Prasinta Story [END]

P.S 45

Skipp di percepat.

Hotel grand international.
Di ballroom hotel bintang lima, smk pancadarma dan sma pancadarma mengadakan acara gabungan wisuda pagi hari ini dan prom night untuk nanti malam. Para wisudawan dengan pakaian jas formalnya dan wisuda wati yang sudah berbalut dengan kebaya nan indah.

Pada saat pembukaan acara sinta cukup risih karena dari arah tempat duduk sebelah kanan tepatnya untuk barisan SMA ia merasa ada yang sedang memperhatikannya, ternyata benar sekali cowo dengan balutan jas hitam dan dasi berwarna merah sedang menatapnya dengan lekat ia adalah izam.

“sa! Gue takut dia dari tadi ngeliatin gue mulu” elssa yang sedari tadi memainkan ponselnya pun menutupnya dengan paksa dan berdiri menghampiri izam

“jaga mata lo kalo gak mau gue colok”

Saat sedang berfoto bersama teman temannya sinta dikejutkan dengan datangnya buket bunga berwarna pink yang cukup besar hingga menghalangi tatapan sinta kepada sang pembawa.

“happy graduation honey” ternyata itu adalah el, kebetulan atau bagaimana warna buketnya sangat cocok dengan kebaya yang dikenakan oleh sinta.

“gue jamin ini adalah kebahagiaan terakhir dihubungan kalian” ujar seseorang dari balik persembunyiannya.
...

Jam sudah menunjukan pukul 20.00 dan nampak ballroom hotel sudah sangta ramai dengan semua orang memakai topeng muka. Dengan mengenakan ders panjang berwarna biru dan sepatu berwarna crem serta topeng yang senada, sinta berjalan diatas red karpet di temani oleh el yang malam ini nampak lepih dewasa dengan setelan jasnya.

“yank aku ketoilet dulu yah”

“nampaknya cukup bahagia dan romantis hubungan kalian, meski didasari dengan kebohongan” sinta tersentak saat dada bidang berbalut jas itu menempel pada punggungnya.

“kamu siapa?”

“kuharap kamu tidak melupakan aku manis!” dia membuka topengnya dan menunjukan wajah aslinya yang sedang tersenyum licik.

“maksud perkataan kamu apa?”

“oh jadi sibedabah itu tidak memberi tahukanmu kalau kita putus karena gue kalah balap dari dia yang taruhannya adalah hubungan kita?”

seketika dada sinta terasa sesak. Setelah mendengar semua yang di ceritakan oleh izam sinta sangat amat kecewa kepada el. Nyatanya ia sama saja dengan lelaki pecundang di hadapannya itu. Sintapun meninggalkan pesta begitu saja.

Sinta pulang kerumah dan berganti pakaian dengan mengenakan baju berwarna putih ia pergi mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, sang ibu yang tidak dapat mencegahpun langsung menelfon el.