Awal baru dan hidup baru. Seperti itulah istilah yang bisa dikatakan untuk kedua pasangan itu. Mereka mengawali semuanya mulai dari titik paling bawah.
"Se?" Panggil Radiz.
"Apaan dah." Balas Sean.
"Gue mau ngomong sama lo."
"Bukannya lo emang udah ngomong."
"Gue beneran se. Yaudahlah kalau lo nggak mau dengerin gue." Kesal Radiz yang merasa tak dihiraukan.
"Hilihh lo, katanya cewek kuat nggak mudah rapuh, pretttt.... Nyatanya lo gue gituin aja marah." Ejek Sean.
"Emang gue kuat, kenapa lo? Iri?" Radiz menyanjung dirinya sendiri.
"Iri? Nggak gue banget deh." Balas Sean meremehkan." Lo jadi ngomong apa enggak?" Tanya sean.
"Jadilah. Lo sih nyebelin banget jadi orang."
"Yaudah ngomong apa?" Sean mulai merubah posisinya. Yang semula disamping Radiz, kini dirinya berada tepat di depannya.
"Makasih."
"Buat?"
"Semuanya."
"Semuanya apa?"
"Karena lo udah mau masuk ke kehidupan gue. Ya, walaupun kehidupan gue nggak begitu menyenangkan." Ucap Radiz berubah Nada.
"Sama-sama." Lirihnya." Gue juga makasih buat semuanya. Karena lo udah mau berkorban banyak buat gue." Tambahnya.
"Sama-sama." Balas Radiz.
Mereka kini berada di rooftop rumah Sean. Mereka tadi memang sempat keluar sebentar untuk mencari udara segar.
"Se lihat deh. Sunset nya bagus nya. Warnanya indah." Puji Radiz menunjuk langit sore.
"Bagi gue nggak sama sekali." Tolak Sean yang membuat kening Radiz mengerut.
"Kenapa emang?"
"Sunset indah. Warnanya indah dan bisa membuat siapa saja terpesona dengan keindahannya. Namun, sunset hanya akan datang sesaat lalu pergi." Ucap Sean menatap langit itu nanar.
"Gue berharap, lo nggak akan pernah jadi seperti sunset di hidup gue. Gue berharap lo menjadi matahari di hidup gue." Senyum Radiz mengembang penuh.
"Gue janji nggak akan pernah jadi kayak sunset."
"Makasih sekali lagi buat semuanya De-nathan Arseano Pradipta." Ucap Radiz .
Sean membawa Radiz dalam pelukannya. Angin sepoi-sepoi menambah lengkap mereka berdua. Mereka tengah asik menikmati keindahan sunset yang sesaat namun akan pergi jika sudah puas.
**********
"Udah sana masuk! Gue mau pulang dulu, ngantuk." Suruh Sean.
"Ini rumah siapa sih? Kok nih manusia main ngusir gue aja?" Sindir Radi sesekali melirik laki-laki itu.
"Nggak usah nyindir-nyindir, orangnya masih ada disini dan masih hidup." Sindir Sean kembali.
"Oh masih hidup, gue kira-" Belum sempat ia menyelesaikan perkataannya tiba-tiba Sean sudah mendahului dirinya.
"Lo jahat banget sih jadi orang. Lo mau gue cepet-cepet nggak ada di dunia ini? Apa jangan-jangan lo mau ada rencana bunuh gue?" Tuduh Sean yang tidak-tidak.
"Heh mangkanya kalau ada orang ngomong tuh didengerin, jangan di potong dulu." Kesal Radiz.
"Ye emang betul kan lo mau ngomong kayak gitu." Tuduhnya lagi.
"Ngawur, orang gue mau ngomong kalau lo masih ada disini dan lo masih hidup. Terus lanjutnya itu gue mau ngomong kalau lo itu hantu. Karena apa? Karena lo nyebelin." Tiba-tiba gelak tawa terdengar jelas dari bibir Radiz.
"Mbak nya udah puas ngejek saya. Saya cuma mau mengingatkan saja mbak, kalau karma itu nggak akan pergi." Sean sudah menceramahi Radiz bak seorang ustad.
"Ok, sana lo pergi! Gue ngantuk mau tidur." Usir Radiz kembali.
"Ok gue pulang dulu. Bye lelembut." Ucap Sean mengejek lalu pergi begitu saja.
"Kenapa sih lo nyebelin. Tapi gue sayang." Ucapnya lebay dalam hati.
Radiz tersenyum sendiri tanpa ada sebab. Ia sudah seperti orang gila saat ini. Tertawa sendiri dan tersenyum sendiri.
"Nak, kamu kenapa sih senyum-senyum sendiri? Ibu jadi takut deh." Ibunya bertanya.
"Nggak kok Bu, Radiz nggak apa-apa." Jawabnya masih tertawa.
"Nak, kamu panas ya?" Tanya ibunya polos.
"Ibu apaan sih. Radiz nggak apa-apa kok Bu. Kalau gitu Radiz ke kamar dulu ya Bu. Byeee ibu." Ucap Radiz melambaikan tangan menuju ke kamarnya sambil bernyanyi tak tentu Nada.
"Panas kali ya anak ini." Ibunya menatap Radiz aneh.
Radiz saat ini sudah berada di dalam kamarnya. Masih dengan kondisi yang sama, dirinya saat ini seperti orang yang tengah dilanda asmara. Walaupun memang kenyataannya dirinya sudah punya kekasih namun, Radiz tak pernah merasakan hal semacam ini.
"Eh bentar, kok gue jadi gila gini ya." Pikirnya.
"Kenapa juga gue mikirn Sean sampai ke akar-akarnya. Orang dia aja jarang mikirin gue."
"Yaudahlah gpp ikhlas aja. Anggap aja donasi perasaan dan cinta." Kalimat yang membuat Radiz cengengesan sendiri tanpa sebab.
"Kok gue bisa ya dapat pacar yang sempurna banget. Udah ganteng, pinter iya, kaya apalagi. Eh bentar, kalau pinter banget juga enggak. Lumayan lah pintarnya, tapi gpp anggap aja berdonasi Ok." Pikir Radiz memuji Sean.
"Udah ah capek gue ngomong sendiri. Mau tidur. Donasi pujiannya udah sekarang capek mau bertemu dengan sahabat setia." Ucap Radiz sudah seperti orang gila.
Setelah berbicara dan memuji kekasihnya itu tak henti-hentinya, Radi kini sudah bertemu dengan sahabat setianya selama dia hidup. Sahabat setia baginya adalah mimpi. Dengan adanya mimpi, Radiz menjadi mengerti arti apa itu perjuangan.
Ia sudah terlelap dalam tidurnya bersama sang mimpi, sahabatnya. Tak lupa tubuhnya ditutupi dengan selimut kesayangan dirinya. Selimut pink dengan motif bunga-bunga pemberian mamanya. Radiz sangat menyayangi selimut pemberian mamanya itu. Walaupun terkadang rasa bencinya muncul secara tiba-tiba tanpa ia minta.
Disisi lain tapi masih dalam waktu yang sama, Sean masih setia menemani langit malam bersama sang bintang. Ia saat ini tengah berada di balkon kamarnya. Ia menatap langit malam ditemani dengan secangkir kopi hangat disampingnya. Tak lupa ia juga menyalakan lagu kesukaannya.
"Andai lo tahu diz. Gimana tertekannya gue disaat gue harus nggak percaya sama lo. Disisi lain gue nggak mau buat lo dilukai sama Zeva. Dan sisi lain gue nggak bisa nuduh Zeva tanpa bukti " wajah muram Sean mulai terlihat.
"Gue bisa bohongin lo dengan perkataan gue, tapi hati gue nggak bisa buat bohongin diri gue sendiri. Gue tertekan dan gue nggak tahu harus bagaimana caranya agar lo tetep baik-baik aja dan gue bisa dapat bukti." Ucapnya lagi.
2 manusia yang diciptakan untuk saling menyayangi satu sama lain. Mereka terpisah oleh oleh waktu, jarak dan keadaan. Namun, 2 manusia itu tetaplah sepasang kekasih yang hidup di bumi yang sama. Tak ada jarak dan perpedaan waktu bagi mereka.
Comeback guysss. Balik lagi sama aku, author. Makasih buat para reader's yang udah mau baca semua karya aku dan udah vote, komen and share.
JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, AND SHARE KE TEMAN-TEMAN, MUSUH, KELUARGA, SAHABAT, TETANGGA, PAK RT, PACAR, ATAU TUKANG SAYUR KOMPLEKS KALIAN JUGA BISA. BEBASSSSS NGGAKA ADA BATAS SUCI KOKK......😘
Salam;-)
Whysrch-
KAMU SEDANG MEMBACA
D'radizza [End]
Teen Fiction[End] -Radizza Zaletta Vexazana- Sejuta luka serta masalah yang ia hadapi, membuatnya beranggapan bahwa dunia sangat kejam. Ia menjadi sosok gadis yang cukup introvert, karena ia tak mau memberikan masalah pada hidup orang lain. -De-nathan...