Minggu ini cuaca sangat cerah Radiz memutuskan untuk berlari kecil mengelilingi kompleks rumahnya.
"Aduhh... Capek banget sih, haus lagi, mana tadi lupa bawa air lagi." Gerutu radiz sambil mengelap keringatnya.
"Nihh...air." sodor Sean pada Radiz.
Radiz terkejut, bagaimana bisa Sean berada disampingnya tiba-tiba, padahal sejak tadi ia hanya sendiri berlari. Ia masih terpaku melihat cowok tersebut. Bukan karena apa, namun ia hanya terkejut karena kedatangan cowok tersebut.
"Gue tau gue ganteng, nggak usah dilihatin terus." Goda Sean pada Radiz, karena sejak tadi Radiz memandangi wajah Sean.
"Ini manusia apa malaikat sih ganteng banget." Ucap Radiz kagum.
"Gue manusia bukan malaikat."
"Kok dia bisa ngerti omongan gue ya, cenayang apa ya dia." Kaget Radiz.
"Gue bukan cenayang. Lagian Lo ngomong keras banget sih, jadinya gue denger." Goda Sean kembali pada gadisnya.
"Emang aku ngomong ya tadi." Tanya Radiz cengoh.
"Hmmm..keras banget."
Radiz menagkupkan kedua tangannya pada mukanya. Ia sangat malu atas apa yang telah ia Ucapkan tadi. Bagaimana tidak, ternyata sejak tadi dia bukannya ngomong dalam hati tapi malah Teriak .
"Nggak usah malu, biasa aja."
"Hehehehe...siapa juga yang malu, orang aku nggak ngapa-ngapain." Tolak Radiz tanpa rasa bersalah.
Sean suka jika melihat Radiz seperti itu. Sean jadi teringat mamanya ketika mamanya malu jika digoda oleh papanya. Tanpa Sean sadari buliran air jatuh tepat di kedua pipi Sean. Tapi untungnya, dengan segera Sean menyadarinya, sehingga ia segera mengelap air matanya supaya Radiz tidak mengetahui hal ini.
Matahari mulai memancarkan cahaya teriknya. Membuat kedua Manusi tersebut segera pulang. Namun bukannya pulang, sean malah mampir kerumahnya Radiz terlebih dahulu.
"Lohh...se ngapain kamu ngikutin aku?" Tanya radiz bingung.
"Gue mau main ke rumah Lo, nggak boleh emang."
"Bukan gitu maksudnya, tapi ini kan udah siang, lagian nanti Mama kamu nyariin lagi."
"Nggak ada yang nyariin gue. Mereka udah nggak ada."
Radiz terkejut atas perkataan Sean. Ia merasa bersalah karena telah mengingatkan Sean pada kedua orangtuanya yang sudah tidak ada.
"Maaf aku nggak bermaksud." Lirih Radiz sambil menunduk.
"Hmmm..." Jawab Sean .
Sebenarnya Sean terpaksa menjawab seperti. Padahal kedua orangtuanya masih ada di dunia ini, hanya saja Sean malas apalagi membahas tentang mereka. Baginya mereka sudah tidak ada di dunia ini. Perlakuan yang mereka lakukan pada Sean, membuat laki-laki itu menjadi benci bahkan menganggap kedua orangtuanya sudah tiada.
"Itu foto Mama kamu?" Tanya Sean sembari menatap bingkai foto di atas meja.
"Bisa dibilang seperti itu." jawab Radiz malas.
Sebenarnya bukannya ia tak Suka jika ada yang membahas mamanya padanya, namun ia hanya malas jika harus berhubungan dengan mamanya itu. Setelah semua yang mama Radiz lakukan padanya, Radiz sangat membenci mamahnya. Bagaimana bisa seorang ibu membuangnya di tepi jalan pada saat hujan dan tak menganggapnya anak kandungnya.
Sakit, jika Radiz harus mengingat kejadian itu, namun bagaimanapun itu adalah Mama nya, orang yang telah melahirkan Radiz di dunia ini.
Sean tahu bahwa gadis didepannya ini sangat rapuh saat ini, bahkan sampai-sampai ia tak menganggap mamanya ada. Bahkan Sean tahu bagaimana rasanya menjadi anak namun tak dianggap. Merasa tak enak pada Radiz, Sean hanya diam tak bersuara, takut jika gadisnya akan teringat pada kejadian mamanya.
Terik matahari memaksa Sean pulang dari rumah Radiz. Ia tak mau mengganggu Radiz untuk sementara waktu, setelah apa yang ia tanyakan Sean yakin bahwa Radiz pasti akan teringat mamanya.
***********
Rapuh, satu kata yang menggambarkan sosok Radiz. Hujan deras mengingatkannya pada kejadian masa kecilnya. Dimana ia tak dianggap sebagai anak dan tak diharapkan di dunia ini. Gadis berumur 5 tahun yang tidak tahu tentang apa-apa harus menerima kenyataan dan masalah yang rumit.
Sesekali ia tersenyum pada hujan. Ia teringat bahwa pada saat itu ada 'ibunya' yang selalu ada untuknya. Radiz kecil hanya bisa menatap sedu mobil mamanya waktu itu.
Ia berharap suatu saat keadaan akan kembali seperti dulu. Tak ada Radiz yang rapuh, yang membenci, dan yang sakit hati karena sikap mamanya padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
D'radizza [End]
Teen Fiction[End] -Radizza Zaletta Vexazana- Sejuta luka serta masalah yang ia hadapi, membuatnya beranggapan bahwa dunia sangat kejam. Ia menjadi sosok gadis yang cukup introvert, karena ia tak mau memberikan masalah pada hidup orang lain. -De-nathan...