"Diz ini buat lo." Ucap laki-laki memberikan selembar kertas.
"Gue?"
"Iya."
"Dari siapa?" Tanya Radiz kepada laki-laki itu.
"Udah lo buka aja, nanti juga lo tahu dari siapa." Kata laki-laki tak mau Radiz tahu jika pengirimnya adalah Sean.
"Yaudah kalau gitu makasih ya."
Laki-laki itu pergi setelah memberikan selembar kertas berisi tulisan. Radiz perlahan membuka lembaran itu, terdapat tulisan yang sangat rapi di dalamnya. Radiz membaca setiap kata dari surat tersebut dengan saksama.
Sorry buat semuanya. Gue nggak ada niat sama sekali buat lo kecewa.
Sorry karena gue udah nggak percaya sama lo beberapa hari ini.
Jujur, gue bingung waktu itu. Antara lo yang bener apa Zeva yang bener.
Gue sebenarnya udah tahu kalau yang nyebarin foto itu adalah Zeva. Tapi gue nggak mau nuduh tanpa bukti ke dia.
Setelah gue ada bukti kalau memang dia dalang dari semuanya, disitu gue langsung merasa bersalah sama lo diz. Sekali lagi gue minta maaf dan gue mohon beri satu kesempatan lagi buat gue memperbaiki semuanya.-Sean. P.
Seketika mata Radiz mengeluarkan buliran air tanpa ia sadari. Ia merasa ingin sekali mengucapkan satu kata 'ya' untuk Sean. Namun, ia tak bisa untuk saat ini. Ia hanya perlu waktu yang pas untuk mengucapkan kata itu. Ia tersenyum miris melihat untaian kata yang ditulis sangat rapi oleh Sean. Radiz tak melihat sedikitpun kebohongan dalam tulisan itu. Setiap katanya mencerminkan keikhlasan dan penyesalan.
"Heh diz lo kenapa nangis?" Panik Cecil.
Radiz masuk sibuk membersihkan air yang mengalir dari matanya." Gue nggak apa-apa kok cil. Gue cuma terharu aja baca tulisan ini."
Natella mengerutkan keningnya." Emang itu isinya apaan sih? Dan siapa yang ngirim surat itu? Kenapa nggak langsung dia aja yang ngasih?" Tanya panjang lebar.
"Heh selai, lo bisa nggak kalau nanya satu-satu. Nih anak orang masih nangis juga lo udah tanya seribu pertanyaan." Kata Cecil dengan nada naik 1 noktaf.
"Iya iya maaf. Gue cuma khawatir aja sama Radiz." Ucapnya melihat bawah.
"Nggak apa-apa kok Nat. Surat ini dari Sean, dia nulis maafnya di surat ini."
"Beneran lo. Sumpah demi jemuran sapi? Nggak bohong kan?" Tanya Cecil meyakinkan.
"Nggak."
Cecil meneliti setiap inci wajah Radiz untuk menemukan kebohongan. Namun naas iya sama sekali tak menemukan kebohongan itu. Ia hanya menemukan keikhlasan dan kejujuran.
"Terus lo maafin?"
"Iya maafin lah. Tuhan aja maafin dia masa gue yang cuma hamba yang kecil nggak punya apa-apa nggak maafin dia sih." Ucapnya. " Cuma gue bilang maafin dianya nggak sekarang. Gue mau buat sesuatu khusus dia. Dan nanti saat ulang tahunnya gue akan ucapin kata itu buat dia." Lanjutnya.
"Wahhh parah lo diz. Maafin kok nunggu ulang tahun."
"Kan itu surprise selai busuk."
"Oh iya ya, kok gue bego banget kenapa sih." Natella memukul-mukul kelapanya sendiri.
"Baru nyadar nih selai satu." Sindirnya dengam mata tajam.
"Tunggu aja saat bahagia itu Denathan Arseano Pradipta." Lirih Radiz dalam dekapan sang sahabat.
🐴🐴🐴🐹🐹🐹
"Gimana? Udah lo kasih ke Radiz? Tanya seorang laki-laki kepada orang yang ia suruh tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
D'radizza [End]
Teen Fiction[End] -Radizza Zaletta Vexazana- Sejuta luka serta masalah yang ia hadapi, membuatnya beranggapan bahwa dunia sangat kejam. Ia menjadi sosok gadis yang cukup introvert, karena ia tak mau memberikan masalah pada hidup orang lain. -De-nathan...