" Jongin, kau tahu dimana laporan tugasku ?"
" kau taruh di laci bawah meja ruang tamu "
" tidak ada "
" coba cari lagi, aku sibuk menggoreng "
Sehun mengernyitkan kening, ia sudah mencari di semua laci ruang tamu bahkan kamar. Tidak ada. Seingatnya, kemarin malam dia selesai mencetak tugas dan meletakkan di tempat yang tadi istrinya katakan.
Jongin berjalan mendekati Sehun dengan membawa sendok sayur. Mencicipi sayur gurita pedas dan mengecap rasa tersebut. Pas. Menepuk pundak Sehun pelan
" nanti aku carikan, sekarang panggil anak-anak. Kita sarapan "
" baiklah "
Sehun mengangguk memelas. Jongin tersenyum mengerti dan keduanya mulai berjalan berbalik arah
Sehun memasuki kamar kedua putranya. Pintu tidak tertutup. Disana ia melihat Shixun ada di atas karpet tebal sedang Sian, sang adik berada di atas ranjang. Shixun sedang santai tengkurap sambil bernyanyi lagu 3 beruang. Aah dan jangan lupa, jari kecilnya tengah mewarnai buku yang baru dibelikan Kakek Wu kemarin.
" halo "
Keduanya mendongak. Shixun tersenyum manis tapi tidak dengan Sian
" papa, hayooo "
Sehun berjalan mendekat, ia duduk disamping si sulung sambil melirik Sian yang cemberut. Asyik dengan corat-coretnya
" Shixun mewarnai apa ?"
" ni ni, buku gambal. Puna Cicun, Nni nni beyi mayin papa "
" oh, kakek Wu ya "
" eumbh "
Ujar Shixun bergumam, ia mendongak menatap SEhun dengan senyum manis ala-ala kakek Park.
Kali ini Sehun bangkit, ia berpindah ke atas. Dimana si bungsu yang selalu anti dengan Sehun tengah duduk dengan santai. Ia melakukan hal yang sama. Tengkurap ala Shixun dan Sehun mencoba mendusel-ndusel perut Sian yang tambun
" iiiiihhh pegi ndak "
" astaga, jahat sekali dengan papa "
Mencebik. Si haters Sehun sudah berulah
" ndak ica coyet coyet. Pegi ndak "
" papa kan cuma ingin dekat dengan Sian "
Ujar Sehun dengan masih mendusel Sian. Si bungsu kesal ia menukikkan alis. Alis turunan keluarga Wu. Tebal mirip ulat bulu
" aiiissshh "
Desis Sian, dia menggeser pantat bahenolnya agar menjauh. Tapi nyatanya, Sian hanya memindahkan tumpukan kertas tersebut ke sisi kiri. Menjauhi Sehun.
Sehun tertawa, ia menciumi pipi Sian. Si bungsu diam, dia sudah malas meladeni Sehun. Jadinya dia acuh. Sehun bangkit duduk, ia mencoba melirik Sian. Ingin tahu Sian ini mencorat coret apa? Dengan crayon di tangan kanan yang digenggam asal, Sehun mengusap rambut sang anak sampai ia menyadari sesuatu. Keningnya mengkerut, usapan d rambut cokelat Sian memelan. Sehun menyadari sesuatu. Ada deretan huruf dan angka. Namun lebih didominasi angka. Keningnya masih mengkerut. Gerakan tangan Sian seolah menjadi slow motion. Sehun mendadak blank, sampai akhirnyaa....
" SIAAAAAAAAANNNN !!!!! "
Baik Sian maupun Shixun berjengit. Sian bahkan sampai jatuh kebelakang mengenai bantal, tapi dengan cepat bayi 22 bulan tersebut bangkit. Matanya berkedip polos melihat sang papa menahan amarah. Dada Sehun kembang kempis, aah hidungnya juga. Shixun bangkit lalu berjalan ke tepi, menaiki ranjang dengan tinggi 50 centi dan menatap papa dengan penuh tanya
" papa, napa ?"
" SEHUN SEHUN, ADA APA ?"
Bahkan mama yang masih memakai apron ikut panik hingga masuk ke dalam kamar.
Sehun masih kembang kempis, dia menarik dramatis tumpukan kertas tersebut ke atas dan menunjukkannya pada Jongin. Jongin mendekat, begitu dekat matanya membola dan bibirnya ternganga. Bukankah itu......
" LIHAT, APA YANG SUDAH SIAN LAKUKAN PADA TUGASKU !!! "
Jongin meringis, senyum hambar. Ia mengambil tugas SEhun perlahan dan mendekapnya. Sedang Sehun, ia dengan kilat menatap 2 buntalan bernyawa yang juga bebarengan menatap sang papa. Kedua mata adik kakak ini sangat polos. Iyaa saking polosnya, kenakalan mereka sampai bisa tertutupi. Dasar innocent
" Siiiaaann, apa yang kau lakukan dengan tugas papa ?"
" huh ?"
" sian sayang~~~ itu tugas papa. Kenapa di corat coret ?"
Geram Sehun dengan rendah. Ia tidak akan berteriak lagi. Diberi tatapan tidak bersalah membuat amarah Sehun sedikit mereda
" cian ini coyet coyet. Tu da di aci eja. Cian mbil, coyet coyet "
" ini ada di laci meja dan Sian mencorat coret ?"
'mengangguk polos'
Sehun ingin menangis. Ia meremat rambut hitamnya kasar
" Sian sudah punya buku mewarnai seperti Shixun hyung, kenapa harus tugas papa ?"
" eoh, ndak au "
Jawabnya polos. Sian merambat turun, menarik tangan sang kakak untuk membantunya turun. Begitu menginjak lantai kayu kamar, keduanya berjalan keluar kamar meninggalkan papa mama berdua.
Jongin meringis, perlahan ia meletakkan laporan tugas Sehun di samping tubuh sang suami lalu duduk di sampingnya. Mengangkat tangan kanannya dan menepuk pundak sang suami. Menepuknya beberapa kali sampai Sehun menatapnya.
" kids. Mereka suka corat coret. Harap maklum "
Sehun menoleh terpatah-patah, wajahnya memelas. Ia mencebik khas anak kecil. Berkedip polos ke arah sang istri. Dan Jongin menarik kepala Sehun perlahan dan meletakkannya di dada. Memeluknya lalu menepuk punggung Sehun sayang
" sudah, jangan menangis. Aku... aku akan membantumu mencetak ulang dan menjilidnya "
Ujarnya terbata-bata. Jongin merasakan anggukan dari kepala Sehun.
" tugasku~~~ aku mengerjakannya semalaman Jongin "
" tak apa, kau menyimpan filenya kan.... nanti biar aku yang menjilid "
'mengangguk lemah'
" mereka nakal sekali~~ hatiku hancuur "
" jangan berlebihan, mereka...... "
" MAMAAAAA !!!!!! YAPAY "
Teriakan Sian menggema seperti Sehun. Kedua orang tua yang masih sibuk mendramatisir, hanya diam ditempat dan Sehun mulai menangis karena tugasnya.
Ckckckck tatian papa :D
END POL PLOLOG
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY DIDI
General FictionHai namaku Wu Sian... Aku adalah haters nomor 1 untuk Wu Sehun. Kenapa haters? Yaaa itu karena dia selalu memonopoli mama, jelek, jahil, tukang tidur, tembok berjalan dan Wu Sehun itu suka sekali mencium mama... Oh dan lagi, aku adalah ketua...