26~Hancur~

21 9 0
                                    

Siang ini Radiz seharusnya pulang dengan Menaiki mobil miliknya, namun sangat disayangkan, mobil itu lagu harus dibawa ke bengkel lagi. Alhasil dia harus menunggu bus yang akan lewat jalan dekat sekolahnya. Ia menunggu di halte tempat dia biasanya menunggu.

"Aduh, mana sih bus nya dari tadi nggak dateng-dateng, mana udah 2 jam lagi aku nunggunya". Gerutu Radiz yang sudah menunggu 2 jam sejak tadi.

"Bareng gue aja, motor gue masih sisa kok". Tawar Al pada Radiz..

"Nggak usah Al makasih, gue nunggu bus aja, palingam bentar lagi juga Dateng". Tolak Radiz tak mau merepotkan Al.

"Nggak papa, lagian ini udah jam 4 sore dan setahu gue bus nya lewat sini terkahir itu jam 2 siang". Al memberi penjelasan pada Radiz.

"Beneran Lo nggak bohong kan, apa jangan-jangan biar gue mau Lo anterin pulang aja sampe Lo bohongin gue". Tuduh Radiz Dengan tatapan maut.

"Apaan sih, lagian ya nih gue tuh mau nganterin Lo karena gue tau kalau jam segini nggak ada kendaraan yang lewat". Al tak terima.

"Yaudah deh gue mau Lo anterin pulang, tapi Lo nggak akan ngapa-ngapain gue kan". Canda Radiz

"Gue juga milih-milih kali kalau mau ngapa-ngapain". Balas Al.

"Yaudah ayo cepetan keburu sore nanti". Ajak Radiz

"Ini udah sore mbak habis sore malam bukan sore lagi". Ejek Al

Akhirnya mereka berdua pergi dari tempat tersebut. Canda tawa terdengar dari senyum mereka. Seulas senyum terpampang di sudut bibir Al. Ia senang karena bisa melihat kembali senyuman yang hilang dari bibir Radiz Selama ini.

"Udah turun udah sampe". Al menyuruh Radiz turun dari motornya.

"Iya iya, lagian nih gue juga tau kalau udah sampe, nggak perlu Lo kasih tau kayak anak TK, tau nggak". Omel Radiz

"Eh nih anak ya ngomel Mulu kerjaannya, nggaka da kerjaan lain apa ya selain ngomel-ngomel". Ejek Al pada Radiz.

"Yaudah sana Lo pulang nanti keburu malem". Suruh Radiz

"Ternyata gue baru tau ya kalau ngusir sama perhatian itu beda tipis". Ejek Al kembali

"Al". Panggil Radiz dengan tatapan tajam

"Yaudah gue balik dulu diz, bye". Pamit Al. Kini Al bersama motor kesayangan sudah tak terlihat lagi di pekarangan rumah Radiz.

Sepi kembali menyelimuti diri Radiz, tak ada sedikitpun kehangatan yang tertera pada hidupnya. Sungguh malang nasib gadis itu. Masalah silih berganti datang pada hidupnya.

"Andai aja semua orang yang gue sayang selalu ada di sisi gue, mungkin gue nggak akan kesepian". Pikir Radiz

Tapi semua itu hanyalah kata'MUNGKIN'. Mungkin memang ini adalah yang terbaik buat aku. Mungkin Tuhan memang punya rencana terbaik untuk aku.

"Ndok, ibu buatkan susu buat kamu, kamu minum dulu ya". Ibu Radiz membuka pintu kamarnya dengan perlahan.

Betapa terkejutnya ibunya ketika melihat banyaknya pecahan kaca yang tersebar hampir di seluruh kamarnya. Ibunya tak tahu apa yang sedang terjadi pada anaknya.

"Ya Allah, ndok kamu kenapa. Kenapa banyak pecahan kaca?" Tanya ibunya dengan panik.

Ibu rasi segera mengambil sapu untuk membereskan pecahan kaca yang berserakan agar tidak terkena pada kaki.

"Kamu kenapa nak, kenapa kamu ngejak ini. Jawab ibu?" Tanya ibunya lembut

"Bu, kalau emang aku anak haram, kenapa dulu mamah ngelahirin aku?" Tanya Radiz sesenggukan

"Kamu nggak boleh ngomong kayak gitu. Ibu selalu sayang sama kamu". Jawab ibu Radiz kasihan

"Tapi kenapa Bu harus ibu yang selalu ada buat aku , bukan Mama kandung aku yang selalu ada buat aku". Tangis Radiz sejadi-jadinya

"Husst....udah sekarang kamu istirahat aja ya, nggak usah mikir yang aneh-aneh". Suruh ibunya

Radiz hanya membalasnya dengan anggukan, sungguh Radiz sangat merindukan saat-saat seperti ini dengan ibu kandungnya. Radiz segera Menaiki kasur berwarna pink nya.

"Bu makasih ya udah mau ngerawat Radiz sampai besar, dan makasih karena udah mau memberikan Radiz kasih sayang". Radiz mengucapkan kata-kata itu pada ibunya

"Iya Radiz, sama-sama. Lagian kamu udah ibu anggap sebagai anak ibu sendiri, jadi kamu nggak perlu terimakasih". Balas ibu Radiz menatap lekat wajah Radiz

Kini Radiz sudah terlelap dalam tidurnya. Mimpi yang sangat Radiz tunggu. Baginya terkadang mimpi lebih indah daripada kenyataan. Tak segalanya kenyataan yang indah akan berakhir indah juga.

"Ibu sangat prihatin sama keadaan kamu sekarang Radiz, andai aja mama kami tau keadaan kamu sekarang, mungkin dia nggak akan ninggalin kamu sendiri seperti ini". Ucap ibu Radiz menatap wajah Radiz yang sangat lembut.

Bagi Radiz terkadang dunia memanglah tempat yang sangat ditunggu-tunggu oleh sebagian orang, sebab disana banyak terdapat kasih sayang dan rasa cinta. Namun bagi Radiz terkadang dunia sangat mengerikan, dimana banyak orang yang harus tersakiti, terbebani dan masih banyak lagi.

Ia tak pernah berfikiran bahwa Tuhan akan memberikan dia hidup yang sangat rumit. Namun disisi lain ia sangat berterimakasih pada Tuhan, karena ia telah dipertemukan dengan ibunya yang sekarang merawatnya dengan penuh kasih sayang.

"Maafin Radiz Bu, udah buat ibu khawatir sama Radiz, Radiz cuma nggak tahu harus berbuat apa sekarang. Dan mulai sekarang Radiz janji nggak bakalan berbuat sesuatu yang bisa buat ibu khawatir sama keadaan Radiz". Lirih Radiz dalam posisi mata terpejam.

Setelah itu ia terlelap dalam tidurnya. Ia tak lagi mendengar dan melihat hal apapun. Hal yang paling disukai Radiz daripada semua hal adalah tidur. Karena baginya ketika kita tidur maka kita tidak akan bisa melihat mendengar hal buruk dari orang lain, oleh karena itu tidur adalah hal yang paling disukai oleh Radiz .

D'radizza [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang