56~Saling menggenggam~

24 9 0
                                    

"Nak bangun! Sean udah nungguin dibawah." Ibunya memukul pelan bahu Radiz.

"Ngapain dia disini bu?" Tanya Radiz yang masih belum membuka matanya.

"Dia mau jemput kamu. Katanya mau anter kamu sekolah." Ujar ibunya.

"Yaudah kalau gitu. Suruh Sean nungguin sebentar Bu, Radiz mau siap-siap dulu." Pinta Radiz.

"Yaudah kalau gitu, ibu bilang ke Sean dulu ya. Kamu cepet kalau siap-siap, kasihan Sean udah nunggu lama." Uajr ibunya sebelum benar-benar keluar dari kamar Radiz.

Radiz memaksa matanya untuk terbuka. Ia mendudukkan badannya sebentar terlebih dahulu sebelum ia masuk ke kamar mandi untuk membuat dirinya menjadi lebih wangi dan segar.

Setelah sudah mandi dan bersiap-siap, akhirnya Radiz menuruni anak tangga untuk menemui laki-laki yang sudah menunggu dirinya sejak tadi.

"Lama banget sih!" Ujar Sean yang mengetahui kedatangan Radiz.

"Lo yang kepagian kesini. Lagian dateng pagi-pagi kenapa sih? Nggak biasanya." Tanya Radiz.

"Emang nggak boleh? Nanti kalau gue telat jemput lo, lo malah marah sama gue. Giliran gue pagi jemputnya, lo malah marah-marah sama gue. Mau ko gimana sih? Pusing gue jadinya." Ujar Sean frustasi.

"Ya bukan gitu Sean yang ganteng sejagat kebun binatang. Lo datangnya kepagian, lo jadi lama nungguin gue bangun terus siap-siap." Jelas Radiz.

"Ya terus kenapa kalau gue nunggu lo lama? Kan emang lo udah lama dari dulu. Kok baru nyadar sekarang sih? Heran gue." Ucap Sean.

"Udahlah nggak usah berantem, panjang nanti ceritanya. Udah mending sekarang kita sarapan, habis itu berangkat ke sekolah." Timp Radiz lalu berjalan menuju meja makan.

"Ibu masak apa hari ini?" Tanya Radiz.

"Ibu cuma masak nasi goreng sama es jeruk aja nak. Soalnya nggak keburu nanti kalau kamu harus nunggu ibu ke pasar dulu." Jelas sang ibu.

"Iya Bu nggak apa-apa kok. Ini aja juga udah enak, ibu nggak usah repot-repot masak." Sahut Radiz membuat ibunya tersenyum.

"Heh badak! Kok lo nggak nyuruh gue makan. Nyuruh duduk aja nggak sama sekali." Sindir Sean.

"Gitu aja pakai marah lo. Tinggal duduk aja terus makan apa susahnya sih. Gitu aja harus banget berantem ya?" Ujar Radiz yang membuat sean mengerutkan keningnya.

"Ya harus lah. Kan nggak enak kalau main duduk duduk aja." Ujar Sean.

"Lo biasanya masuk rumah bahkan kamar gue nggak pernah tuh bilang dulu. Lo pasti main nyelonong aja masuk ke rumah gue." Sindir Radiz tak mau kalah.

"Udah nggak usah berantem. Kamu bisa sarapan Sean. Ibu udah siapin juga buat kamu, makan yang banyak ya!" Pesan ibu Radiz.

"Makasih Bu." Senyum Sean kepada ibu Radiz.

"Lo tuh harus contoh ibu lo diz. Udah baik, cantik, perhatian lagi." Puji Sean pada ibu Radiz.

"Lo nyindir gue?" Sinis Radiz.

"Gue nggak nyindir lo kok. Gue cuma ngasih tahu yang terbaik aja diz." Bela Sean pada dirinya sendiri.

"Ok terserah lo aja. Atur saja sampai merdeka, semoga sukses." Semangat Radiz pada Sean sembari memberi senyum terpaksa.

"Terima kasih Radiz yang cantik sedunia Alien." Balas Sean sangat menyakitkan hati.

Mereka kini sudah menyelesaikan sarapannya masing-masing. Hingga akhirnya mereka berpamitan kepada ibu Radiz lalu pergi berangkat sekolah.

D'radizza [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang