Secretly Dating ● 14

5.2K 308 10
                                    

Saat Arum kembali dari toilet, dia tidak menemukan lagi Vanda dan Lesta yang tadi masih menunggunya di meja yang sama.

Pada kemana sih? Cewek itu mendengus, kepalanya menoleh kanan-kiri.

Gue curiga Vanda dipaksa Lesta ngintai pacarnya nih! Rempong bgt tuh cewek! Sampai Jip sadar betapa rempongnya punya pacar seperti Lesta, gue teriakin sukurin di telinganya! Arum jadi kesal sendiri.

Trus gue harus kemana? Mesen bakso sendiri? Bihun Lesta dan Vanda gimana ceritanya? Itu kan jatah gue.

"Happy birthday tu yul... Happy birthday tu yul..."

Kepala Arum menoleh ke arah suara, dia membalikan badan, mendapati Vanda dan Lesta yang sedang memegang blackforest lengkap dengan lilin angka 17.

Wajah kesal Arum berganti seketika, bibirnya tertarik perlahan. Bagaimana bisa dia lupa dengan ulang tahunnya sendiri.

"Jangan bilang lo lupa ultah lo sendiri ya!" Lesta ngomel seakan tahu apa yang ada di benak Arum.

Arum nyengir di tempatnya. Nyatanya cewek tomboy itu benar-benar lupa dengan hari penting itu.

"Makanya cari pacar, biar ada yang ngucapin jam 12 teng." Lesta melangkah menuju meja yang mereka tempati sambil menjaga agar lilin di kue itu tetap menyala.

Tadi Lesta dan Vanda harus ke kembali ke kelas untuk menjemput kue yang kemarin mereka pesan. Belum lagi mencari korek api yang begitu susahnya. Barang tentu karena barang itu akan disita jika para cowok-cowok membawanya ke sekolah. Pemilik kantin pun tidak punya temannya rokok itu. Jadilah Lesta dan Vanda menemui Bio di lapangan, meminjam korek api yang kali ini dia sembunyikan di ruangan basket. Untung saja tidak di dalam boxernya seperti yang sudah-sudah.

Arum yang sudah mengambil ancang-ancang untuk meniup lilin, langsung mendengus saat seseorang sudah lebih dulu meniup lilin itu dari arah samping.

Dan tebak siapa dia?

"Aduh!" Bio memegang perutnya yang dipukul keras oleh Arum. "Rasanya udah kek digebukin preman gue!" Cowok itu mengerinyit.

"Ini ultah gue ya!" Arum mengingatkan.

Bio terkekeh, lalu duduk di sebelah Arum. "Happy birthday kalo gitu." Ucapnya sambil tersenyum.

"Biar apa lo sok-sokan ngucapin itu? biar lo kebagian kue paling gede?" Sengit Arum menatap Bio yang kini berdecak.

"Tahu aja lo!"

"Sampe Difki juga ikutan gabung, habis benaran kue ulang taun gue!" Arum pura-pura kesal. Digesernya kue coklat itu mendekat ke hadapannya.

Vanda yang tadi meminjam pisau pada pemilik kantin, kembali dengan benda tajam itu di tangannya.

Dan tak lama setelah Arum menyebut nama Difki, cowok itu benar-benar muncul seakan ada panggilan gaib. Dia datang bersama Angger. Tentu saja dengan tampang haus akan gratisan.

"Ya Tuhan.... kenapa lo benaran datang?!"

Difki nyengir, duduk di sebelah Arum, "Gue mencium bau-bau akan mendapat traktiran di meja ini."

"Emang tajam banget ya penciuman lo!" Arum mendengus, " Sampe lo kerja gantiin anjing pelacak, gue nggak kan heran!"

Lagi-lagi Difki nyengir. Padahal mau menyumpal mulut kasar arum dengan lilin. Biar kebakar sekalian. Tapi dia harus baik-baikin cewek itu biar dapat gratisan.

"Tumben banget lo ikut gabung Ger?" Lesta menatap cowok itu sedikit heran saat dia duduk di sebarang Vanda.

Vanda melirik Angger saat Angger juga meliriknya. Keduanya tersenyum kecil.

"Ya kalo nggak ditraktir gue ogah juga makan bareng lo. Perut gue kenyang telinga gue budeg!"

Kaki Lesta di bawah meja langsung menendang kaki Angger dengan kesal. Dan Angger terkekeh untuk itu.

"Jip mana?" Angger menatap Lesta dan meraih kue yang di ulurkan Arum dengan wadah kertas.

"Pacar gue sibuk lah, dia kan OSIS trus-"

"Udah udah," Angger mengangkat sebelah tangan yang membuat Lesta diam, "Kalo lo kebanyakan ngomong ntar yang ada gue jadi nggak napsu makan. Rugi banget nggak napsu makan pas ditraktir."

"Suka-suka lo deh!" Ingin sekali Lesta memukul kelapa Angger dan teman-temannya yang suka membuatnya kesal. Kenapa Jip bisa betah berteman dengan mereka sih?

Meja itu sudah dipenuhi tawa begitu melihat Lesta dengan ekspresinya. Emang paling seru deh bikin cewek bar-bar itu kesal. Hiburan gratis. Dari pada lihat topeng monyet, bayar.

"Emang siapa yang traktir sih?" Arum yang kini sibuk dengan Blackforest di depannya memasang tampang penasaran. Udah gue di kasih surprise pake blackforest, ada yang traktir lagi!

"Kan elo yang ulang taon, lo yang traktir lah!" 'Darah tinggi aja' Lesta lama-lama jadi 'darah tinggi banget' jika terus bergaul dengan orang-orang di meja ini.

"Emang gue pernah bilang gitu?" Arum menatap wajah di meja itu satu persatu.

"YAHHH...." Semuanya bersorak lelah menatap Arum.

Difki yang tadi sudah mengigit bakwan kembali menaruh gorengan itu di tempatnya. "Lo benaran Rum? Gue udah makan 4 bakwan nih!"

Arum terkekeh, "Asal jangan bikin gue sampe ngutang sama ibu kantin aja."

"Tuh kan! Arum mah orangnya baik, pada nggak percaya sih! Ntar lagi gue dikasih duit bensin nih!" Bio melirik cewek di sebelahnya itu.

Arum mendengus. Jelas sekali itu hanya pujian palsu. Pujian yang justru membuat Arum kesal. "Duit bensin? Kenapa nggak sekalian aja lo panggil gue bunda?!"

"Boleh nyusu dong?" Bio terkekeh.

Lalu Arum dengan tangannya yang cepat tanpa permisi memukul punggung cowok itu sekeras yang dia bisa.

Membuat Bio langsung terbatuk di tempatnya. "Tai! Hampir aja batu empedu gue keluar!"

Dan meja itu kembali di penuhi tawa. Penderitaan orang lain memang seru untuk di tertawakan.

Selesai dari kantin dengan perut kenyang setelah di traktir Arum, ketiga cowok itu kembali ke lapangan. Tak lupa Vanda, dia mengekor di belakang ketiganya.

Di lapangan, Mas Bandi sudah menunggu lalu memberi tahu bahwa latihan akan di awali dengan wall dribling. Masing-masing anggota akan bergantian untuk diawasi Vanda dan mas Bandi, yang kemudian akan mencatatnya ke dalam buku progress.

Begitu latihan selesai, Vanda dan Angger menyusul mas Bandi yang beranjak ke ruangannya. Mereka ingin membicarakan sponsor dari ayah Vanda. Dan tentu saja mas Bandi senang-senang saja mendengar hal itu.

"Semakin banyak sponsor, kalian harus makin giat latihan." Pria itu mengingatkan.

"Pasti mas." Angger membalas dengan senyumnya.

"Oh iya, laundry-an jersey baru udah di jemput belum?"

Angger dan Vanda saling tatap, sebelum kembali menatap mas Bandi di hadapan mereka.

"Nanti biar saya aja yang jemput mas." Vanda menjawab

"Biar gue temenin." Angger melirik Vanda yang bibirnya seketika tertarik mendengar itu.

**********************************

*
Jangan lupa vote dan komen yaw. Sesederhana itu gue sudah merasa dihargai =)

Secretly Dating (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang