22~Insiden~

29 11 0
                                    

Kini gadis itu sedang berada di UKS, suasana sepi yang selalu menyambangi kehidupan Radiz itu adalah hal biasa. Ia bosan saat ini karena tidak ada satu orangpun yang berada disana untuk menemaninya.

"Kok sepi banget sih, nggak ada yang nyariin gue apa ya?" Gerutu Radiz sejak tadi.

Tiba-tiba saja ada yang membuka pintu tersebut. Menampakkan sosok laki-laki dengan tinggi menjuntai ke atas.

"Sendiri ya mbak?" Tanya Sean menggoda.

"Bukan urusan Lo, mau sendiri mau sama setan, bukan urusan lo. Lagian Lo kesini kenapa sih ganggu aja". Ketus Radiz sinis.

"Gu mau minta maaf". Jawab Sean singkat.

"Buat?"tanya Radiz Bingung.

"Karena kemarin gue udah ingkar janji sama Lo buat nggak ninggalin lo. Tapi gue malah ninggalin lo tanpa pamit". Ucap sean membuat pengertian.

"Kenapa sih Lo kok ngeselin banget, kemarin bilang janji, habis itu lo ninggalin gue dan sekarang Lo tiba-tiba minta maaf". Jawab Radiz dalam hati.

"Gimana ? Lo mau maafin gue nggak, kalau nggak ya gpp". Jawab Sean pasrah.

"Iya gue maafin". Jawab Radiz terpaksa.

"Makasih. Gue janji untuk lain kali gue akan Pamit sama Lo". Sean kembali berjanji pada Radiz.

"Hmm". Jawab Radiz malas.

Sesungguhnya ia tak mau bersikap seperti ini, ia tak bisa bersikap dingin seperti ini. Tapi Sean yang pertama bersikap seperti itu.

Radiz sudah cukup lama berada di dalam UKS, ia sungguh sangat bosan saat ini, ia Bingung harus bagaimana.

Perlahan rasa pusing nya mulai hilang, ia memutuskan untuk kembali ke kelas, ia tak mau ketinggalan semua mata pelajaran yang diajarkan sekarang.

"Diz, Lo sama siapa baliknya, sama Sean ya?" Tanya Natella celingukan.

"Nggak, gue sendiri kesini. Gue bosen disana terus". Jawab Radiz malas.

Setelah itu Radiz mendudukkan badannya diatas kursi. Saat ini memang guru-guru sedang rapat, sehingga semua kelas sedang tidak ada guru. Hal itu dimanfaatkan Radiz untuk tidur. Ia sebenarnya masih pusing namun ia tak mau lama-lama disana, ia bosan karena disana tidak ada satu orangpun.

"La, anterin gue ke kamar mandi yuk, gue mau buang air kecil". Radiz mengajak Natella, ia sudah bangun sejak 5 menit lalu.

"Yaudah yuk". Angguk Natella.

Pada saat berjalan menuju ke arah kamar mandi, tiba-tiba ia melihat Sean yang tengah memeluk seorang gadis yang berumur sama dengannya. Gadis itu tengah menangis di pelukan Sean saat ini. Namun Radiz harus bagaimana lagi, ia Hanya seorang pacarnya bukan ibunya. Radiz berjalan dengan cepat untuk ke kamar mandi.

Tiba-tiba saja ada yang mencekal pergelangan tangan Radiz.

"Lo mau kemana?" Tanya laki-laki itu dingin.

"Bukan urusan Lo, lepasin tangan gue sekarang". Radiz menolak untuk menjawab pertanyaan laki-laki itu.

"Gue nggak akan lepasin kalau Lo nggak jawab". Cekal Sean masih memegang pergelangan tangan Radiz.

"Sean, gue takut se, tolong jangan pergi lagi ya". Zeva tiba-tiba saja datang dan memeluk tubuh Sean.

"Iya, Lo nggak usah takut, ada gue disini selalu nemenin lo". Sean membalas pelukan itu dengan lembut.

Kini Radiz sungguh tak bisa menahan air matanya, ia ingin sekali mengeluarkannya, namun ia tak mau ada orang yang melihat bahwa ia menangis. Radiz melepaskan paksa cekalan Sean Dengan kasar. Ia berlari menuju ke dalam kamar mandi.

"Permisi, maaf saya sudah mengganggu". Setelah melontarkan kalimat itu, Radiz pergi begitu saja.

Ia meratapi nasib di dalam kamar mandi. Mengapa harus orang yang dia sayang yang menyakitinya. Ia sungguh hancur saat ini.

Ia dengan segera membasuh muka dengan air dan keluar dari area itu. Ia menuju ke dalam kelas untuk kembali menerima pelajaran baru.

"Diz Lo kemana aja sih lama banget mau ke kamar mandi aja, Lo disana semedi apa mau buang air kecil?" Tanya Natella panjang lebar.

"Gue buang air kecil, tadi antri. lagian Lo tadi kenapa sih ninggalin gue,hah?" Tanya Radiz pada Natella.

"Ya sorry, tadi gue mau ambil hp, soalnya hp gue ketinggalan". Jawab Natella sambil meringis.

"Hmmm....". Balas Radiz singkat.

Jam pelajaran pertama selesai. Seluruh penghuni isi SMA itu kini tengah berlarian ke arah kantin untuk mengisi perut mereka yang kosong karena pusing akan Pelajaran.

"Diz Lo mau pesen apa? biar gue pesenin deh sekalian gue traktir, mumpung gue baik nih". Tawar Natella pada Radiz.

"Beneran Lo traktir?" Tanya Radiz memastikan.

"Iya bener, cepet ah Lo mau pesen apa keburu rame nih". Balas Natella.

"Iya...iya..., Gue pesen es jeruk 1 sama roti aja deh 1".

Disaat yang bersamaan iya tak sengaja menangkap seorang laki-laki dan seorang perempuan yang tengah bercanda gurau tanpa beban. Seolah-olah hanya mereka yang berada di sini. Sungguh saat ini hati Radiz tegah tidak berada di posisi baik.

"Diz Lo ngelihat apa sih sampai segitunya, ada Zayn Malik ya?" Tanya Natella heboh.

"Zayn Malik pala Lo peang apa, mana ada Zayn Malik di sini, adanya noh Zayn buluk kelas sebelah noh". Canda Radi pada Natella.

Radi dan Natella kini tengah menikmati makanan yang telah mereka pesan dengan tenang. Radiz kini tak memperdulikan lagi Sean dan zeva yang tengah bercanda.

"Permisi kak, boleh saya duduk sini?" Tanya seorang gadis berambut pirang itu.

"Oh iya dek gpp, kalau mau duduk disini, duduk aja. Lagian ini tempatnya masih kosong juga". Balas Radiz ramah pada gadis itu.

"Makasih ya kak". Gadis itu membalasnya dengan senyuman ramah.

Mereka bertiga kini tengah asik melahap makanan mereka masing-masing. Tak memperdulikan keadaan sekitarnya.

"Argh...aduh". Ringis Radiz.

"Aduh kak maaf ya aku tadi nggak sengaja, soalnya kaki aku tadi kena meja". Jelas laki-laki itu.

"Iya dek gpp, lagian ini nanti juga bisa dikeringin kok, udah adek makan aja". Balas ranah Radiz. Sungguh gadis itu mempunyai sifat yang bisa dibilang sempurna bagaimana tidak. Dia baik, ramah, dermawan, pemaaf dan sabar.

"Maaf ya kak sekali lagi, kalau gitu aku permisi dulu ya". Anak itu pergi sekarang dari hadapan Radiz.

Semua orang kini tertuju pada Radiz , bagaimana tidak, ia tak marah pada saat itu ketika ada seorang adik kelas yang tidak sengaja menumpahkan kuah mie nya ke rok radiz, tapi Radiz malah menawarinya untuk duduk Radiz.

Sean kini juga memperhatikan gerak-gerik Radiz, ia sungguh beruntung memiliki Radiz sebagai kekasihnya. Namun saat ini Sean tahu bahwa perasaan gadis itu hancur.

"Gue salut sama Lo, disaat hidup Lo hancur, tapi nggak sedikitpun membuat lo juga putus asa. Sifat Lo yang bisa buat gue makin yakin kalau Lo emang cewek yang gue cari selama ini". Gumam sean dalam hati.

D'radizza [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang