38~Peringatan~

32 8 4
                                    

Hari ini Radiz sangat tidak bersemangat untuk berangkat ke sekolah. Ia sangat malas jika harus mendengarkan cacian dari seluruh siswa SMA tersebut.

"Pagi buk." Sapa Radiz lesu.

"Kamu kenapa nak? Kok muka kamu ditekuk gitu?" Tanya heran ibunya.

"Nggak ada apa-apa kok Bu. Radiz baik-baik aja." Jawab Radiz bohong.

"Yaudah sekarang kamu makan dulu habis itu berangkat sekolah." Ibunya sudah mempersiapkan sarapan untuknya.

"Nggak usah Bu, Radiz lagi nggak ada nafsu buat makan. Mending makanannya Radiz bawa ke sekolah aja." Tolak Radiz masih dengan wajah lesunya.

"Yaudah kalau gitu, ibu masukin kotak makan dulu ya." Pasrah ibunya.

Sembari menunggu ibunya yang sedang menyiapkan bekal untuknya, Radiz mencoba untuk membuka handphonenya. Namun, banyak sekali pesan yang masuk yang hanya mencaci dirinya saja.

"Ini nak bekalnya, udah ibu masukin semua. Nanti jangan lupa dimakan ya." Pesan ibunya sembari memasukan bekalnya ke dalam tas Radiz.

"Yaudah buk, Radiz berangkat sekolah dulu ya." Radiz mencium punggung tangan ibunya.

"Ya, hati-hati ya nak." Pesan ibunya.

Ketika Radiz membuka pintu rumahnya, ia dikejutkan dengan kedatangan Al yang sudah di depan pintunya. Entah sejak kapan Al berada di depan rumahnya itu.

"Lo ngapain disini?" Tanya Radiz Bingung.

"Ya gue nungguin lo lah, masak gue nungguin Mang Udin. Gue masih normal kali." Sindir Al.

"Nungguin gue? Buat apaan? Lagian gue mau berangkat. Oh gue tahu, lo mau ngelamar jadi satpam rumah gue ya." Tebak Radiz.

"Enak aja lo, cakep-cakep gini lo bilang mau jadi satpam rumah lo. Yakali gue mau, diluar sana masih banyak orang yang mau sama gue ya." Al memuji dirinya sendiri.

"Udah deh terserah lo, capek gue. Lagian gue mau berangkat sekolah, keburu telat ntar. Udah minggir sono lo." Usir Radiz sedikit kasar.

"Nggak mau." Tolak Al.

"Terus mau lo apa?" Tanya Radiz sabar.

"Gue mau lo berangkat bareng gue. Ayo cepetan." Pinta Al.

"Maaf ya Al tuh muka kagak usah di lucu-lucuin, ntar bukannya makin lucu malah makin jijik gue nya." Ejek Radiz.

"Terserah gue lah. Udah ayo cepetan." Al menarik paksa pergelangan tangan Radiz.

Radiz tak bisa berbuat apa-apa, pagi ini ia sangat malas untuk berdebat. Akhirnya dengan hati yang sangat terpaksa, iapun menyetujuinya tawaran Al.

"Heh koala." Panggil Al dengan nada mengejek.

"Enak aja lo manggil gue koala. Dasar Dugong got." Ejek Radiz tak mau kalah.

"Heh koala Jonggol mana ada Dugong tinggal nya di got. Yang ada Dugong tuh di kebun binatang sono noh, bukannya di got. Lo tuh sekolah berapa tahun sih gitu aja kagak tahu." Ejek Al lebih bar-bar dari sebelumnya.

D'radizza [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang