Pagi ini Radizza sengaja bangun sangat karena hari ini adalah hari dimana perlombaan antar kelas diadakan.
"Tumben kok bangunnya pagi banget, biasanya nggak sepagi ini?"tanya ibu Radiz pada perempuan yang sudah dianggapnya sebagai anaknya.
"Iya Bu, Radiz nanti ada lomba cerdas cermat. Jadi Radiz mau belajar dulu di kelas"jawab Radiz dengan sopan dengan perempuan paruh baya di depannya.
"Oh gitu, yaudah kamu sarapan dulu. Ibu udah siapin sarapan nya."
"Iya Bu, terima kasih."
Tak berselang lama, Radiz segera memakan sarapannya. Setelah selesai, Ia segera bergegas pergi dan tak lupa berpamitan kepada ibunya.
"Bu, Radiz berangkat sekolah dulu ya."Pamit Radiz pada ibunya.
"Iya nak, hati-hati"
Radiz seperti biasa mengendarai mobilnya dengan kecepatan maximal. 15 menit kemudian ia telah sampai di gerbang sekolahnya.
Di kantin seperti biasanya, diisi oleh Geng Avandor dengan ketua De-nathan Arseano Pradipta. Mereka bercanda gurau tak terkecuali dengan Sean. Ia masih setia menatap lurus dengan tatapan kosong.
"Sean, lo kenapa sih dari tadi diem mulu, sakit gigi ya lo?"
"Iya,nih kesambet apa ya diem mulu dari tadi."
"Sean, lo kalau ada masalah ngomong aja ke kita. Siapa tahu kita ada jalan keluar buat nyelesain masalah lo"tanya Aksa pada Arsen.
Memang Geng Avandor terkenal dengan anak-anak berandalan yang bisanya membuat masalah. Geng yang beranggotakan 5 orang inti ini terkenal dengan biang masalah. Dengan anggota Arsen, Aksa, Ken, Axel, dan Malven ini bukanlah geng yang seperti mereka bilang. Mereka memang terkenal suka berantem tetapi disisi lain mereka adalah geng yang sangat menjaga pertemanan dan tidak pernah membedakan antara satu dengan yang lain.
"Gue, nggak papa."jawab Sean dengan singkat.
"Gue tau, lo lagi ada masalah. Tap kalau emang lo belum bisa cerita ke kita semua nggak papa. Kita akan tetep nunggu cerita lo." Ucap Aksa pada Sean.
"Thank ya, karena kalian semua udah pada perhatian sama gue"Ucap Sean singkat. Sean kembali tersenyum ramah.
"Yee, sans aja kali. Kan kita semua sahabat lo. Masa iya kita biarin lo mendem semua masalah sendirian"Jelas Aksen kembali.
Cewek dengan kulit putih, rambut terurai kebelakang hingga menutupi setengah punggungnya. Dengan tinggi 170cm itu berhasil membuat Sean mengalihkan pandangannya dan menatapnya.
"Cantik banget tuh cewek,kalau dilihat."Ucap Sean dalam hati.
"Apa lihat-lihat, kemarin katanya nggak suka. Tapi sekarang lihat-lihat. Hampir copot tuh mata." Hardik Radiz pada Sean .
"Sewot banget sih Lo, urusan gue dong mau lihat-lihat siapa. Mau lihat o kek, Bu Ruri kek bukan urusan lo."sewot Sean pada Radiz.
"Ya udah sih, kenapa marah marah sih nggak jelas deh."marah Radiz karena merasa disalahkan oleh sean.
Sean mendorong tubuh Radiz hingga menempel pada tembok,sedangkan kedua tangan Radiz di kunci oleh kedua tangan Seaan. Aliran darah Radiz seolah-olah berhenti karean hal yang dilakukan Sean.
"Lepasin aku nggak, lepasin.. lepasin..Sean." pinta Radiz pada Sean, karena jantung yang tidak bisa dikendalikan.
"Nggak..gue ggak akan lepasin lo."ucap Sean dengan muka datar tanpa ekspresi.
"Kamu itu punya masalah apa sih sama aku, kayaknya dendam banget deh." Tanya Radiz
"Lo harus jadi pacar gue."
5 kata yang berhasil membuat tubuh Radiz menegang serta aliran darah yang serasa berhenti, bagaimana tidak, seorang Sean yang dia sangat benci tiba-tiba saja menyuruh dia menjadi pacarnya.
"Nggak, nggak mau, apa-apaan sih kamu, kenal aja enggak, main suruh suruh aja."tolak Radiz karena merasa dia dipaksa oleh sean.
"Terserah kalau lo nggak mau, gue nggak akan lepasin." Tangan Sean menggegam erat pergelangan tangan Radiz.
"Aduhh,nih anak buat masalah aja sih,lomba mau dimulai lagi,ya udah deh biar cepet lagian kan cuma biar dia lepasin doang."dalam hati Radiz berbicara.
"Iya...iyaaa...aku mau udah cepet lepasin sakit tau."
Setelah perdebatan yang cukup panjang akhirnya Radiz kembali memilih pergi daripada harus berhadapan dengan Sean. Perlombaan SMA Merah Putih akan dimuali sebentar lagi, Radiz memilih bersiap untuk mengikuti lomba cerdas cermat MIPA.
"Untuk para peserta lomba dimohon untuk segera bersiap, karena sebentar lagi lomba akan segera dimulai,agar tidak terlalu mengulur waktu." Suara panitia lomba terdengar di seluruh sekolah SMA MERAH PUTIH.
"Diz,semangat ya semoga Lo bisa menang." Dukungan dari natella kepada Radiz sahabatnya.
"Iya diz,lo harus semangat,jangan lupa berdoa sebelum lomba,biar Lo bisa menang. Oh..ya nanti kalau udah Menang jangan lupa traktiran ya diz." Tawa ringan dari cecil serta dukungan untuk sahabatnya itu.
Lomba telah dimulai sejak 10 menit lalu. Suara dukungan dari dua belah pihak terdengar dari sisi kanan dan sisi kiri.
"Ayo diz Lo pasti menang"
"Semangat diz,pasti bisa"
"Go Radiz go Radiz Goo..."Begitulah sekiranya teriakan dukungan untuk Radiz dari teman-temannya.
"Jangan mau kalah sama tuh cewek,lo bisa se"
"Sean ayo Sean"
"Sean gue selalu dukung Lo"Dukungan untuk Sean tak kalah kencang.
"Bentar deh kayaknya aku pernah ketemu sama tuh cowok,oh ya tu kan cowok songong yang tadi maksa aku buat jadi pacarnya,libat aja aku pasti kalahin tu cowok songong." percaya Radiz pada dirinya sendiri.
Lomba semakin sengit, suara dukungan dari kubu A dan B semakin ricuh. 30 menit berlalu akhirnya lomba selesai dengan pemenang Radizza Zaletta Vexazana (Juara 1) dan De-nathan Arseano Pradipta (juara 2).
Setelah selesai sesuai perjanjian teman-teman Radiz menagih janji padanya. Dia mentraktir kedua temannya itu di kantin sekolah. Setelah selesai karena jam sekolah juga sudah habis Radiz memilih pulang untuk istirahat karena otak yang cukup lelah setelah lomba.
"Kita pulang dulu ya diz,byee."
"Hati-hati ya,jangan ngebut."Radiz dengan cepat mengendarai mobil,hingga 15 menit akhirnya tiba dirumahnya.dia merebahkan tubuhnya kasar di atas kasur baby pink nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
D'radizza [End]
Teen Fiction[End] -Radizza Zaletta Vexazana- Sejuta luka serta masalah yang ia hadapi, membuatnya beranggapan bahwa dunia sangat kejam. Ia menjadi sosok gadis yang cukup introvert, karena ia tak mau memberikan masalah pada hidup orang lain. -De-nathan...