16~Cemburu~

35 13 2
                                    

Pagi ini suasana sangat dingin dibarengi dengan semilir angin yang berhembus kencang. Radiz masih setia diatas kasur empuk pink miliknya sembari mendekap selimut yang telah membungkus badannya.

"Radiz, nak, bangun udah jam 6, nanti kamu telat ke sekolahnya." Ibu Radiz membangunkan Radiz dengan lembut.

"Iya Bu, Radis juga mau siap-siap ini. Yaudah kalau gitu ibu tunggu dibawah aja ya nanti Radiz kebawah." Radiz membuka selimutnya dan berjalan lunglai menuju kamar mandi."

Setelah 20 menit, Radiz telah siap dengan tas yang berada di kedua pundak Radiz. Radiz menuruni anak tangga dengan muka tidak biasanya.

"Kamu kenapa nak, kok mukanya kusut gitu?" Tanya ibunya dengan mengambilkan nasi dan lauk di piring Radiz.

"Nggak Bu, Radiz nggak apa-apa". Bohong Radi tak mau membuat ibunya khawatir.

Suasana hening, hanya ada suara sendok dan garpu yang berdenting. Setelah selesai, Radiz berpamitan kepada ibunya, lalu ia pergi meninggalkan rumahnya itu.

Mobil milik Radiz berjalan membelah jalan yang licin karena hujan kemarin malam. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Nama itu masih saja terlintas di benak Radiz.

"Aduhh...kok gue jadi kayak orang gila gini sih, mikirn hal yang nggak penting". Gumam Radiz masih fokus dengan laju mobilnya.

Laju mobil Radi terhenti di bangunan besar bertuliskan 'SMA MERAH PUTIH'. Radiz berjalan di sepanjang koridor sekolah. Di sepanjang koridor sekolah, terdengar sayup sayup nama Zeva. Ya, saat ini memang nama itu sedang dibicarakan dikalahkan siswa siswi di Sekolah tersebut. Pasalnya sejak duduk di bangku kelas X, Zeva telah meyukai Sean begitu juga sebaliknya. Namun sejak kelas XI, Zeva ternyata telah mempublikasikan kekasih. Sejak saat itu Sean sudah tidak mencintai Zeva lagi.

"Eh, diz Lo udah tau berita tentang Zeva?" Tanya Cecil hati-hati.

"Yaudah lah mestinya, kan banyak gosip tentang tu anak". Jawab Natella sewot.

Radiz tak terkejut mendengar perkataan itu. Sejak tadi pagi berita itu sudah terdengar di telinga Radiz.

"Oh, gosip yang tadi pagi itu bukan sih". Jawab Radiz pura-pura tak mengetahuinya.

"Iya. Zeva itu tu yang suka sama Sean pacar Lo sejak kelas X, tapi pas kelas XI dia udah punya pacar. Ya otomatis Sean kecewa, setelah itu nama dia udah nggak kedenger lagi seakan hilang di telan bumi.

************

Segerombol laki-laki terlihat berjalan menyusuri koridor menuju kelas Radiz. Siapa lagi kalau bukan Sean and the geng. Penampilan mereka tak luput dari teriakan para cewek-cewek.

"Aduh,pagi pagi udah rapi aja".
"Ya Allah, malaikat dari mana ini".
"Ya Allah bebeb Sean ganteng binggo sih".

Seperti itulah kiranya teriakan para cewek-cewek penghuni SMA tersebut.

Setelah melewati koridor tersebut Sean and the geng telah sampai di depan kelas Radiz.

"Mau cari siapa se?" Tanya Adrea ketua kelas tersebut.

"Radiz ada ad". Jawab Sean singkat.

"Ada, gue panggilin bentar ya". Adrea memanggil Radiz.

"Diz... dicariin Sean di depan kelas." Teriak Adrea dari depan pintu.

Pemilik nama tersebut merasa terpanggil. Ia segera menuju depan kelas untuk menemui orang tersebut.

"Ada apa se, kok ke kelas aku?" Tanya Radiz

"Ikut gue." Sean menarik pergelangan tangan Radiz dengan lembut.

"Kemana sih se?" Tanya Radiz tak mengerti.

Halaman belakang sekolah yang dipilih Sean untuk berbicara pada Radiz.

"Diz, Lo jangan percaya sama omongan mereka ya". Pinta Sean pada Radiz.

"Maksud kamu apa se aku nggak ngerti deh." Radiz pura-pura tidak tahu, walaupun sebenarnya iya sudah tau apa yang mau di ucapkan Sean padanya.

"Lo nggak usah percaya sama gosip yang nggak bener tentang gue. Pokoknya Lo harus percaya sama gue ya diz". Ulang Sean detail pada Radiz.

"Iya". Jawab singkat radiz

Setelah percakapan itu, Radiz semakin bimbang dengan ucapan Sean. Disisi lain iya masih termakan dengan gosip yang ada disisi lain juga ada ucapan Sean yang menyuruh Radiz percaya padanya.

Suasana kantin terbilang sangat ramai dan penuh sesak. Di bangku lain terlihat gerombolan Sean dan teman-teman nya, dan sisi satunya terlihat Radi dan kedua sahabatnya sedang duduk menantikan makanan yang sedang dipesan oleh Cecil.

"Nih guys makanan nya udah jadi, makan yuk". Cecil memberikan makanan yang dipesannya pada kedua sahabatnya.

"Makasih Cecil, jadi tambah sayang deh Natella mu ini". Lebay Natella pada Cecil.

"Thanks cil". Jawab Radiz singkat.

Ketika sedang asik makan bersama kedua sahabatnya, tak sengaja manik mata Radiz menangkap sosok yang duduk di sebelah kanan Sean. Zeva, ya perempuan itu adalah Zeva.

Aksa dan axel yang mengetahui jika Radiz menatap Sean sejak tadi pun ikut melihat apa yang menjadi fokus Radiz saat ini.

Aksa,menyenggol bahu sean, sehingga Sean menyadari hal itu segera menoleh ke arah dimana Aksa kini sedang terfokus.

"Sstt..heh, Radiz dari tadi lihat Lo sama zeva noh, jangan jangan dia tahu lagi kalau Lo suka sama zeva". Bisik Aksa pada telinga kiri Sean.

"Buka suka, lebih tepatnya mantan hati". Jawab Sean singkat.

Sadar jika Sean melihatnya, Radiz segera memalingkan wajahnya ke arah lain.

Lagi lagi Radiz dibuat tidak fokus kepada pelajaran yang sedang diajarkan sejak tadi. Ia kembali terfokus pada Sean dan zeva tadi.

"Sst..Radiz,lo kenapa kok bengong aja, fokus diz nanti Bu Retno marah". Bisik Cecil pada Radiz yang sejak tadi tidak terfokus pada pelajaran.

"Radiz, kamu sakit atau apa kok bengong aja. Sini maju kerjakan soal yang ibu jelaskan tadi". Suruh Bu.Retno yang sejak tadi melihat Radiz tidak fokus.

"I...iya Bu". Radiz terpaksa maju dan mengerjakan soal yang disuruh Bu Retno tersebut. Untungnya Radiz pintar sehingga dia bisa dengan mudah mengerjakan soal yang diberikan.

"Ya sudah kamu duduk kembali." Suruh Bu.Retno pada Radiz.

Fokus Radiz sejak kemarin menjadi terfokus pada sosok Zeva yang hadir dalam hidupnya. Ditambah kejadian di kantin tadi, dimana Radiz melihat Sean dan zeva duduk berdua.

D'radizza [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang