Jam menunjukkan pukul 15.00 yang berarti jam pulang sekolah. Para siswa yang mendengar bel pulang segera membereskan barang-barang yang ada dia atas menjadi maupun yang berada di dalam laci. Radiz dan Natella juga segera membereskan barang-barangnya.
"Diz gue pulang dulu ya, keburu sore ntar." Pamit Natella.
"Lagian lo aneh deh, ini kan udah sore badak betina. Masu sore gimana lagi." Ejek Radiz.
"Heh lo ya kebo beranak, enak aja main manggil nama gue sama badak betina. Ya terserah gue dong mau sore, mau malam." Sewot Natella.
"Iya udah terserah lo deh. Udah pulang sono, cepetan." Usir Radiz.
"Main usir-usir aja lo." Sinis Natella.
"Ya kan lo mau pulang tadi katanya, yaudah kan gue betul kan." Bela Radiz.
"Yaudah byeee gue pulang dulu." Teriak Natella dari dalam mobil.
Kini menyisakan Radiz seorang diri saja di halte bus tersebut. 2 jam sudah dia menunggu di halte tersebut tanpa ada satupun kendaraan yang lewat.
Tiba-tiba terdapat motor hitam yang berhenti di depannya. Ia tak asing dengan pemilik montor tersebut.
"Al?" Tebak Radiz.
"Ayo pulang, gue anterin. Jok belakang masih kosong." Tawar Al.
"Nggak usah Al. Gue nunggu bus aja. Mungkin habis ini datang bus nya." Tolak Radiz lembut.
"Heh kebo, jam segini mana ada bus lewat. Yang ada noh begal-begal pada lewat buat malakin orang-orang." Al menakut-nakuti radiz.
"Appan sih Lo nakut-nakutin gue aja. Lagian gue masih mau ke suatu tempat." Radiz bergidik ngeri dengan apa yang dikatakan oleh Al.
"Yaudah gampang aja sih. Tinggal Lo naik ke montor gue terus gue Anter deh ke tempat itu, udah kan gampang bin mudah." Jelas Al yang seakan-akan membuat semuanya menjadi mudah.
"Yaudah deh terserah lo aja. Udah ayo cepetan anterin gue ke tempat itu." Suruh Al.
"Ok bos siap."
**********
20 menit sudah, kini mereka sudah berada di halaman depan tempat pemakaman umum. Mereka kini memang tengah akan mengunjungi pemakaman itu.
"Heh kebo, lo mau ngapain sih ke tempat ini. Lo mau berkunjung ke rumah masa depan lo ya." Ejek Al.
"Apaan sih lo, terus aja lo ejek gue sampai puas. Lagian gue kesini tuh mau ke makam nya papah gue, bukan mau lihat rumah masa depan gue. Aneh deh lo." Sewot Radiz.
"Iya iya, lagian gue juga lupa kalau Lo kesini mau ke makam papah lo. Yaudah cepetan ayok masuk, keburu malem ntar. Kalau udah malem ntar para penghuni perumahan sini pada keluar kan ngeri." Al menakut-nakuti kembali Radiz.
Mereka kini sudah berada di depan tempat makam papahnya Radiz.
"Alexander Anderson
Bin
Richard Anderson
Lahir: 12 Januari 1970
Meninggal: 21 Juni 2007"Data itulah yang pertama kali dilihat oleh mereka berdua. Kini Radiz mendekati batu nisan tersebut dan menyiramnya dengan air yang sudah mereka bawa tadi.
"Pah Radiz kangen banget sama papa. Radiz inget pa pada saat papa ngasih Radiz boneka sapi yang Radiz suka. Radiz ingat ketika mama sering marah sama Radiz tapi papa selalu bela Radiz." Radi mencoba untuk tidak menangis di depan makam papanya.
"Sekarang nggak ada lagi yang neme in Radiz disaat Radiz banyak masalah. Tapi Radiz bersyukur pa, karena Radiz punya papa yang hebat kayak papa. Semoga papa selalu bahagia disana ya pa." Kalimat terakhir itu yang membuat Radiz tak bisa menahan air matanya.
"Al kita pulang yuk, udah malam." Ajak Radiz yang masih sibuk mengelap air matanya.
"Yaudah yuk." Al menggandeng tangan Radiz.
Tak ada percakapan ketika mereka berada di jalan. Angin malam menembus tubuh Radiz dengan mudahnya.
"Om Al janji, Al bakalan jaga Radiz sebaik mungkin. Walaupun Radiz bukan siapa-siapa Al tapi Al udah anggap Radiz sebagai adik Al sendiri." Ucap Al dalam hatinya.
"Udah sampai bos, silahkan turun." Al mencoba membangunkan Radiz dengan sangat pelan.
"Oh udah sampai ya. Yaudah kalau gitu Lo pulang sana udah malam." suruh Radiz.
"Ngusir sama nyuruh beda tipis ya sekarang." Sindir Al.
"Terserah lo lah Al, udah sana pulang. Hati-hati kalau di jalan, jangan ngebut-ngebut. Byeee." Radiz melambaikan tangannya pada Al yang sudah semakin jauh.
Setelah Al tak terlihat lagi, kini Radiz mulai membuka pintu rumahnya dan segera masuk ke dalam kediamannya.
"Assalamualaikum bu." Salam Radiz.
"Waalaikum salam nak. Kok kamu baru pulang?" Tanya ibunya khawatir.
"Iya Bu maaf ya, udah bikin ibu khawatir. Tadi Radiz ke makam nya papa dulu, dan tadi Radiz mau nelfon ibu tapi hp Radiz habis baterainya." Jawab Radiz.
"Oh yaudah, yang penting kamu nggak apa-apa. Udah sekarang kamu cepet ganti baju habis itu istirahat ya!" Suruh ibunya.
"Ok Bu. Radiz naik dulu ya Bu." Radiz mencium tangan ibunya dan pergi ke arah kamarnya.
Pada saat ia berjalan menuju arah kamarnya, ia tak sengaja melihat kamar papanya yang sudah tak terpakai lagi. Ia menatap kamar tersebut sembari mengingat banyak kejadian ketika ia berada di kara tersebut.
Air matanya kini kembali jatuh di kedua pipi manisnya. Ia tak kuasa menahan rasa sakitnya ketika ia mengingatkan kejadian 13 tahun yang lalu. Ketika itu ia masih sangat kecil untuk mengerti masalah itu.
Setelah lama menatap kamar papanya, kini Radiz sudah berada di dalam kamarnya dan merebahkan tubuhnya diatas kasur nya.
Radiz mengambil foto yang terdapat 2 orang laki-laki dan perempuan yang tengah menggandeng seorang gadis kecil di tengah-tengahnya.
Radiz cukup lama menatap foto tersebut. Ia sangat rindu kebersamaan seperti dulu lagi, ketika kedua orangtuanya masih bersama. Namun kini semua sudah berubah 360°. Taka da lagi kebersamaan dan kehangatan seperti dulu lagi. Semuanya sudah hancur.
"Radiz rindu sama papa. Radiz rindu sama Mama. Radiz bakal selalu ingat pesan-pesan Mama sama papa. I love you papa Mama." Kata terakhir yang diucapkan Radiz sebelum ia menginjak ke dunia mimpi
Udah part 37 nih. Semoga bisa publish part selanjutnya dengan cepat ya guys. Terimakasih buat kalian yang udah baca, komen, share and vote.
Semoga cerita ini bisa menginspirasi kalian semua.
See you next part😘
KAMU SEDANG MEMBACA
D'radizza [End]
Fiksi Remaja[End] -Radizza Zaletta Vexazana- Sejuta luka serta masalah yang ia hadapi, membuatnya beranggapan bahwa dunia sangat kejam. Ia menjadi sosok gadis yang cukup introvert, karena ia tak mau memberikan masalah pada hidup orang lain. -De-nathan...