MUNGKIN semua orang benci dengan hari pertama di semester baru. Atau hanya Vanda? Cewek itu menghela nafas saat menyantap sarapannya.
Gimana mau semangat, matanya aja masih lima wat, ngantuk banget karena semalam begadang nonton film.
Kebiasaan bangun siang kini tak lagi dapat dia jalani. Mengingat itu semangat Vanda makin surut.
"Lho kok makannya begitu?" sang Nenek menegur saat melihat cucunya itu makan dengan ogah-ogahan.
Vanda kemudian menyuap rotinya dengan lahap tapi dengan wajah malas, "Nggak kerasa udah sekolah lagi aja Nek, Vanda kan masih mau santai-santai." ujarnya dengan wajah malas.
"Anak jaman sekarang itu seharusnya berkaca sama kehidupan di masa dulu, dulu belum tentu semua orang bisa sekolah," wanita tua itu memulai ceramah paginya, "seharusnya sebagai generasi penerus bangsa kamu harus semangat biar bisa merubah bangsa ini menjadi lebih baik." Tutupnya sambil meneguk susu penguat tulang kesukaannya.
Vanda sama sekali tidak membantah. Dia terlalu ber-attitude untuk melakukan itu, sifat yang sejak kecil sudah ditanamkan dalam keluarganya. Lalu cewek itu menusuk buah apel di piringnya dengan garpu tanpa mengeluh lagi. Yang ada ceramah neneknya makin panjang jika Vanda masih mengeluh
Menyadari cucunya yang diam, wanita tua itu tersenyum, "kan bisa ketemu teman-teman lagi."
"Tapi Vanda masih ngantuk banget Nek." timpal gadis itu seraya menempelkan kening pada meja makan, "mau tidur lagiiii..." sambungnya dengan suara lirih yang dibuat-buat. Matanya sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Ingin sekali kembali ke kasurnya yang empuk.
Kepala Neneknya menggeleng-geleng. Wanita tua itu hapal sekali dengan gelagat Vanda. Jika sudah seperti itu pasti dia sedang malas ke sekolah.
Kemudian seorang pria dengan jas rapi menuruni anak tangga, mendekat ke arah meja makan.
"Lho anak Daddy kenapa?" tangan Ardi menyentuh kepala Vanda.
Vanda mengangkat kepala sambil merapikan rambut. "Vanda masih ngantuk Dad." Balasnya sambil meraih susu di hadapannya.
"Jangan-jangan anak Daddy belum mandi makanya masih ngantuk." Ardi tersenyum di akhir kalimatnya.
"Enak aja!" Vanda bersungut-sungut lalu meminum susu.
Nenek Vanda terkekeh di ikuti Ardi setelah itu.
Lalu Ardi menoleh ke arah wanita tua di seberang anaknya, "Ma, aku harus berangkat dulu, ada meeting penting, nanti sarapannya di kantor aja." Kepala pria itu kembali menghadap putrinya, "Daddy berangkat dulu ya?"
"Iya." Vanda mengangguk.
Tak lupa sebelum pergi Ardi mencium pipi Ibunya dan putrinya itu.
Beberapa menit setelah kepergian Ardi, sopir yang biasa mengantar jemput Vanda muncul di depan pintu, mengenterupsi Vanda dan sang Nenek yang masih sarapan.
"Mbak Vanda mau berangkat sekarang?"
Badan Vanda berputar menghadap sang sopir, "Iya mang Ading." Dia menghembuskan nafas, kemudian bangkit dan beralih pada Neneknya, "Nek, Vanda berangkat dulu ya." Dia mencium tangan wanita tua itu.
"Hati-hati ya..." begitu pesan Neneknya sebelum Vanda benar-benar hilang dibalik pintu.
Suasana sudah sangat ramai saat Vanda sampai di SMA Junius. Barang tentu karena ini semester baru. Cewek itu menatap gerbang sekolahnya dari jendela mobil begitu kendaraan itu berhenti di sana.
Dia menghembuskan nafas pelan, selamat datang kembali dengan ribetnya urusan sekolah, rutuknya dalam hati. Sampai hari pertama langsung belajar aja, akan lengkap banget hidup gue!
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretly Dating (Completed)
Teen Fiction"Jodoh nggak akan lari ke mana, paling ke temen." - Angger. Apa jadinya jika kalian ada di posisi menyukai gebetan teman sendiri? Ingin memiliki, tapi semuanya tidak akan mudah. Tidak ingin memiliki? Nyatanya hanya membohongi diri sendiri. Ini tenta...