"Mulutnya dijaga ya, orangnya masih ada disini!" Sahut Sean ditengah-tengah pembicaraan.
"Gue kira setan yang di depan gue." Sindir Natella.
"Apa lo bilang barusan? Gue setan? Enak aja lo kalau ngomong, gue ganteng kayak gini dibilang setan." Cerocos Sean tak terima dikata sebagai setan.
"Sorry!" Ucap Natella tak bersalah.
"Untung lo cewek, kalau lo cowok udah gue hajar lo!" Ancam Sean.
"Terus kalau gue cewek kenapa? Takut lo? Apa lo cuma nggak mau dikatain 'cemen'?" Skakmat Natella.
"Enak aja mulut lo kalau ngomong. Gue nggak takut sama lo, gue cuma menghormati dan menghargai lo sebagai kaum perempuan ya. Gue cowok yang suka kasar sama perempuan." Bela Sean pada dirinya.
"Kalau nggak kasar terus suka nyakitin gitu?"
"I-iy... Bukan gitu juga lah, gue kan dulu nggak ada maksud." Ucap Sean hampir berkata 'iya'.
"Tapi kan sama aja namanya nyakitin." Ujar Natella sedikit berbisik.
"Masih lama kalau berantem. Kalau masih lama nanti gue bikin ring tinju deh, biar sekalian tinju disitu." Timpal Radiz yang hanya diam tak berbicara sendari tadi.
"Janganlah! Gue kan cuma menjawab apa yang seharusnya gue jawab." Bela Sean.
"Aroma-aromanya ada yang suami takut istri nichhh." Sindir Aksa.
"Suami dari Hongkong!" Gertak Sean.
"Ya siapa tahu kan iya, tinggal bilang iya aja susah amat." Sinis Cecil.
"Yang pacarnya kan gue, kenapa lo yang maksa?" Tanya Sean yang merasa terpojokkan.
"Udah-udah nggak usah dilanjutin, kalian kesini mau ngapain? Kalau cuma mau buat onar mending balik aja deh!" Suruh Radiz.
"Jangan dong Diz, kan kita cuma mau main sama kalian." Ujar Aksa tak mau.
"Kalau nggak mau balik ya nggak usah buat onar! Nggak enak sama murid lain." Ucap Radiz sesabar mungkin.
"Iya! Kita bakalan diem kok." Ucap mereka serempak.
Setelah itu selama 20 menit tak ada yang berani berkata atau berucap sedikitpun. Mereka mendengarkan apa kata Radiz yang sudah mereka anggap sebagai ibu ratu di geng mereka.
Radiz yang merasa tak enak pun akhirnya angkat bicara.
" Kenapa diam?" Ucap Radiz.
"Tadi katanya suruh diem, ya kita diem lah." Ucap Ken membuka percakapan.
"Maksud gue bukan kayak gitu, maksud gue kalian boleh main kesini cuma, kalian jangan buat onar. Kalau kalian buat onar, kasihan murid lain yang disini." Ujar Radiz menjelaskan perlahan.
"Gitu ya?"
"Iya."
"Yaudah dek kita balik dulu kalau gitu. Kita suka bikin onar, disini nggak cocok buat kita." Sahut Malven menundukkan kepalanya.
"Yuk balik ke kelas aja, disini nggak cocok buat kita yang suka buat onar!" Ajak Sean.
Mereka akhirnya perlahan mulai berjalan keluar kelas. Kepala mereka masih setia menunduk tak berani menatap Radiz.
"Pergi sana lo semua, pergi dari dunia gue. Pergi lo setan!" Ejek Natella.
"Nat!"
"Iya Diz, bercanda kok."
"Sukurin lo, emang enak lo." Timpal Malven.
"Ven!"
"Nggak kok Diz, bercanda." Ucap Malven.
KAMU SEDANG MEMBACA
D'radizza [End]
Teen Fiction[End] -Radizza Zaletta Vexazana- Sejuta luka serta masalah yang ia hadapi, membuatnya beranggapan bahwa dunia sangat kejam. Ia menjadi sosok gadis yang cukup introvert, karena ia tak mau memberikan masalah pada hidup orang lain. -De-nathan...