30~Pesan~

28 9 0
                                    

"Nak, Radiz sayang. Buka pintunya, ibu bawakan makanan." Ucap ibunya dari balik pintu.

Tak ada jawaban dari pemilik kamar tersebut. Hanya ada rasa sepi yang menjalar dan tidak ada suasana lain selain hal itu.

"Radiz, ibu bawakan makanan. Tolong bukakan sebentar, nak." Ucap ibunya kembali.

Cklek..

"Maaf Bu, Radiz bukanya lama. Radiz cuma ingin sendiri sebentar buk." Ucap Radiz tak bersemangat.

"Iya nggak apa-apa kok sayang, ibu cuma mau ngasih makanan buat kamu." Jawab ibu Radiz lemah lembut.

"Makasih ya buk, Radiz tutup lagi ya pintunya." Ucap Radiz.

Ibunya sangat mengetahui bagaimana kondisi Radiz saat ini. Bagaimana sosok gadis yang baru saja berumur 18 tahun yang seharusnya bergembira ria bersama teman-temannya, kini harus merasakan pahitnya perjalanan hidup yang seharusnya belum ia rasakan.

"Kenapa orang yang nggak pernah ngelahirin aku aja bisa sayang banget sama aku? Sedangkan ibu kandung aku sendiri aja nggak pernah sayang sama aku?" Pikir Radiz sejenak.

Tuhan jika aku tidak pernah diinginkan di dunia ini, mengapa engkau harus membuatku hidup diantara mereka?

Mengapa kau membuat diriku harus tercipta untuk mereka?

Aku tidak pernah meminta untuk membuat orang lain menyesak atas kehadiran diriku.

Jika memang ibuku tidak menginginkan aku, apa gunanya aku hidup di semesta ini?

~Radizza Z.V~

Tak terasa buliran kecil kini telah lolos dari kedua bola mata Radiz, sejak tadi ia berusaha untuk tidak membuat buliran itu jatuh kembali dan membasahi pipinya. Namun naas, ia tak bisa melakukan hal itu. Buliran itu jatuh begitu saja seperti air mengalir.

Ia berfiki, mengapa dunia ini begitu membenci dirinya? Mengapa semua orang seperti tidak mengijinkan dia untuk hadir diantara mereka?. Jika memang itu adanya, mengapa dia harus ada di antara mereka dan semesta. Bahkan ia merasa bahwa dunia tak lagi ramah, dunia tak lagi ceria, dan dunia tak lagi ada untuknya.

Kini hatinya hancur seperti kaca yang jatuh lalu pecah berkeping-keping. Ia saat ini sungguh sangat rapuh dan membutuhkan seseorang untuk disisinya. Namun ia tak tau harus kemana dan bagaimana sekarang.
Tak ada kebahagiaan, kehangatan, dan keceriaan seperti sediakala. Hanya ada suasana sepi dan sunyi yang tergambar dalam hidupnya. Hidup yang dulunya berwarna kini berubah menjadi monoton. Hidup yang dulunya bahagia kini harus tersungkur hampa. Tak Ada dunia yang seperti tadi inginkan.

Netalla:
Diz, Lo nggaka apa-apa kan?

Radiz:
Ia gue nggak apa-apa. Emang ke apa sih kok Lo nanyain gue kayak gitu?

Natella:
Oh gpp kok diz, gue cuma khawatir aja, soalnya dari tadi wa Lo gue lihat mati.

Radiz:
Oh iya maaf ya la, jadi bikin Lo khawatir deh.

Natella:
Hp Lo rusak ya diz?

Radiz:
Nggak, lagian kalau hp gue rusak ya mana mungkin gue bisa balas pesan Lo. Aneh deh nih anak satu.

D'radizza [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang