32~Bertemu~

32 7 0
                                    

Malam ini Radiz tengah ada jadwal jalan-jalan dengan kedua sahabatnya. Ia memilih toko buku untuk membuat pikirannya serta hatinya menjadi lebih baik dari sebelumnya.

"Diz, menurut Lo buku mana yang bagus, gue bingung nih". Tanya Natella pada Radiz dengan menyodorkan 2 buah buku.

"Mmm... menurut gue sih yang kanan deh yang bagus, karena gue udah baca yang kanan dan isinya bagus banget". Saran Radiz sambil menunjukkan buku sebelah kanan.

"Ok diz, gue bakal ambil ini. Makasih ya my love ku". Ucap Natella lebay.

"Iya sama-sama, yaudah gue mau ke sana dulu, gue mau milih buku juga". Kata Radiz menunjuk rak buku deret 5.

"Mana ya buku yang bagus. Ini udah, ini udah juga, dan ini juga udah gue baca. Haduhh kok udah semua sih, giamana ya". Bingung Radiz.

Brughh......

"Ah maaf, aku nggak sengaja tadi". Ucap Radiz.

"Lo itu kalau jalan lihat-lihat dong, jangan asal tabrak aja". Marah perempuan itu.

"Zeva, kamu sama siapa kesini?" Tanya Radiz.

"Sama Sean, kenapa?" Tanya Zeva sinis.

"Nggak apa-apa kok". Balas Radiz.

Sungguh jika boleh jujur, saat ini hatinya tengah dihujani ribuan pisau yang menusuk hatinya.

"Zev, ayok udah malem nih. Nanti keburu tutup toko bonekanya". Sean tiba-tiba saja datang dan merangkul tubuh Zeva.

"Iya se ini aku juga udah selesai kok". Balas lembut Zeva.

"Oh, maaf ya saya sudah mengganggu waktu kalian. Kalau gitu saya permisi". Radiz pergi begitu saja setelah Pamit pada mereka.

"Cil, la kita pulang yuk. Gue belinya lain kali aja deh. Lagian buku-buku semua juga udah gue baca semua". Ajak Radiz pada kedua sahabatnya.

"Aduh diz, gue masih pengen disini". Rengek Cecil.

"Ayolah cil, PLISSSSS". Mohon Radiz pada Cecil.

"Yaudah ayok kita pulang sekarang ratu". Akhirnya mereka setuju dengan permohonan Radiz.

"Yeay... makasih ya Cecil sayang. Makin tambah sayang deh kalau gitu". Senang Radiz.

Radiz, Cecil dan Natella kini berada di dalam mobil putih milik Radiz dengan posisi Radiz sebagai pengemudi Cecil berada di samping Radiz dan Natella berada di bangku belakang. Mereka memutar lagu milik Justin Bieber. Mereka sangat senang dan menikmati lagu tersebut dengan rasa bahagia.

"Eh..eh. bukannya itu Zeva sama Sean ya. Kok mereka berdua sih?" Tanya Natella sembari menunjuk ke arah luar kaca.

"Mana sih la, jangan ngasal deh Lo, mana mungkin Sean milih Zeva". Jawab cecil tak percaya.

"Ihhh..itu loh, tuh motor hitam". Tunjuk Natella ke arah montor hitam milik Sean.

"Eh iya betul, itu kan iblis sama nenek Lampir. Ngapain mereka berdua sih". Geram Cecil.

"Udah apaan sih kalian ini ribut banget. Ya biarin aja, mau Sean sama zeva, sama Taylor Swift ya itu urusan dia. Toh gue juga udah nggak dianggap". Kata Radiz.

Kata terkahir yang Radiz ucapkan "toh gue juga udah nggak dianggap". Kata itu membuat Cecil dan Natella terkejut diam dan saling bertatapan. Mereka terkejut, bagaimana bisa seorang Radiz berbicara seperti itu.

"Lo ngomong apaan sih diz, gue yakin kok kalau Sean itu cuma cinta sama Lo bukan cinta sama tuh nenek Lampir". Tegas Cecil.

"Ia diz, gue juga yakin kalau Sean itu nggak akan pernah suka bahkan cinta sama zeva. Lagian menurut gue ya, Lo itu jauh lebih baik daripada Zeva. Dan kalau seumpama Sean milih Zeva daripada lo, menurut gue dia buta sih sumpah". Jelas Natella sembari menunjuk-nunjuk muka Cecil.

"Heh tangan Lo bisa nggak, nggak usah nunjuk-nunjuk muka gue. Udah tangan bau, main nunjuk-nunjuk muka gue lagi". Sindir Cecil.

"Apaan sih, orang tangan gue waingi kayak gini juga, dibilang bau. Tangan ko kali yang bau". Natella mencium tangannya dan menyindir kembali Cecil.

"Yaudah biarin aja, kalaupun Sean lebih milih Zeva daripada gue, ya  mungkin aja emang Zeva lebih baik daripada gue". Jawab Radiz tak mau amarah.

"Gue bener-bener salut sama Lo diz, disaat yang seperti ini Lo masih mau sabar buat nerima sean. Bahkan Lo nggak pernah nyalain Sean atau zeva karena udah nyakitin Lo. Hati lo emang hati bidadari diz". Salut Cecil dalam hati.

Baginya, Radiz adalah sosok gadis yang sangat kuat. Ia tak pernah menyalahkan siapapun atas penderitaan yang ia hadapi. Bahkan ia tak pernah menyalahkan orang lain atas rasa sakit hatinya. Hati yang bak bidadari, lembut dan sabar. Ungkapan yang sangat cocok untuk gadis seperti Radiz.

"Ahhh, gue mau diz punya hati kayak Lo. Udah baik, sabar nggak pernah marah lagi. Aduh, andaikan aja gue punya hati bidadari kayak Lo, mungkin sekarang gue udah pacaran sama Zayn Malik". Ucap Natella.

"Heh toa, lo tuh sadar diri dikit Napa sih. Lo mau punya hati bidadari kayak Radiz, sedangkan mulut Lo aja tuh sering koar-koar kayak ibu-ibu kompleks. Kalau mau kayak Radiz tuh harus sabar, lembut nggak pernah koar-koar. Lah Lo nggak ada satupun sifat yang mirip sama Radiz, gitu mau punya sifat kayak Radiz". Sindir Cecil.

"Ya terserah gue dong, semua itu serba mungkin. Kalau nanti gue Sampek punya hati kayak Radiz, gue pastikan Lo bakal nyesel udah ngejek gue". Timpal Natella tak mau kalah.

"Udah-udah nggak usah berantem, lagian gue kayak gini juga udah takdir dari Tuhan". Jawab Radiz menengahi konflik antar kedua kubu yang tak mau kalah.

Kini mereka sedang menikmati indahnya kota Jakarta dari balik kaca mobil. Mereka menikmati sembari ditemani oleh sebuah lagu milik Justin Bieber.

Disaat yang bersamaan, Radiz menahan rasa sakitnya dalam hatinya sendiri. Ia tak mau membuat kedua sahabatnya menjadi khawatir padanya. Ia cuma ingin orang lain melihatnya tersenyum bukan melihatnya murung. Ia sebenarnya sudah tak kuat menahan sakitnya, ingin rasanya ia menangis sekeras-kerasnya, namun ia tak bisa. Ia tak mau membuat kedua orang itu khawatir.

D'radizza [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang