GELUD

1.5K 183 85
                                    

 Sepasang ibu dan anak ini berjalan bergandengan sambil bernyanyi lagu kesukaan balitanya. Mereka berjalan mengenakan pakaian musim dingin yang santai serta terus menerus melantunkan alunan lagu khas anak-anak. Pipi gembil putra sulung keluarga Wu itu tak henti-hentinya tertawa membuat gigi kelincinya terlihat. Saat dirumah tadi mama bilang kalau akan mengantar Shixun untuk pergi mendaftar di sekolah Sua nunaa. Tetangga perempuan keluarga mereka yang usianya beda 1 tahun dengan Shixun.

" mama cuda ?"

" belum sebentar lagi "

" eumbh ote "

Mata bulat turunan Luhan ini bergerak ke kanan dan kekiri. Melihat semua apa yang matanya tangkap. Ia berhenti bernyanyi dan sekarang rasa keingintahuannya yang muncul

" anci chun puna ceman mama ?"

" tentu "

" chun ica ain ain mama ?"

" tentu "

" papa iyang, chun ajal uyis, aca, ani, ain ain. Ceyica juja mama. mamam cama-cama juja mama?"

" iya semuanya nanti Shixun dapat di sekolah. shixun suka kan nak ?"

" eumbh, au koya mama "

Jongin tersenyum. Langkah kaki keduanya sudah memasuki gerbang utama sekolah.

Taman kanak-kanak Hwarang. Taman kanak-kanak yang tidak terlalu luas tersebut berada di area apartemen. Disana hanya ada 2 kelas dengan masing-masing 2 tingkatan. Bisa dikatakan TK A untuk murid baru usia 4 tahun, dan TK B untuk usia 5 tahun. Shixun sebenarnya belum genap 4 tahun, tapi ia sudah tidak sabar untuk sekolah. Masih ada waktu 2 bulan kedepan jika sesuai dengan ketentuan. Tapi Jongin yakin, dengan kemampuan bayinya. Shixun bisa setara dengan anak-anak yang lain.

" waaaah mama yiat yiat, tu ain ain "

Ujarnya dengan semangat. Ada banyak permainan, persis seperti di taman depan apartemen. Jongin yakin Shixun akan betah. Shixun melonjak senang, matanya masih terpaku pada area mainan tapi langkah kakinya mengikuti mama melewati lorong kelas dan mereka tiba di area kantor administrasi.

KNOCK KNOCK

SREEET

" halo, selamat pagi "

" selamat pagi nyonya, silahkan masuk. Eoh halo sayang "

Sapa seorang wanita dewasa pada keduanya. ia bahkan berjongkok sedikit untuk mencubit pipi Shixun

" sayang, ucapkan halo "

" ayo... hmmmbb... mama chun ayuc iyang pa ?"

Jongin dan salah satu staff guru tersenyum melihat raut wajah bingung Shixun.

" sonsaengnim "

" eoh yaa yupa hihih. Ayo coceim. Ni chun. 4 cayun "

Shixun berdiri tegak mengenalkan diri lalu membungkuk sopan disertai dengan senyum tampannya.

" tampan sekali. ayo sini duduk sayang. Mari nyonya "

Staff tersebut membawa Jongin dan Shixun untuk duduk di mejanya.

Jongin mengeluarkan berkas yang sudah ia siapkan beserta formulir pendaftaran yang semalam Sehun unduh dari web. Shixun berkedip beberapa kali, melihat mama tengah sibuk berbicara dengan kemungkinan besar yang akan menjadi gurunya. Itu sih pikiran Shixun yaa. Shixun hanya diam, karena mama selalu mengajarkan Shixun untuk diam selama mama atau papa atau orang tua yang lain tengah berbicara. Staff tersebut membaca seluruh formulir yang telah Jongin isi dan juga riwayat keluarga mereka. Hingga tiba waktunya pada salah satu kelemahan yang ada di lembar terakhir. Calon muridnya ternyata masih cadel. Staff tersebut tertawa kecil namun ia memaklumi.

OH MY DIDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang