Radiz menyusuri anak tangga lengkap dengan senyuman yang mengembang. Ia turun dari atas tangga bak seorang putri yang turun dari sebuah kerajaan.
"Pagi buk. Ibu masak apa?" Tanya Radiz menunjukkan senyum nya.
"Ibu masak nasi goreng. Kamu kenapa kok senyum-senyum sendiri?" Tanya ibunya yang melihat tingkah aneh anaknya.
"Hehehehe, nggak apa-apa kok Bu. Radiz cuma lagi pengen donasi senyum aja buat dunia." Ucapnya aneh.
"Donasi? Buat dunia?" Ibunya memperjelas apa yang diucapkan Radiz.
"Iya! Lagian juga kan Radiz jarang donasi buat dunia." Ucapnya.
"Yaudah deh terserah Radiz aja gimana bahagianya." Ucap ibunya.
"Nih ibu ambilin nasinya buat kamu." Ibunya mengambilkan nasi goreng untuk dirinya.
"Makasih Bu." Balasnya.
XII-IPA 3
"Heh lo tadi dicariin sama Sean." Ucap Cecil sedikit menekan.
"Ngapain dia nyariin gue?" Tanyanya.
"Ya mana gue tahu Radiz. Emang gue emaknya apa!" Ucapnya jutek.
"Santai aja kali, orang gue cuma tanya. Sensi amat jadi orang." Kesalnya.
"Lagian lo aneh sih. Yang pacarnya lo tapi yang ditanya gue." Cecil menunjuk dirinya.
"Ya kan itu pas gue nggak ada cil. Kalau gue ada ya Sean nggak bakalan tanya sama lo. Emang dia mau nanya sama tembok apa." Jelasnya.
"Ya kan bisa tanya yang lain. Adrea kek, apa siapa kan bisa." Cecil tak mau kalah.
"Ya terus apa hubungannya Adrea sama gue?" Tanya Radiz skakmat.
"Hubungannya? Ya ketua kelas sama anggota." Jawab Cecil.
"Yaudah terserah lo deh cil. Gue pergi dulu." Ucapnya berdiri dari tempat duduknya.
"Heh diz lo mau kemana? Baru Dateng udah main pergi aja." Tanya Cecil penasaran.
"Katanya tadi gue dicariin sama Sean. Sebenernya gue dicariin apa enggak sih Cil?" Tanyanya dengan muka kesal.
"Iya lo dicariin sama Sean. Orang tadi dia sendiri yang kesini." Katanya.
"Yaudah kalau gitu. Gue mau kesana dulu. Gimana sih lo." Gerutunya.
"Yaudah pergi sana. Huss!" Usir Cecil.
Radiz berjalan melenggang pergi keluar kelas untuk mencari keberadaan Sean. Ia berjalan dengan wajah yang ceria dan menebar senyum kepada semua siswa yang menyapanya.
"Aneh deh, ngapain juga dia marah-marah nggak jelas sama gue. Ketempelan kali ya dia." Gerutu Radiz sambil berjalan mencari keberadaan Sean.
"Orang gue cuma tanya. Terus kan dia tinggal jawab. Apa susahnya sih, pake marah-marah segala nggak jelas." Dumelnya lagi.
"Dorrr...." Sean memukul pelan pundak Radiz yang menyebabkan gadis itu terlonjak.
"Astaga ya Tuhan. Lo ngapain sih pakai ngagetin gue segala. Kalau gue jatuh lo mau tanggung jawab." Kesalnya.
"Santai aja kali. Kan kalau lo jatuh masih ada gue yang siap buat nangkep lo." Godanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
D'radizza [End]
Teen Fiction[End] -Radizza Zaletta Vexazana- Sejuta luka serta masalah yang ia hadapi, membuatnya beranggapan bahwa dunia sangat kejam. Ia menjadi sosok gadis yang cukup introvert, karena ia tak mau memberikan masalah pada hidup orang lain. -De-nathan...