WOIII TUNGGUIN DONG." Teriak Cecil yang berlari mengejar teman-temannya, namun naas teman-temannya tetap berjalan tanpa mendengarkan teriakannya.
-Cecilia Putri Hadinata-
Seorang siswi SMA Merah Putih dengan menetap di kelas XII-IPA 3. Kerap dipanggil dengan panggilan bule, karena paras yang putih dengan rambut panjang terurai hingga menutupi bahu kecilnya dan bola mata bulat serta lensa mata biru dan tinggi 170 cm membuatnya nampak seperti orang Eropa. Perempuan yang bisa dibilang sempurna, karena memiliki segala-galanya dan otak encer yang tak kalah hebat dengan kelas IPA lain.
"Aduhh, kalian jahat banget sih sama gue, padahal gue udah teriak teriak sampai suara mau habis nih, tapi kalian tetep aja nggak mau berhenti." cetus Cecil dengan nada tinggi.
"Lo, bisa diem nggak sih Cil. Berisik tau. Udah suara kayak toa masjid masih aja nggak sadar-sadar." Sahut Natella tak kalah keras suaranya dengan Cecil.
"Iya, nih anak kenapa sih suara nya kayak toa gitu,emang nggak bisa ya nggak usah teriak-teriak gitu, nih telinga gua udah mau copot aja rasanya." Adrea menyahut dengan menutup kedua telinganya karena suara cecil yang menusuk kedua gendang telinganya.
"Aduh, udah nggak usah teriak-teriak bisa nggak sih kalian ini, masih pagi udah berantem aja, pusing tau nggak sih dengernya." Ucap Radiz dengan nada rendah, karena menurutnya percuma jika ia harus berbicara dengan nada tinggi, karena suara Radizza akan kalah dengan suara kedua temannya itu.
**********
10 menit lalu SMA Merah Putih sudah terlihat sangat sepi, hanya beberapa murid saja yang terlihat di depan kelas karena guru pengajar yang belum datang. Berbeda dengan kelas XII-IPA 5, walaupun bel sudah terdengar di seluruh antero SMA Merah Putih, namun keadaan kelas sangat ricuh karena guru pengajar yang tidak hadir dan tidak adanya tugas dari guru pengganti.
"Pagi semua rakyatku, orang terganteng sejagat raya bumi angkasa udah dateng nih." Teriak Axel kepada semua teman-temanya pertanda dia sudah memasuki lingkungan kelas.
"Xel, lo bisa nggak sih nggak usah teriak-teriak gitu, biasa aja ngomong nya, pusing nih kepala gue dengernya." Seru Sean kepada sahabat satunya ini.
-Denathan Arseano Pradipta-
Ketua geng terkenal seantero sekolah bahkan sampai ke sekolah lainnya yaitu, Avandor. Sosok yang irit bicara, dengan paras wajah putih, rahang yang keras, hidung mancung, kulit kuning Langsat dengan tinggi 180cm membuatnya diidam-idamkan oleh banyak siswi cantik di SMA Merah Putih.
"Iya nih, berisik banget sih si curut satu ini, pakai gaya-gayaan bilang ganteng sejagat Raya lagi, masih gantengan Mang Asep kali daripada si curut satu ini." Kesal Ken dengan tangan satu menunjuk Axel ,seperti seorang ibu yang memarahi anaknya.
"Apaan sih iri banget jadi orang, kalau gue emang ganteng terus kenapa, sewot Lo?"
"Siapa juga yang sewot sama Lo ,yang ada nih gue jijik tau sama Lo."
"Udahlah kalau iri karena gue ganteng bilang aja nanti gue kasih sedikit deh kegantengan gue."
"Gak usah, nggak perlu. Bukan tambah ganteng yang ada gue tambah jelek."Gelak tawa seluruh penghuni kelas terdengar hingga luar kelas karena perkataan dari Ken.
Bel berbunyi tanda istirahat dimulai. Kantin sangat sesak, penuh dengan penghuni dengan perut kelaparan.
"Diz, woii ayo cepetan dong nanti keburu rame nih kantin. Baca buku mulu sih, nanti kan bisa dilanjut." Teriak Natella dengan tangan diperutnya tanda perutnya sudah lapar.
"Iya, nih ayo dong udah laper nih perut gue."Sahut Cecil tak kalah keras dengan Natella.
"Kalau Lo mau duluan, duluan aja gapapa nanti gue nyusul kalian ke kantin, gue masih mau baca buku." Cetus Radizza masih setia dengan posisi kepala menunduk dan buku di atas meja.
"Ihh, jangan gitu dong Za."
"Iya, ayolah. Nanti kan baca bukunya bisa dilanjut."Cecil menarik tangan Radiz.
Akhirnya dengan keterpaksaan hati Radizza mau mengikuti kedua temannya itu."Kalian mau pesen apa, biar aku aja yang pesenin?"tanya Radiz pada kedua sahabatnya.
"Aku es jeruk plus bakso aja deh."jawab Natella
"Aku samain aja sama Natella."Sahut Cecil dengan nada manjanya
"Yaudah, kalian tunggu sini dulu."suruh Radiz
5 menit berlalu akhirnya makanan dan minuman yang mereka pesan telah sampai di atas meja mereka.
"Makasih ya Diz traktirannya."jawab mereka kompak.
"Iya sama-sama, udah kalian cepet makanan nya nanti keburu bel masuk."suruh Radiz kembali.
Bel berbunyi tanda waktu istirahat habis, dan menyuruh mereka kembali kedalam kelas masing-masing.
Masih sama seperti keadaan di pagi hari tadi, kelas XII-IPA 3 sangat ricuh. Radiz memilih meninggalkan kelas untuk membaca buku di perpustakaan.
"Aduh, sorry ya tadi aku nggak lihat, maaf...maaf...!"
"Kalau jalan tuh liat-liat dong, jangan asal jalan aja."suara dingin dari mulut Sean mulai terdengar di telinga Radiz.
"Iya...iya..., maaf aku tadi nggak sengaja nabrak kamu."jawab Radiz takut.
"Nggak gue maafin".
"Haduhh, udah deh kan tadi aku udah minta maaf, masa nggak kamu maafin sih."
"Terserah gue dong, gue yang berhak buat maafin Lo apa enggak."tekan Sean pada Radiz
"Nih anak songong banget sih, padahal kan aku udah minta maaf sama dia."ucap Radiz dalam hati.
"Kalau mau ngatain gue nggak usah di batin langsung aja, emang Lo kira gue bodoh apa."
Setelah perdebatan yang cukup panjang akhirnya mereka berdua memilih pergi.
Pertemuan yang sangat menyebalkan bagi Radizza Zaletta Hadinata. Baginya pertemuan ini adalah pertemuan yang paling tidak diharapkan oleh Radizza, karena menurutnya pertemuan dengan cowok songong alias Sean hanya membuang waktunya saja.
Jangan lupa buat follow ig author @ruinzrch_. And don't forget to share ke seluruh teman kalian dan beri suara pada kolom suara.Semoga suka dengan ceritanya dan semoga cerita ini menginspirasi buat kalian semua.....
KAMU SEDANG MEMBACA
D'radizza [End]
Teen Fiction[End] -Radizza Zaletta Vexazana- Sejuta luka serta masalah yang ia hadapi, membuatnya beranggapan bahwa dunia sangat kejam. Ia menjadi sosok gadis yang cukup introvert, karena ia tak mau memberikan masalah pada hidup orang lain. -De-nathan...