13~Khawatir~

58 14 3
                                    

suara alat pendeteksi jantung masih tetap berjalan setia di samping tubuh Radiz. Tubuh gadis itu saat ini sangat lemah.

Sean masih tetap berdiri di kaca ruang ICU, ia tak bisa meninggalkan ruangan itu sedetik pun. Pikirannya kacau saat ini, ia hanya ingin Radiz bangun dari komanya.

"Bos, mending kita sekolah dulu aja sekarang." Ucap aksen

"Iya, nanti pulang sekolah kita balik lagi kesini." Ucap axel

"Setuju, nanti daripada kita ketinggalan pelajaran." Setuju malven pada kedua temannya.

"Udah se, mending Lo sekarang pulang habis itu sekolah dan Lo doain aja yang terbaik buat Radiz." Saran Ken pada Sean.

"Gue nggak mau, kalau kalian mau sekolah, sekolah aja, bilangin gue izin jagain Radiz." Tolak Sean masih tetap memandang tubuh lemah Radiz.

Mengerti akan keadaan, mereka hanya bisa pasrah mengikuti perintah Sean, mereka tak mau menambah beban yang Sean miliki. Suara deru motor milik mereka terdengar di seluruh Sekolah. Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka.

"Aduhh...,Radiz mana sih, padahal udah mau masuk 10 menit lagi ,kok belum Dateng juga ya." Natella mencari keberadaan Radiz, namun nihil cewek itu tak memperlihatkan Batang tubuhnya.

"Iya sih mana sih ni Radiz nggak dateng-dateng, mana udah mau bel lagi." Raut muka Cecil khawatir.

Tampak 4 orang laki-laki berjalan dari arah berlawanan. Mereka tidak tampak seperti biasa. Muka khawatir jelas terpampang di wajah mereka. Kedua sahabat Radiz segera menghampiri segerombolan cowok tersebut.

"Loh kok tumben Sean nggak ke sekolah." Tanya Cecil sambil mencari keberadaan Sean dan Radiz.

"Dia di rumah sakit." Jawab Ken dingin.

"Siapa yang sakit." Tanya Natella memastikan.

"Radiz. Kemarin dia ketusuk pisau."

Deg.. seketika tubuh Cecil lemas, bagaimana bisa Radiz tertusuk pisau kemarin. Ia bahkan tak tau jika dari kemarin Radiz berada di rumah sakit, karena memang tidak ada yang memberi tahu padanya.

"Ra...rad... RADIZ, di rumah sakit sekarang." Tanya Cecil tak percaya.

"Iya, dia koma sekarang dan Sean juga disana." Jawab malven tak menatap wajah Cecil. Ia tak tega jika melihat wajah Cecil seperti itu.

Suara tangis pecah ketika mereka tahu bahwa sahabatnya 'Radiz' sekarang berasa di rumah sakit koma. Ia menyesal mengapa tak mengantar Radiz pulang.

Selama pelajaran, tak ada satu pelajaran pun yang masuk ke otak mereka berdua, hanya sosok Radiz yang mereka pikirkan, entah bagaimana bisa sosok kuat seperti Radiz kini tersungkur lemah diatas kasur ruang 'ICU'.

***********

Mereka berdua berencana untuk menjenguk Radiz di rumah sakit setelah pulang sekolah. Mereka ingin segera dengan bertemu dengan Radiz.

Natella dan Cecil mempercepat langkahnya menuju gerbang depan. Hari ini mereka berdua tak membawa kendaraan ke sekolah.

"Bareng kita aja, kalau mau ke rumah sakit." Tawar Ken pada mereka.

"Ia bareng kita aja, ini kita langsung mau ke rumah sakit kok." Aksen menyahut.

"Yaudah kalau gitu, lagian pasti juga lama nunggu bus." Setuju merek berdua.

Dua mobil sport hitam dan putih telah terparkir rapi di depan rumah sakit "MUARA KASIH" mereka langsung menuju dimana Radiz terbaring.

"Radiz...kenapa Lo kayak gini, kenapa Lo nggak bangun." Tangis Cecil pecah melihat kondisi Radiz.

"Diz, Lo kenapa sih kayak gini, gue jadi nggak semangat buat sekolah. Lo harus kuat, Lo harus buka mata Lo, banyak orang yang sayang sama Lo." Natella berbicara sembari melihat tubuh Radiz dari balik kaca.

"Dia pasti bangun, gue yakin, dia kan cewek kuat." Sean menyakinkan mereka berdua.

Kini mereka tengah duduk sembari menatap kosong ke arah kaca dimana radiz terbaring. Cecil tak henti-hentinya menangis karena melihat kondisi Radiz yang sangat lemah saat ini.

"Maaf..." Sesal Sean pada mereka.

"Nggak usah minta maaf, ini bukan salah Lo." Natella menjawab Sean sembari tersenyum ramah padanya.

Mereka memutuskan untuk menunggu Radiz hingga tersadar. Karena besok pun juga hari libur jadi mereka memutuskan untuk menunggu Radiz hingga tersadar. Pukul 02.00 dini hari, Radiz yang kunjung sadar. Sudah 2 hari dia koma seperti ini. Hanya keajaiban Tuhan yang bisa menyadarkan kondisi Radiz saat ini. Sean hanya bisa berdoa dan berharap agar Radiz tetap hidup dan ia bisa melihat kembali senyum indah milik Radiz.

D'radizza [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang