PART 29 : Inem Bersekolah

607 84 16
                                    

MOHON BIJAK DALAM MEMBACA
INGAT BAIKNYA, LUPAKAN BURUKNYA^^
***

Secara refleks, kedua mataku terbuka. Pandangan pertama tentu saja pada langit-langit kamar yang didesain dengan mewah. Kamar idaman yang sangat beruntung ditempati oleh gadis miskin sepertiku.

Perlahan aku meringis. Bukan karena kesakitan atau apalah itu, namun saat kata-kata bodoh yang berhasil keluar dari mulutku semalam yang ditujukan pada Aldo.

Karena aku bertemu kamu, ada rasa tersendiri yang sulit aku deskripsikan. Entah apa itu, intinya aku bahagia merasakannya.

"Argh...." aku mengacak rambutku gusar, menyesal telah mengatakan itu. Apalagi aku yang tiada malu langsung memeluknya. Ah, apakah aku sudah gila?

Mengapa aku harus melakukan itu? Melakukan hal yang tidak kupikirkan dulu? Apakah Aldo akan ilfeel padaku nanti? Sungguh demi boneka Squidward rasanya aku ingin jungkir balik di kasur ini. Serius.

Aku segera terbangun, memutar ingatan semalam. Kalau diingat ingat, sepertinya Aldo tersenyum padaku. Ya, dia tersenyum. Senyum manis. Ah, kenapa baru sekarang aku menyadarinya? Dan ... untuk apa dia juga tersenyum?

Karena aku bertemu kamu, ada rasa tersendiri yang sulit aku deskripsikan. Entah apa itu, intinya aku bahagia merasakannya.

Pukulan kecil mendarat di dahiku. Merasa sangat bodoh bisa mengatakan itu. Terdengar seperti mengungkapkan perasaan. Tapi, aku harap saja Aldo salah memaknakannya. Ya, saat itu aku ngantuk. Ngantuk sekali.

Perlahan, wajahku yang gusar berganti dengan garis bibir yang melengkung ke atas. Mengingat Aldo yang ternyata begitu baik hingga mengajakku makan, memainkan wahana, mengajarkanku naik sepatu roda, dan repot-repot untuk memenangkan satu boneka untukku. Lagi dan lagi pipiku menjadi bersemu.

Aku menoleh pada boneka Squidward di samping. Boneka yang diberikan Aldo, yang merupakan salah satu kenangan manis darinya. Aku tersenyum, lalu mengelusnya, membayangkan boneka ini adalah cowok itu.

Aku segera menggelengkan kepala. Mengapa jadi membayangkan Aldo? Apakah aku benar-benar sudah gila?

Tidak mau berlama-lama larut dalam pikiran aneh ini, aku turun dari kasur lalu segera bersiap-siap untuk memulai hari di pagi ini.

Seperti biasa, aku dan Aldo berbarengan menuju sekolah menggunakan kendaraan kesayangannya. Motor sport. Karena motor matic-nya yang belum juga ada kabar.

Sedangkan Inem lebih memilih diantar oleh supir memakai mobil rumah. Nampak sangat antusias atas hari pertamanya bersekolah dengan pakaian seragam SMA Bina Bakti yang kini melekat di tubuh mungil itu.

Untuk menuju sekolah sendiri, memakan durasi yang sedikit lama dari rumah Aldo jika saja Ia tidak menambah kecepatan mesin pada motornya.

Tepat jam 07.00 WIB kami akhirnya sampai di tempat tujuan dengan aman dan selamat. Cuaca yang cerah oleh sinar matahari nampak menyapa di berbagai penjuru sekolah saat ini, membuatku tidak sabar untuk memulai pagi ini dengan belajar.

Aku dan Aldo kemudian berjalan menuju kelas melewati koridor sekolah dan tak sengaja penglihatanku menangkap Inem yang kini terlihat berjalan di lapangan.

Nampak para murid-murid di sini memerhatikan Inem, layaknya memandangku yang dulu baru pertama kali hadir di sekolah ini. Lebih tepatnya seperti memandang kue basi.

Namun berbeda denganku, gadis itu nampak biasa saja dengan tatapan mengintimidasi yang sengaja dilayangkan padanya. Terlihat dari tingkahnya yang seolah-olah tidak peduli dan bahkan ceria. Sepertinya dia tak merasa atau sudah kebal dengan lontaran kata-kata yang membuat sakit hati.

Cause I Meet You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang