45~Comeback~

32 8 0
                                    

Tak cukup puas dengan perbuatannya, Zeva kini tengah beraksi untuk membuat Radiz kapok. Bukannya dia mengakui kesalahannya dan berhenti untuk hal itu, tapi malah semakin menjadi-jadi.

Zeva bersama dengan Rani sang sahabatnya atau biasa dipanggil pengikut oleh Cecil, kini mereka tengah berdiri di depan kamar mandi untuk menunggu kedatangan Radiz.

Brughh....

"Ah, kaki gue sakit banget." Radiz meringis kesakitan.

"Sakit ya, OMG. Kasihan banget sih pacara nya Sean. Upsss lebih tepatnya mungkin akan menjadi mantan ya." Cibir Zeva.

"Maksud lo apaan sih Zev? Lo nggak puas udah bikin hidup gue menderita." Gertak Radiz.

"Gue? Bikin lo menderita? Nggak salah tuh. Bukannya lo yang udah ngrebut semua dari gue. Hah." Zeva menarik dagu Radiz dengan kasar.

"Eh Zev, udah kasihan tuh "PACARNYA SEAN." Ucap Rani menekan kata "pacar".

"Oh iya lupa gue. Ntar dia ngadu lagi ke pacarnya." Tawa sinis Zeva.

"Emang lo perempuan yang nggak pantas diberi maaf Zev." Radiz mencoba untuk tak emosi.

"Heh cewek Murahan, siapa juga yang berharap lo maafin. Lagian lo ngapain sulit-sulit maafin gue kalau nggak mau." Sinis Zeva.

"Udah yuk Zev cabut dari sini. Males gue ngelihat cewek satu ini."

"Yuk Ran. Gedek gue juga ngelihat tuh cewek Murahan." Sahutnya.

Kini Radiz sendiri sambil menahan air matanya dan kakinya yang masih sakit untuk dibuat jalan. Sungguh malang nasibnya, tak ada orang yang peduli dengan dirinya sekarang. Tak ada yang menolongnya.

"Gue nggak boleh lemah. Gue harus kuat. Nangis? Capek? Sakit? Lemah?. Apa itu, gue nggak kenal kata itu." Radiz menyemangati dirinya sendiri.

Dengan langkah yang tertatih-tatih, Radiz berjalan ke dalam kelasnya. Kelasnya dengan kamar mandi cukup jauh, sehingga membuatnya harus bertahan lebih lama.

"Ahh, kaki gue." Ringisnya.

"Sini gue bantu." Ucap Sean yang melihat Radiz hampir terjatuh.

"Nggak usah gue bisa kok."

"Nggak usah keras kepala. Kaki lo sakit dan kelas lo masih jauh." Ucap Sean.

"Lepasin gue, gue bisa sendiri. Lagian kelas juga udah deket."

"Terserah lo." Sean pergi dengan langkah pendek.

"Ahhh, kaki gue tambah sakit aja sih." Gerutunya.

"Lo tuh jadi cewek nggak usah keras kepala bisa nggak sih."

"Yaudah sih kenapa jadi lo yang marah-marah, kalau nggak mau nolong yang pergi aja." Sinis nya.

Tiba-tiba Sean di depan Radiz dan menyuruh Radiz untuk naik ke punggungnya. Namun, Radiz tak mau untuk menyetujui hal yang ditawarkan Sean. Saat ini hatinya belum cukup kuat dan tegar untuk hal itu.

"Ngapain?"

"Cepet naik. Pegel gue."

"Nggak mau."

"Udah ah capek kalau nunggu lo mau."

Tiba-tiba Sean berdiri dan menggendong Radiz ala bridal style ke UKS. Untungnya jam ini semua siswa tengah pelajaran, sehingga tak banyak pasang mata yang melihat mereka.

"Kenapa lo kembali saat hati gue udah sulit untuk mulai dari awal. Kenapa lo kembali disaat gue mencoba untuk melupakan, dan kenapa lo kembali disaat gue mencoba untuk membentuk hati gue yang hancur." Batinnya.

D'radizza [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang