48~Bintang dan cahaya~

27 8 0
                                    


Gue bukan pelangi ,tapi gue
Matahari. Gue nggak akan ninggalin lo, tapi gue akan selalu ada buat lo.
-Sean-

Disinilah mereka berada. Kolam ikan belakang rumah Radiz. Mereka saling memeluk dan meluapkan rasa rindu masing-masing.

"Diz." Panggil Sean.

"Apa?"

"Lihat keatas deh!" Pinta Sean.

"Ngapain lihat keatas. Enak juga lihatin kamu." Goda Radiz yang membuat sean sedikit marah dan kesal.

"Gue beneran. Lihat atas dulu." Geram Sean.

"Buat apaan sih lihat atas. Emang ada pesawat." Radiz mulai bercanda.

"Terserah lo lah. Males gue." Kesal Sean yang sendari tadi terus dibuat kesal oleh Radiz.

"Lagian lo aneh deh. Nyuruh gue lihat atas, emang ada apa? Alien? Pesawat?" Tanya Radiz berurutan.

Karena sudah sangat geram, Sean menarik kepala Radiz ke arah langit.

"Noh lihat." Paksa Sean.

"Yaampun indah banget ya langitnya." Takjub Radiz melihat keindahan langit.

"Nggak ada Alien kan?" Goda Sean kembali.

Dengan polosanya Radiz menjawab datar." Emang nggak ada. Siapa emang yang ngomong ada."

Disisi lain Sean sudah merasa kesal dengan tingkah Radiz." Gue yang ngomong tadi barusan kok."

"Eh lihat deh langitnya. Bintangnya indah banget ya, lengkap dengan cahaya lagi. Beruntung ya bintang."

"Beruntung kenapa?" Tanya sean tak mengerti.

"Bintang beruntung bisa mendapatkan cahaya. Bintang tanpa cahaya tidak akan bisa melengkapi langit malam. Nah kalau bintang dengan cahaya, jadinya langit malam yang sangat indah." Jelas Radiz yang masih fokus melihat langit.

"Sama kaya aku. Gue bagaikan bintang dan lo bagaikan cahaya. Gue tanpa cahaya dari lo, hidup gue nggak akan bisa berubah indah. Ketika lo datang kehidup gue, disitu gue merasa lo menjadikan gue lebih indah." Ucap Sean penuh arti

"Emang iya ya?" Tanya Radiz tak mengerti kondisi.

"Sumpah ya, gue udah berusaha serius dari tadi, lo malah bercanda terus. Capek gue ngomong sama lo, mendingan gue ngomong sama ikan." Seru Sean yang sudah sangat kesal dengan Radiz.

"Ngomong aja sama ikan kalau nggak mau dipanggil gila." Sesaat gelak tawa puas dari Radiz terdengar.

Radiz berlari ketika sudah puas mengejek pacarnya itu. Ia sesekali melihat belakang untuk memastikan bahwa Sean tak bisa mengejarnya.

Brughh...

"Arghhh.... Kepala indah gue." Ringis Radiz yang menabrak sesuatu.

"Kok sakit ya, kayak tembok tapi kok enak." Ucap Radiz berbisik.

"Permisi, siapa ya anda?" Tanya laki-laki itu.

Radiz sudah bisa menebak siapa pemilik suara itu." Sean. Kok lo disini? Bukannya lo tadi akan di sana ya." Radi menoleh kebelakang untuk memastikannya.

"Tadinya gue disana. Cuma pas lo lari gue ambil jalan pintas deh." Ucap Sean merasa puas.

"Kok lo rese sih jadi orang."

"Suka-suka Sean dong. Mau rese, nyebelin ataupun tengil ya suka-suka Sean. Yang rese gue kenapa yang jadi ribet lo." Ucap Sean merendahkan.

"Sumpah ya lo, kenapa sih gue harus pacaran sama orang rese kaya lo. Apa dunia sesempit ini ya." Seru Radiz sedikit keras.

D'radizza [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang