4 tahun sudah mereka berpisah setelah SMA, banyak kenangan yang tak terlupakan dari diri mereka masing-masing. Mereka saat ini tengah disibukan dengan skripsi dan akan menuju kelulusan.
Menara Eiffel, tempat dimana saat ini mereka berada. Mereka berkumpul di tempat dibawah menara itu. Negara yang terkenal dengan negara romantis di dunia.
Lonceng berbunyi pertanda ada orang yang akan masuk ke cafe itu. Saat ini mereka berkumpul di cafe itu setelah menghabiskan waktu cukup lama di menara Eiffel. Mereka saat ini memang merayakan kelulusan Kulaih mereka dengan liburan bersama-sama di Paris.
"Gue udah lama nggak kayak gini. Udah 4 tahun kita nggak bareng-bareng kayak gini ya, jadi kangen gue sama kalian semua." Tiba-tiba saja Malven memeluk tubuh Aksa sangat kencang hingga membuat laki-laki itu sedikit kesakitan.
"Lo sadar nggak ini bukan tubuh lo? Ini gue sakit dari tadi lo nyadar nggak Ven?" Ujar Aksa dengan wajah serius.
"Maaf, kan gue kangen sama lo semua. Udah lama juga sih kita nggak kayak gini." Ujar Malven.
"Akhirnya kita bisa liburan bareng kayak gini ya. Jarang juga kita kayak gini, apalagi udah 4 tahun kita nggak ketemu dan kumpul kayak gini." Cecil menyahut dengan nada terlihat sangat senang.
"SAMAAA." Tiba-tiba saja Natella Teriak yang membuat seisi cafe melihat kearahnya dengan wajah bingung.
"Mulut lo ya Nat! Ini bukan Indonesia, jadi mulut lo jangan keras-keras." Radiz memperingatkan Natella karena merasa tak enak.
"Tahu nih Natella, mulutnya masih Indonesia banget sih lo. Kuliah aja di luar negeri, tapi mulut masih Indonesia." Sindir Cecil.
"Suka-suka gue lah, gue kan cinta Indonesia. Gue anak cinta tanah air kok!" Natella tetap membela dirinya walaupun tahu bahwa dia salah.
"Ok, suka-suka lo. Gue nggak mau berantem sama lo." Cecil pasrah tak mau berdebat.
"Ekhemmm..... Ngomong-ngomong hubungan lo sama Cecil gimana hubungan lo sama Malven?" Tiba-tiba saja Sean bertanya hal yang terduga.
"Lo pacaran Cil sama Malven?" Sahut Natella terkejut.
"Ya gitulah." Jawab Cecil dengan malu.
"Kok lo nggak ngomong sama kita sih Cil. Jahat lo sama gue, padahal gue berharap sama lo." Timpal Radiz.
"Kenapa lo gitu sih? Kan gue nggak salah apa-apa." Wajah Cecil berubah dengan ekspresi sedih.
"Lo pacaran Ven sama Cecil? Sejak kapan?" Tanya Aksa.
"Udah lama." Jawab Malven ringan.
"Dari kapan?" Giliran Axel yang bertanya hal itu.
"Udah dari sebelum lulus SMA sih." Jawab Malven dengan mudahnya.
"Berarti dulu gue bener ya? Nggak salah gue jodohin kalian berdua." Goda Ken dengan nada genit.
"Hmm."
"Gimana hubungan lo sama Radiz?" Tanya Aksa pada Sean yang dari tadi hanya diam.
"Baik-baik aja kok." Jawab Sean.
"Nggak ada masalah kan lo sama dia?" Aksa menunjuk Radiz.
"Nggak ada Aksa. Gue sama dia baik-baik aja, kita juga sering komunikasi juga. Jadi lo tenang aja, nggak perlu khawatir." Jawab Sean penuh kesabaran.
"Beneran Diz?" Aksa masih tetap memastikan dengan bertanya pada Radiz.
"Iya kok Sa. Gue Sam Sean baik-baik aja, nggak ada masalah. Mulus, semulus-mulusnya." Balas Radiz dengan wajah sangat berseri-seri.
KAMU SEDANG MEMBACA
D'radizza [End]
Novela Juvenil[End] -Radizza Zaletta Vexazana- Sejuta luka serta masalah yang ia hadapi, membuatnya beranggapan bahwa dunia sangat kejam. Ia menjadi sosok gadis yang cukup introvert, karena ia tak mau memberikan masalah pada hidup orang lain. -De-nathan...