28~Surat~

25 9 0
                                    

"diz woy, Lo Dimana sih kok belum Dateng ke sekolah. Lo masuk kan hari ini?" Tanya Cecil dengan nada cempreng di seberang sana.

"Ia, gue masuk, lagian ini gue mau makan terus berangkat, tapi Lo malah telfon gue, ya gue nggak jadi makan lah". Balas Radiz kembali

"Ya ya maap. Oh ya diz jangan lupa bawain gue bekel ya, gue laper nih belum sarapan". Pinta Cecil

"Kebiasaan deh Lo, kalau nggak minta uang ya minta makanan. Yaudah nanti gue bawain". Pasrah Radiz

Sambungan telepon itu terputus setelah Radiz membalasnya. Radiz segera makan dan menyiapkan bekal untuk Cecil yang memintanya tadi.

"Bu, Radiz berangkat dulu ya, ibu hati-hati ya dirumahnya. Jaga diri, nanti kalau ada apa-apa telfon Radiz langsung aja". Pesan Radiz pada ibunya.

"Iya nak, ibu pasti kabarin kamu kalau ada apa-apa. Kamu juga hati-hati ya belajar yang bener biar jadi anak pinter". Pesan ibunya juga.

Setelah itu, Radiz segera pergi ke dalam garasi untuk mengambil mobil putih miliknya. Ia mengendarai mobil itu dengan kecepatan diatas rata-rata, karena waktu yang sudah cukup mepet.

"Hahhhh...Untung nggak telat, kalau telat bisa berabe nih urusan". Radiz lega karena tidak terlambat.

"YA ALLAH DIZ, LO BARU DATENG JAM SEGINI, LO NGAPAIN AJA SIH DIRUMAH. SEMEDI YA ATAU  JANGAN-JANGAN LO                    NGAPA-NGAPAIN". Cecik Teriak begitu kencang hingga membuat sebagian teman-teman Cecil mendengung.

"Aduhhh cil, Lo bisa nggak sih nggak usah teriak-teriak, Lo tuh udah gue kasih tau kalau suara Lo tu nggake bak di dengar masih aja ko teriak-teriak. Pusing nih pala gue". Marah Radiz

"Ya maaf, lagian gue khawatir sama keadaan Lo sekarang. Oh ya btw bekel yang gue minta mana". Kata Cecil yang tiba-tiba merubah topik

"Lebay deh mulai." Nih bekal yang mbak Cecil ku tercinta minta padaku". Balada Radiz tak kalah lebay

"Makasih my baby love". Cecil segera menyahut makanan itu dan memakannya.

"Hmm... sama-sama". Jawab Radiz malas.

"Pagi anak anak". Sapa Bu. Endah

"Pagi juga Bu". Jawab mereka serempak

"Ok anak-anak, saya akan memberi kalian semua tugas dikarenakan saya ada urusan. Saya akan memberi tugas kerjakan hal 191, dan nanti besok pagi istirahat pertama harus dikumpulkan. Dan jika ada yang belum mengumpulkan besok, maka saya akan memberi hukuman anak itu". Perintah Bu Endah serta ancaman yang diberikan kepada seluruh siswa.

"Baik bu". Jawab mereka

"Ok, Adrea saya pasrahkan pada kamu semua. Dan saya harus pergi sekarang. Permisi semua". Pamit Bu Endah.

"Ya Bu baik". Jawab Adrea sopan.

Hal seperti ini adalah hal yang sangat disukai oleh sebagian murid. Karena menurut mereka jamkos tanpa guru merupakan hal paling langka yang ada di hidup mereka.

Berbeda dengan Radiz, hal seperti ini adalah hal yang paling ia benci. Karena akan menyebabkan kondisi kelas tak terkendali dan menyebabkan dia menjadi pergi untuk menyendiri lagi.

"Ad, gue mau ijin bentar ke kamar mandi ya". Ijin Radiz pada Adrea

"Ok diz, hati-hati Lo kalau di km banyak mbak Kunti lewat, ntar Lo dipalak lagi sama mbak Kunti". Adrea menakut-nakuti radiz

"Apaan sih Dre Lo aneh-aneh aja deh. Yaudah gue pergi dulu ya". Balas Radiz dan berlalu pergi.

Radiz berjalan gontai di sepanjang halaman besar milik SMA tersebut. Menampilkan banyak sosok murid yang keluar untuk bermain atau sekedar berkumpul, dikarenakan tak adanya guru pengajar.

"Diz, tunggu". Panggil aksen dari kejauhan.

"Ada apa sen ?" Tanya Radiz linglung.

"Nggak ada apa-apa sih sebenarnya, cuma gue mau ngasih ini aja buat Lo . Ini surat buat Lo dari Sean". Jawab aksen memberikan selembar kertas.

"Buat gue?" Tanya Radiz memastikan.

"Iya buat Lo, masa buat gue sih". Balas aksen kembali.

"Yaudah makasih ya sen". Ucap Radiz.

"Ok, gue balik dulu ya". Pamit aksen.

Jam menunjukkan pukul 15.00, dimana yang berarti jam pelajaran telah usai. Para siswa berhamburan keluar sekolah untuk pulang atau  menunggu orang tuanya. Radiz juga segera merapikan semua barang yang dia punya untuk dimasukan ke dalam tas miliknya.

"Cil, la. Gue pulang dulu ya, soalnya takut ibu nyariin gue". Pamit rasi pada Cecil dan Natella.

"Yaudah diz, kita juga mau pulang  kok ". Balas Natella.

"Iya Lo hati-hati ya, kalau ada apa-apa Lo ngabarin kit berdua aja ya". Pesan Cecil.

"Yaudah gue balik ya, byee". Radiz berbalik badan dan menuju ke arah dimana mobilnya di parkiran.

Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup cepat. Hal itu sudah biasa Radiz lakukan sejak dulu. Ia segera memarkirkan mobilnya di garasi rumah miliknya. Setelah itu dia memasuki rumah miliknya dan berjalan ke atas tangga menuju kamarnya.

"Assalamualaikum bu, Radiz udah pulang". Salam Radiz.

"Waalaikum salam Radiz, kamu udah pulang. Yaudah sekarang kamu langsung ke kamar istirahat ya". Suruh ibunya.

"Iya Bu, kalau gitu Radiz ke kamar dulu ya Bu, permisi". Pamit Radiz kembali dengan sopan.


Kini ia sudah berganti pakaian dengan kaos oblong berwarna pink dan celana pendek berwarna putih.

"Surat apa sih ini, dan kenapa Sean tiba-tiba ngasih surat ini lewat aksen ?" Radiz membolak-balik kertas itu bingung.

Dear Radiz:

Aku tahu.
bahwa dirimu kini beranggapan bahwa aku sudah tak peduli lagi pada dirimu.

Aku tahu.
Bahwa kini dirimu membenci tubuh ini.

Aku tahu.
Sesungguhnya hatimu masih menginginkan diriku kembali.

Namun, aku sadar mungkin memang takdir tak memihak pada diriku.

I'am sorry my girl Friend

~De-nathan A.P~

Tak terasa mata Radiz kini telah dibasahi dengan buliran air matanya. Hatinya seakan-akan ter hujani oleh ribuan peluru. Selama ini dia berusaha untuk tidak mengingat kejadian itu lagi, namun mengapa Sean tiba-tiba kembali begitu saja tanpa rasa bersalah. Ia bukannya tak mau memaafkan kesalahan yang dilakukan oleh Sean, namun ia hanya ingin laki-laki itu tak selalu memandangnya dari satu sudut saja.

Setelah membaca isi surat yang diberikan oleh sean padanya, kini Radiz menutup kembali surat itu dan memasukkannya ke dalam kotak kecil berwarna hitam. Ia menaruh kembali kotak hitam berisi surat itu di dalam lemari miliknya.

"Gue tahu Lo nyesel se saat ini, gue tahu Lo merasa bersalah saat ini dan, gue tahu kalau Lo emang tulus mau minta maaf sama gue. Tapi gue ragu untuk hal ini. Gue nggak mau hati gue tersakiti lagi". Itu Kalimat terakhir sebelum Radiz memilih memejamkan matanya untuk menuju alam mimpi yang sangat ia sukai.




D'radizza [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang