63~Tanpa kabar~

12 4 0
                                    

"Udah nggak usah berantem, guru udah dateng." Ucap Radiz mengingatkan.

"Biasa aja kali kalau ngomong, nggak usah sinis kayak gitu." Natella memincingkan matanya hingga sudut matanya beralih menatap Radiz.

"Awas matanya! Nanti malaikat lewat, mata lo di copot ya." Radiz berucap sambil menaikkan alisnya seolah-olah dirinya tengah mengejek.

"Alisnya nggak usah kayak gitu ya!" Sindir Natella karena melihat Radiz memainkan alisnya dengan memainkan sudut bibirnya.

"Katanya tadi ada guru, sekarang malah berantem sendiri. Lupa kata-kata sendiri ya mbak nya." Ucap Cecil melihat Radiz dan Natella berdebat sendari tadi.

"Eh diem ya lo, nggak usah ikut-ikutan." Sentak Natella sembari menunjuk wajah Cecil dengan tampang kesal.

"Udah selesai kau berantem? Mau ibu taruh di lapangan?" Guru yang tengah bertugas mengajar di kelas tersebut sedikit menggertak untuk mencegah terjadinya perdebatan antara mereka yang tadi tengah berdebat.

"Udah Bu." Ucap mereka bersama-sama sambil menundukkan kepala mereka tak berani menatap mata guru yang tengah mengajar mereka saat ini.

"Radiz!" Panggil guru itu.

"Iya Bu."

"Kenapa mata kamu kayak gitu?" Ujar guru itu sembari tersenyum ramah.

"Kenapa bu? Mata saya nggak kenapa-kenapa kok, aman sejahtera." Jawab Radiz merasa tak ada yang aneh terhadap dirinya.

"Tadi ibu lihat mata kamu kayak nggak suka gitu sama Natella. Kenapa?" Ucap guru itu yang membuat hati Radiz sedikit kesal karena perkataannya.

"Nggak kok Bu, Radiz kan sahabat Natella, jadi Radiz sayang lah sama dia. Mana mungkin Radiz nggak suka sama Natella." Radiz menyangkal ucapan Bu guru itu sambil menunjukan senyum terpaksa nya.

"Yaudah kalau gitu, ibu akan mulai pelajarannya ya." Ucap guru itu mulai menuliskan pelajaran di papan tulis.

Pelajaran dimulai dengan durasi cukup lama. Banyak para siswa yang mengeluh mengantuk dan capek ketika pelajaran terakhir dimulai. Pasalnya mereka sejak pagi sudah dituntut untuk bangun pagi dan berangkat pagi. Banyak diantara mereka yang melewatkan sarapan pagi yang padahal itu sangat penting bagi mereka.

Pelajaran di jam terakhir memang akan membuat siapa saja mengeluh mengantuk dan capek dibuatnya. Banyak dari siswa yang melewatkan pelajaran terakhir dengan tidur di bangku mereka masing-masing atau malah tak mendengarkan penjelasan dari guru pengajar walaupun mata mereka tertuju pada papan tulis di depan mereka.

"Aduh mata gue nggak bisa diajak kompromi banget sih." Gerutu Cecil mengucek kedua matanya karena terasa sangat mengantuk.

"Lo kenapa Cil?" Radiz menengok ke arah samping karena melihat Cecil yang sendari tadi mengucek matanya pertanda dirinya sangat capek dan mengantuk.

"Ngantuk diz, dari tadi mata gue nggak bisa diajak kompromi. Gue kesel deh sama nih mata." Gerutu Cecil merasa kesal pada matanya sendiri tanpa sebab.

"Tahan sebentar Cil, habis ini bel pulang bunyi kok. Lo jangan tidur dulu, gue nggak mau lo dihukum." Bisik Radiz pada telinga Cecil dengan badan sedikit membungkuk.

"Hmm!" Balas Cecil malas karena dirinya sangat ngantuk.

"Ok hari ini pelajaran saya sudah selesai. Saya harap kalian bisa paham dengan apa yang saya sampaikan dan semoga kalian juga bisa lebih giat belajar pelajaran saya!" Pesan dari guru pelajaran terakhir sebelum guru itu meninggalkan kelas Radiz.

Akhirnya setelah pelajaran terakhir cukup lama, bel pulang pun berbunyi dengan kerasa hingga menggema ke ujung bangunan mewah itu. Para siswa tengah merapikan buku-buku mereka dan alat tulis mereka yang masih berserakan sebelum mereka semua pulang.

D'radizza [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang