57~Seribu Pertanyaan~

21 7 0
                                    

"Gue juga kok diz."

Mereka berpelukan dalam jangka waktu yang terbilang lama. Rasa sayang dan cinta yang mereka tanam dan berikan memanglah sangat besar. Besarnya kasih sayang antara mereka bertiga, membuat mereka menjadi sosok sahabat yang saling melindungi satu sama lain.

"Ekhemmm...." Seorang laki-laki terdengar ber dehem ringan dari balik pintu kelas.

"Ngapain lo?" Tanya Cecil melepas pelukannya.

"Cari Radiz." Jawab laki-laki itu.

"Ngapain nyari Radiz?" Tanya Cecil intens.

"Gue mau ngomong sama dia." Ujar Sean berjalan mendekati mereka bertiga.

"Sean! Ngapain kesini?" Tanya Radiz.

"Gue mau ngomong sama lo." Jawab Sean.

"Ngomong apa?" Tanya Radiz.

"Ikut gue kebelakang." Ajak Sean.

"Stop! Radiz nggak boleh ikut lo. Kalau lo mau nyakitin dia lagi, nggak boleh!" Cegah Cecil.

"Heh bule nggak jadi! Lo nggak usah mikir aneh-aneh tentang gue. Gue cuma mau ngomong sesuatu sama sahabat lo." Balas Sean.

"Gue bule asli kok, bukan bule nggak jadi. Lo aja yang suka iri sama gue karena gue mukanya kaya bule." Sewot Cecil.

"Intinya, gue boleh nggak ngajak sahabat lo ini? Gue nggak akan makan dia kok, gue nggak rakus kayak lo." Tekan Sean.

"Heh gue nggak rakus ya. Lo jangan asal nuduh sama gue, gue makan baru tahu rasa lo." Ancam Cecil.

"Nah kan, lo bilang kalau lo mau makan gue. Itu apa kalau bukan rakus? Kelaparan?" Tanya sean balik.

"Udah lah, pergi sana lo! Nggak usah ganggu hidup gue lagi, gue udah capek ketemu tikus kaya lo." Usir Cecil.

"Gue ini juga mau pergi, lo aja yang dari tadi cegah gue nggak jelas. Malah nuduh gue lagi yang buruk-buruk. Dasar bule nggak jadi!" Sindir Sean lalu pergi menarik tangan Radiz.

"SEANIDA MEMATIKAN JELEKKK!" Teriak Cecil hingga terdengar di telinga Radiz yang jarak dirinya dengan kelas cukup jauh.

"Temen lo kenapa tuh?" Tanya Sean.

"Biasa kalau gitu mah. Cecil emang suka gitu anaknya, over protective." Jawab Radiz.

"Itu bukan terlalu over tapi, dia emang sayang sama lo. Dia nggak mau kalau lo disakiti sama orang lain, dia nggak mau lo sedih. Makanya dia selalu jaga lo, mungkin itu terlihat over tapi itulah bentuk rasa sayang Cecil sama lo." Sean sedikit menjelaskan hal itu.

"Kok lo jadi bela Cecil kayak gitu. Bukannya lo nggak suka ya sama Cecil, lihat Cecil aja udah kayak lihat musuh. Ngeri!" Radiz bergidik ngeri.

"Emang dia musuh gue. Bule abal-abal." Timpal Sean.

"Tapi dia sahabat gue. Kalau di bule abal-abal berarti gue juga bule abal-abal dong? Kan gue sahabatnya Cecil." Tunjuk Radiz pada dirinya.

"Sudah dipastikan iya." Goda Sean mencubit hidung Radiz.

"Kok iya sih, kan gue nggak bule. Masih cantik gue kali daripada dia, gue juga nggak bule abal-abal kok.", Bela Radiz pada dirinya sendiri.

"Kalo lo nggak bule terus apa dong?" Tanya sean dengan nada menggoda.

"Gue asli buatan Indonesia kok, nggak terkontaminasi negara manapun kok. Made in Indonesia asli." Ujar Radiz berjalan mendahului Sean.

"Dasar cewek!" Umpat Sean pelan.

D'radizza [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang