P.S 36

1.2K 39 1
                                        

Caffe wkwk

Mereka berdua memasuki caffe di pinggir jalan raya yang beberapa waktu ini sangat terkenal di kalangan remaja. Duduk di pinggir jendela kaca pojok kiri itu yang jadi pilihan el.

“duduk yank” el menarik kursi untuk duduk sinta

“makasih el”

Setelah memesan makanan el, menggenggam jari jemari milik sang kekasih sembari memandangnya dengan lekat, tersirat penyesalan di kedua bola matanya.
“maafin aku, kemarin aku keterlaluan” ujar el dengan tulus

Sinta ingin sekali menumpahkan air matanya namun ia tahan, berbeda dengan mata sebelahkanannya perban yang menutupinya sedikit basah. Ia ingat tekadnya untuk bisa menjadi dewasa.

“gak papa aku juga keterlaluan, maafin aku juga” sinta memasang senyum palsunya.

“sebenernya kenapa sih yank dengan mata kamu?” sinta merasa sikap el kali ini begitu manis.

“aku lupa ngelepas lensa mata. Jadi kaya gini deh”

“jangan di pake lagi kaya gitunya, orang natural aja udah cantik ko” sinta menganggukan kepalanya di ikuti dengan sampainya makanan yang dipesan.

Mereka memilih menghabiskan makannan terlebih dulu, mengingat sinta juga belum makan siang dan tadi pagi hanya meminum air teh.

“sebenarnya aku mau nyeritain tentang masa lalu aku ini ada kaitannya dengan kejadian kemarin” sinta tiba tiba menegang atas apa yang di ucapkan el.

“gak usah lah el!, itu kan pririfasi kamu” kalo boleh jujur memang sinta penasaran, namun kembali lagi ia masih mengingat perkataan el waktu lalu bahwa dia tidak boleh mengusik sesuatu yang berhubungan dengan pribadi.

“aku harap ini tidak berkaitan dengan ucapan ku waktu lalu sin, aku benar benar menyesal pliss jangan berubah” el kembali menggenggam tangan sinta namun kali ini begitu erat.

“ enggak el, aku biasa aja” kali ini sinta terlihat memegangi kepalanya

“kamu gak papa?”

“kepalaku pusing el, matanya tiba tiba sakit banget”

“ayo kita pulang aja, nanti tunggu ya aku bayar makanan dulu” el beranjak menuju kasir.

Setelah kira kira setengah perjalanan ternyata sinta tertidur sambil memeluk el dari belakang. Elpun berinisiatif menghentikan motornya dan mencari taksi.

“bang tolong ikutin aku dari belakang ya!” el menggendong sinta menuju ke dalam taxi dan menidurkannya.

Sesampainya di rumah sinta, el membayar dan membobong sinta menuju kedalam rumah. Sebelum mengetuk pintu, ternyata mamahnya sinta sudah terlebih dulu membukanya.

“el! Sinta kenapa?” terlihat sintia nampak panik.

“sinnta Cuma ketiduran ko tan, makanya el mesen taxi takut nanti jatuh kalo di bonceng motor”

“ya allah ni akan! oh iya udah yok bawa masuk aja”

Setelah membaringkan sinta keatas ranjang, el mendudukan dirinya disamping kanan sinta. Seraya menelisik setiap sudut ruangan bercat hijau tosca itu. Matanya terpaku pada foto polaroid dirinya dan sinta.

“maaf udah bikin kamu sakit, aku sebenarnya tau mata kamu kenapa dari bang afkar. Dan maaf juga udah bikin kamu kecewa, aku harap kamu akan menjadi pribadimu sepertidulu” lalu dia pergi meninggalkan sinta yang tengah terlelap tidur menahan sakit.

Prasinta Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang