14~Sadar~

44 13 1
                                    

Setelah 4 hari mengalaminya masa kritis, akhirnya Radiz telah melewati masa kritis nya. Mereka bahagia me getahui bahwa Radiz sudah siuman.

"Ya ampun diz, Lo udah bangun seneng deh gue jadinya." Peluk Natella erat pada Radiz.

"Eh Toa, itu perut Radiz masih sakit bodoh, main Lo peluk-peluk aja." Sinis Cecil pada Natella.

"Lo udah bangun diz." Tanya Sean sambil menutup pintu kamar.

"Iya,gue nggak apa-apa kok, udah mendingan." Jawab Radiz lemah.

"Syukurlah diz lo udah sadar. Banyak yang udah nungguin Lo buat bangun." Sahut ken disertai anggukan dari semua anggota.

Namun berbeda dengan yang lain, Sean terlihat diam menungggu di depan pintu sejak tadi. Ia tak bisa menatap manik mata milik Radiz,karena takut akan membuat gadis itu semakin tersakiti

"Sean, mana? Apa dia terluka?" Radiz bertanya sambil mencari keberadaan Sean yang sejak tadi tidak menampakkan Batang hidungnya.

"Nggak, dia nggak terluka. Dia ada di depan." Jawab Ken

Malven saat ini mengetahui keadaan dari sahabatnya itu. Ia sangat mengerti bagaimana menyesalnya Sean karena telah melibatkan Radiz dalam hidupnya.

"Bos, Lo nggak mau masuk?. Tadi Radiz nyariin Lo." Tanya malven

"Gue nggak bisa. Gue nggak bisa lihat kondisi Radiz sekarang ven." Jawab Sean tak bisa. Ia hanya tak mampu melihat kondisi yang Radiz alami sekarang.

"Ini bukan salah Lo sepenuhnya, jadi Lo nggak perlu nyalahin diri Lo sampai segitunya." Saran malven menepuk pundak Sean.

Setelah membujuk Sean untuk masuk akhirnya, Sean memberanikan dirinya untuk menemui Radiz.

"Sean... Kamu nggak papa kan?" Tanya Radiz sembari meneliti wajah Sean yang tak seperti biasanya.

"Gue nggak apa-apa. Lo gimana, masih ada yang sakit?" Tanya Sean tam berani menatap manik mata Radiz.

Menyadari hal itu Radiz mengerti bagaimana menyesalnya Sean saat ini. Naum Radiz tidak menyalahkan Sean atas kondisinya saat ini.

"Diz..gu..gu..gue minta maa-" belum sempat meyelesaikan perkataannya Radiz segera menyanggah nya.

"Lo nggak perlu minta maaf dan nggak perlu nyalahin diri Lo atas apa yang udah terjadi se." Sanggah Radiz pada Sean.

Radiz tahu bagaimana menyesalnya Sean atas Kondisinya saat ini. Malven telah menceritakan semua pada Radiz.

"Maaf..." Lirih sean
"Kan tadi udah aku bilang, nggak usah minta maaf, lagian ini juga bukan salah kamu dan aku nggak pernah nyalain kamu. Aku nolongin kamu untuk ikhlas." Jelas Radiz panjang lebar.

Seulas senyum terpampang di wajah Sean. Ia beruntung bagaimana bisa ia bertemu dengan gadis seperti Radiz. Walaupun Sean tau kondisi Radiz yang rapuh saat ini, namun perempuan itu tetap sabar dan kuat.

Terlintas sesaat di pikiran sean. Bagaimana jika suatu saat Radiz tak disisinya lagi, bagaimana jika gadis itu meninggalkan nya.

***********

1 Minggu berlalu, kini Radiz sekolah seperti biasanya tak ada perubahan sejak Radiz koma sampai sadar. Ia senang karena bisa kembali ke sekolah bersama kedua sahabatnya.

"RADIZ...OHH RADIZ... SAHABATMU YANG PALING CANTIK SEDUNIA BUMI INI DATANG UNTUK MENEMUI KAMU. I'AM COMING......."Teriak Cecil membuat satu kelas menutup telinganya.

"Eh Lo kalau Teriak kira-kira dong, jangan mentang-mentang suara kayak toa, Lo bisa seenaknya aja tanpa rasa bersalah teriak-teriak gitu aja , ini telinga gue sakit." Omel Adrea ketua kelas tersebut.

Bagaimana tidak mengganggu satu kelas. Suara Cecil yang sudah bak toa masjid tersebut juga dapat terdengar hingga luar kelas tersebut.

"Eh iya Lo ini, mentang mentang suara Lo kayak toa, enak aja Lo main teriak-teriak aja di sini." Sahut Natella juga terganggu.

"Apaan sih kalian sewot benget, yang punya suara toa gue, yang teriak-teriak gue kok yang bingung kalian sih". Jawab cecil sambil mengibaskan rambutnya.

"Eh enak aja, siapa juga yang sewot, adanya Lo kali yang ganggu kehidupan nyaman kita. Udah dateng-dateng teriak-teriak, sekarang malah nyalain lagi". Natella tak terima jika Cecil mengolok-olok nya.

"Kan emang Lo yang salah, malah balik salahin gue lagi idihhh, udah deh Lo tuh kalau iri bilang aja nggak usah pakai nyalahin gue segala." Ketus Cecil pada Natella dengan menunjuk satu jarinya.

Radiz yang masih setia menatap buku novelnya terganggu atas pertengkaran mereka berdua.

"Eh udah deh, bisa nggak sih nggak usah berantem. Berisik tau, ganggu aja." Ketus Radiz karena merasa terganggu dengan mereka berdua.

"Apaan sih diz orang yang duluan Natella, kok jadi gue yang disalahin." Jawab cecil

"Enak aja Lo yang duluan ya tadi." Natella tak terima dengan tuduhan yang telah di arahkan padanya.

"Lo"
"Lo duluan"
"Lo....pokoknya Lo... Yang duluan Cecil"

"DIEMMM...BISA NGGAK SIH NGGAK USAH BERANTEM, GANGGU AJA SIH KALIAN INI. KALAU MAU BERANTEM SANA DI LAPANGAN AJA BIAR LELUASA NGGAK ADA YANG MARAHIN LO BERDUA ." Teriak Radiz pada kedua sahabatnya. Ia kesal bagaimana bisa kedua sahabatnya ini berantem hanya karena hal sepele.

D'radizza [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang