Joonmyeon menatap sendu foto pernikahan putra sulungnya. Ia berdiri di ruang keluarga. Disana, ada 3 foto utama yang terpajang. Yang pertama, foto paling besar disana adalah foto pernikahannya dengan Yifan 25 tahun yang lalu. Lalu disamping kanan foto mereka, ada foto pernikahan Luhan dan Sohee lalu foto disebelah kiri ada foto pernikahan Sehun dan Jongin. Dari 3 foto tersebut, hanya fotonya dan Yifan yang nampak berbahagia. Sisanya muram. Tentu saja ia tahu alasan dibalik foto tersebut. Ia tersenyum kecil mengingat bagaimana mereka mengambil foto. Sehun dan Jongin menikah karena suatu hal namun pernikahan yang awalnya karena paksaan, berakhir happy ending. Bahkan mereka sudah memberikan adik untuk Shixun. Cucu kedua keluarga Wu. Sehun juga berencana kalau dalam waktu dekat, foto pernikahan itu akan diganti dengan suasana yang lebih sakral dan penuh senyum. Dan selanjutnya ia menatap foto pernikahan Luhan. Wajahnya langsung sendu. Mengingat bagaimana putra sulungnya itu sangat amat menyakiti hati istrinya. Lebih baik tidak dicintai secara langsung daripada harus berbohong. Bahkan jika Luhan berpura-pura selamanya, Joonmyeon berharap Luhan akan lupa kalau dia hanya pura-pura dan benar-benar mencintai Sohee. Air matanya menetes, ia mengusap pelan dan terus menatap Sohee.
" nyonya "
Joonmyeon menoleh. Disana bibi Song berjalan mendekatinya dan memberikan selembar tissue pada Joonmyeon
" bibi masih ingat, bagaimana aku dulu mengandung Luhan ?"
" tentu saya ingat "
" aku hampir mati karena Luhan. Aku hampir membunuhnya "
" bukan seperti itu nyonya. Bukankah nyonya juga merasa tersiksa ? "
'menggigit bibir bawah'
" dokter berkata kemungkinan Luhan dan aku hidup hanya beberapa persen. Aku terlalu memaksa untuk mengandung. Karena aku tidak ingin meninggalkan Yifan dalam keadaan sendiri. "
" nyonya ~~ "
" aku terlalu mencintai Yifan bi. Dan Luhan adalah hal yang harus aku berikan sebelum aku pergi "
Bibi Song menahan haru. Tentu ia ingat bagaimana nyonya mudanya dulu sangat mempertahankan kandungannya. Joonmyeon tidak pernah mengatakan apa yang salah dengan dirinya. Bibi Song hanya tahu jika ada yang salah dengan diri nyonya mudanya. Bahkan pengobatan tidak hanya dilakukan di Seoul. Namun di Jerman, Singapura dan Amerika. Tuan muda Wu terlihat sangat stress saat itu. Keduanya saling mencintai dan tidak ingin kehilangan. Doa selalu mereka lakukan sampai akhirnya Tuhan mendengar doa mereka. Prosentase hidup yang awalnya kurang dari 40 percent, langsung meroket menjadi 100% kala dokter mengatakan jika keduanya selamat.
" pada akhirnya anda berdua selamat nyonya "
Joonmyeon menoleh menatap bibi Song.
" ya, bahkan saat itu Yifan sudah ingin merelakan Luhan. Tapi aku tidak ingin. Luhan buah cinta kami berdua. Kami sangat menantikan kehadirannya. Dan sebagai ibu tidak semudah itu mengambil keputusan "
" nyonya~~~ "
" tapi mengapa balasannya terhadap Sohee seperti ini? Apa Luhan lahir dari batu sampai dia tidak menghargai perempuan ?"
Emosi Joonmyeon. Bibi Song merengkuh tubuh wanita tersebut dan memeluknya erat. Nyonya muda yang sudah ia kenal sejak belia ini terluka. Meski ia hanya anak maid dulu, tapi bibi Song tidak pernah merasa dianggap sebagai maid. Lebih menjadi teman bermain. Jarak usia mereka juga tidak terlalu jauh. Itulah mengapa Joonmyeon sangat dekat dengan bibi Song.
Dan untuk beberapa waktu keduanya saling berpelukan. Lebih tepatnya Joonmyeon yang melampiaskan hasrat marahnya pada bibi Song. Ia memeluk erat bahkan sampai mencengkeram dress yang dikenakan bibi Song. Ia benar-benar emosi dan jiwanya sebagai perempuan memprotes perlakukan Luhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY DIDI
General FictionHai namaku Wu Sian... Aku adalah haters nomor 1 untuk Wu Sehun. Kenapa haters? Yaaa itu karena dia selalu memonopoli mama, jelek, jahil, tukang tidur, tembok berjalan dan Wu Sehun itu suka sekali mencium mama... Oh dan lagi, aku adalah ketua...