata Aldo yang tengah menyahut, membuat Mamanya hanya bisa menggelengkan kepala.

"Budhe mau tanya nih, boleh gak?"

"Silahkan Budhe."

"Kamu punya temen 'kan di desa namanya sukinem?" tanya Budhe tersenyum.

"Sukinem? Oh .... Sukinem Tukijah, Budhe?" tanyaku mencoba menerka.

"Ck, norak banget namanya," celetuk Aldo.

"Dia teman SD ku di kampung .... Kok Budhe tahu?"

"Tadi Budhe dapat DM-an, terus dia bilang mau pindah kesini. Katanya temen kamu, dan Budhe jawab boleh tinggal disini, tapi Budhe gak bisa tanggung biaya sekolahnya," jelas Budhe.

"Oh gitu, jadi kapan dia datang?" tanyaku.

"Besok. Aldo sayang, boleh jemput ke bandara 'kan?" tanya Budhe menoleh ke anaknya.

"Ogah!" Ketus Aldo.

"Aldo ...."

"Bodo amat! Gak mau tau! Sampe Mpok Tuti nikah lagi, Aldo gak bakalan mau. Ngapain sih ada dia? Emang rumah ini tempat penampungan?" matanya masih menatap Handphone yang digenggamannya. Ia memang selalu asik sendiri.

Aku merebahkan tubuh dikasur kamarku, membayangkan kata-kata Budhe barusan. Inem? Apakah benar Sukinem mau pindah kerumah Aldo? Apa motif dia kesini?

Dia memang temanku. Namun hanya sampai SD (Sekolah dasar) dan bukan apanya, Inem adalah satu-satunya perempuan yang kuhindari saat berpapasan di jalan.

Mulutnya yang pedas memang sangat berbahaya bagiku. Aku sempat bersyukur bisa jauh selama ini dengannya, tapi dia akan datang dan menginap denganku.

Itu membuatku hampir stres memikirkan cara menghadapinya semalaman.

Keesokan harinya.

Aku tidak tahu, apa yang dihinggapi oleh pikiranku saat ini, seperti tidak nyaman, bukan karena Aldo ... Tapi ini adalah hari kedatangan Inem temanku dari kampung.

Feeling-ku memang sangat kuat dan tak pernah salah, kedatangan Inem hari ini sungguh membuatku tak nyaman saat belajar.

Rasanya ingin menolak, tapi apa daya, aku tidak berhak, mengingat tuan rumah sudah mengizinkannya, meskipun Inem beralasan adalah temanku.

Hari ini adalah rabu. Hari yang  baik-baik saja tanpa masalah di sekolah, meskipun sedikit rusuh. Tapi itu tak mengganggu para Siswa-siswi elit dikelasku bosan akan pelajaran.

Aldo melakukan kegiatan sehari-hari nya dikelas, jika dia tak menggangguku belajar atau menulis, dia hanya bisa menengadahkan kepalanya di meja. Dasar pemalas.

Cause I Meet You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang