59~Desire~

16 5 6
                                    

"Hati-hati Se! Jangan ngebut-ngebut!" Pesan Radiz sedikit teriak sebelum Sean meninggalkan rumahnya.

Radiz memasuki rumahnya dengan bahagia. Ia dapat melihat sisi lain dari Sean yang mungkin tidak pernah ia temukan pada siapapun. Dirinya yang bisa berubah sampai 360° dalam waktu yang bersamaan.

"Udah pulang nak?" Tanya ibunya begitu tahu bahwa Radiz membuka pintu rumah.

"Iya Bu. Tadi Sean juga titip salam buat ibu!" Ucap Radiz melepas tas ranselnya.

"Iya, ibu terima salamnya." Balas ibunya.

"Ibu lagi masak apa?" Tabya Radiz melihat ibunya yang tengah sibuk memasak sesuatu.

"Ibu lagi masak ayam goreng sama sayur sop." Jawab ibunya.

"Haduhhh! Wanginya enak banget Bu! Kayaknya rasanya bakal luar biasa enak deh Bu." Puji Radiz.

"Kamu bisa aja buat ibu melayang." Ujar ibunya sedikit tertawa.

"Iyalah Bu, Radiz itu nggak bohong. Radiz berkata sejujurnya, lagian makanan ibu kan selalu enak!" Puji Radiz kembali.

"Udah nggak usah puji ibu terus, mending sekarang kamu mandi terus ganti baju, habis itu langsung makan. Ibu tunggu dibawah!" Suruh ibunya.

"Siap!" Radi bergegas pergi menuju kamarnya.

Di dalam perjalanannya menaiki anak tangga, Radiz berhenti sejenak sembari membalikan badan mengarah ke arah dimana ibunya tengah memasak.

"Terimakasih Bu udah mau merawat Radiz sampai kayak gini. Walaupun ibu tahu aku bukan anak kandung ibu, tapi ibu tetap memberi Radiz kasih sayang seperti layaknya anak kandung ibu sendiri." Lirih Radiz.

Ia tersenyum sekilas melihat ibunya mengelap keringat di dahinya. Setelah itu, Radiz melanjutkan perjalanannya menuju ke lantai dimana kamarnya berada.

Ia menghempaskan tubuhnya pelan ke arah kasurnya. Pikirannya kembali mengarah ke waktu dimana ibu kandungnya yang melahirkan dirinya harus membuangnya begitu saja di pinggir jalan. Radiz kecil yang waktu itu tak tahu apa-apa hanya bisa pasrah dan bodohnya lagi, ia menunggu ibunya itu menjemput dirinya.

Mungkin jika waktu itu jika ibu yang merawatnya sekarang tidak menemukan dirinya, entah bagaimana nasib Radiz saat ini. Seorang Radiz yang pada waktu itu tak tahu apa-apa dan hanya bisa menangis mencari keberadaan ibunya. Tapi naasnya, ibunya malah membuang dirinya dan tidak menganggap dia sebagai anak kandung.

"Miris banget ya hidup gue kalau diingat-ingat!" Ucap Radiz melihat ke arah atas.

"Udah nggak dianggap anak kandung, dibuang di tepi jalan, kasih sayang sama sekali nggak ada, bahkan buruknya lagi gue aja nggak kalah hat wajah mamah setelah kejadian itu." Ucap Radiz nanar.

Bibinya menunjukkan senyuman paksa yang ia keluarkan. Entah bagaimana bisa hidupnya menjadi seperti ini. Jika di putar kembali, Radiz hanya ingin ibu kandungnya menganggap dirinya anak kandung dan Radiz akan minta sedikit kasih sayang dari ibunya.

"Mustahil!" Buyar Radiz.

"Nggak ada yang mustahil di dunia ini sayang." Sahut sang ibu tiba-tiba.

D'radizza [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang