29~Pecahan kaca~

26 10 0
                                    

"brugh...... Aduh, sakit". Ringis cewek berambut terurai itu

"Ah... sorry gue tadi nggak sengaja nabrak Lo. Gue tadi beneran nggak lihat Lo". Kata cewek itu gemetaran

"Nama Lo Arnovea Zavriel Brinkley?" Tanya Ken

"Iya nama gue Arnovea Navriel Brinkley". Gadis itu menyetujui

"Lo kelas berapa?" Tanya Ken kembali

"Gue kelas XII-IPS 2". Jawabnya

"Lain kali Lo kalau jalan lihat-lihat, terus kalau kayak gini Lo mau nyalahin gue gitu atas semuanya". Gertak Ken

Gadis itu terkejut gemetar. Ia takut dengan nada tinggi Ken yang tiba-tiba saja keluar.

"Bu...bukan gitu maksud aku. Aku tadi cuma nggak sengaja aja". Jawab gagapnya

"Terserah Lo, mulai sekarang sampai selama-lamanya, gue nggak mau lihat Lo lagi". Jawab Ken

Ken langsung pergi begitu saja.

       'Kenneth Yuvanza Anderson'

Laki-laki yang terkenal dengan sosok nya yang sangat dingin pada siapapun tak terkecuali sahabatnya. Sosok yang dikenal sangat bijak dan pintar membuat siapapun yang bertemu dengannya akan jatuh cinta. Dibalik nama yang mengandung unsur luar, ternyata Nama itu tidak ada kaitannya dengan luar. Bahkan keluarganya pun adalah asli orang Indonesia semua.

"Terserah, siapa juga yang mau ketemu sama Lo, hiuhh ogah banget. Cowok dingin kayak kulkas aja mana level gue". Jawab lebay pemilik rambut terurai itu.

Mereka memilih pergi melawan arah. Tak mau bertatap muka lebih lama satu sama lain. Ken berjalan tegap si koridor sekolah. Tak terdengar suara teriakan para ciwi-ciwi.

"Lo habis dari mana?" Tanya Sean

"Kelas". Jawab Ken singkat

"Heh kata-kata yang keluar dari mulut Lo itu dihitung per huruf apa ya, irit banget kalau ngomong". Aneh aksen

"Bukan terlalu irit ngomong nya, cuma Lo nya aja yang terlalu banyak omong. Aneh Lo". Kesal malven

"Heh toa, Lo bisa nggak sih nggak usah teriak-teriak kayak gitu, Lo nggak sadar apa ya suara Lo itu udah bukan kayak toa masjid lagi, tapi udah kayak toa nya mas-mas penjual gerabah kompleks tahu nggak". Judes axel

"Apaan sih kalian. Kalian tuh ya kalau iri sama suara adek yang ganteng ini bilang aja deh, nanti dedek ganteng bagi deh janji nggak pelit". Lebay aksen.

"Heh badak gue beneran jibang deh sama Lo, sekali lagi lo ngomong kayak gitu gue bunuh ya Lo pakai pisau siomay nya Mak jem". Ancam malven

"Dulu Mak  Lo ngidam terompet tahun baru apa yak, kok anaknya gini banget sih". Cerca axel

"Gue kasih tau Mak gue Lo pada". Kata-kata lebay itu kembali muncul di mulut aksen

"Lo semua bisa diem nggak. Gue bunuh satu-satu Lo kalau nggak bisa diem". Ancam Ken memasang muka serius

"Iya bang ampun, dedek diem deh". Jawab aksen dengan muka polos

Terkadang sikap polos para sahabatnya membuat Sean tertawa sendiri. Ia merasa mempunyai keluarga kembali dalam hidupnya. Baginya teman-temannya ini adalah sumber semangat dan alasan dia masih bertahan.

Tak ada kata yang keluar sejak tadi dari Mulu Sean. Ia Han menatap kosong ke arah depan tanpa ada tujuan. Pikiran kini penuh Dengan Radiz, Radiz, dan Radiz. Tak ada yang lain selain cewek itu.

                    ************

"Se apa Lo baik-baik aja sekarang, apa Lo masih marah sama gue dan apa Lo masih cinta sama zeva?" Pertanyaan itu kini muncul tiba-tiba di pikiran Radiz.

"Aduhhh udah deh diz ,Lo nggak usah banyak berharap ya, sekarang dia marah sama Lo karena Al dan pada kenyataannya dia masih cinta sama zeva dan Lo itu cuma buat pelarian". Kesal Radiz.

Pikiran-pikiran itu tak henti-hentinya menghantui otak Radiz saat ini. Hanya pertanyaan-pertanyaan itu yang muncul dalam otak Radiz.

"Aduh kenapa sih gue jadi mikirn Sean, lagian dia juga nggak mikirn gue. Mending gue tidur aja sekarang, pusing pala gue". Omel Radiz pada dirinya.

Disisi lain hal sama juga terjadi pada Sean. Pemikiran pemikiran itu kembali terbentuk di kepala Sean.

"Radiz ngapain ya sekarang. Apa dia mikirin gue dan apa dia cinta sama Al daripada gue?" Pertanyaan itu terus-menerus menghantui pikirannya.

"Udah gue males mikirn tuh cewek murahan, nggak penting. Lagian pasti dia juga lebih milih cowok baik-baik kayak Al dibandingkan cowok brengsek kayak gue". Pikirnya kembali.

Kini Sean mengambil ponsel hitam miliknya yang tadi tergeletak di sebelah kirinya. Ia mulai mencari nama Radiz di kotak miliknya.

Sean:
Lo kenapa nggak masuk?

Radiz:
Sakit

Sean:
Sakit apa?. Sakit hati karena omongan gue kemarin. Bukannya itu bener ya. Kenapa Lo harus sakit hati kalau emang bener Lo tuh cewek Murahan

Radiz:
Terserah pemikiran Lo apa, yang penting gue udah jelasin yang sebenarnya dan terserah Lo mau percaya sama gue apa enggak.

Sean:
Dasar cewek Murahan Lo.

Setelah pesan terakhir yang dikirim Sean, kini Radiz tak membalasnya. Sungguh rasa sakit kini menjalar di salam hatinya. Hati yang sejak kemarin ia susun kembali kini dihancurkan dengan mudahnya oleh sean. Sungguh kata-kata yang membuat hati Radiz tertusuk.

Buliran air mata kini kembali membasahi pipinya. Ia menangis akan kata-kata yang dilontarkan olwh Sean. Padahal sejak kemarin ia berusaha menjelaskan yang sebenarnya terjadi, tetapi Sean tak sedikitpun memperdulikan perkataan yang Radiz bicarakan.

Saat ini hidupnya digempur habis-habisan oleh perkataan-perkataan yang menyakitinya dari semua orang. Kini hanya tersisa dua sahabatnya, ibunya dan Al saja yang selalu mendukungnya. Mereka tak pernah sekalipun berencana untuk menyakiti hati Radiz. Radiz sangat beruntung memiliki mereka di hidupnya. Ia tak tahu bagaimana nasib dan hidupnya saat ini jika tak ada Mereka. Mungkin sekarang Radiz tak akan berdiri di kamarnya jika tanpa mereka semua.

Perasaan hancur kini menjalar sangat cepat dalam tubuhnya. Ia sangat rindu akan kasih sayang ayah tirinya, mungkin jika ayah tirinya masih ada maka Radiz tak akan dibiarkan tersakiti seperti ini. Mungkin ayahnya akan membelanya habis-habisan dan tak akan membiarkan kondisi Radiz seperti ini.

D'radizza [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang