Vanda memasang seatbelt saat dia dan Angger keluar dari showroom produsen sepatu itu dan masuk ke dalam mobil. 20 pasang sepatu kini sudah memenuhi bangku penumpang mobil mas Bandi.
"Bokap lo baik banget sampe tiap anggota dapet dua sepatu." Ucap Angger saat menginjak pedal gas.
Vanda tersenyum, "Kata Daddy biar bisa ganti-ganti makenya."
Angger balas tersenyum, "Pilihan gue keren nggak?"
Tadi pegawai produsen sepatu itu memberikan 4 pilihan model dan warna sepatu, 1 model sebelumnya sudah diputuskan bersama-sama dan satu lagi dipilih oleh Angger, karena sebelumnya mereka mengira hanya mendapat masing-masing 1 sepatu.
"Pada dasarnya merk sepatu itu modelnya keren-keren semua. Lo milih sambil tutup mata, pasti dapat yang keren juga." Jawab Vanda.
"Iya sih." Angger terkekeh di tempatnya. "Lo masih ada perlu di sekolah?" Kepala cowok itu menoleh saat berhenti di lampu merah.
"Nggak sih. Tadi gue udah nitip tugas sama Arum dan Lesta."
"Soalnya kalo balik ke sekolah, beberapa menit setelah sampe sekolah pasti udah bubaran juga. Langsung gue antar pulang aja ya?"
"Trus mobil mas Bandi?"
"Tadi mas bandi kirim pesan ke gue, dia bawa motor gue pulang, jadi besok gue ke sekolah pake mobil ini."
"Lo sedekat itu sama mas Bandi?"
Angger mengangguk, menginjak gas saat lampu sudah berganti hijau. "Bukan sama gue doang sih, tapi ke semua anggota. Mas Bandi tuh menempatkan dirinya kek Abang kami semua."
"Kelihatan sih, kalian nyaman banget sama mas Bandi."
"Bahkan gue, Bio dan Difki sering nginep di rumah mas Bandi kalo istrinya lagi ke rumah orang tuanya." Angger membelokan mobil ke arah tempat yang sering dia kunjungi. "Eh lo laper nggak?"
"Laper sih."
"Kita makan dulu yuk, gue kasih tahu tempat makan nasi goreng paling enak."
Begitu mobil yang mereka tumpangi sampai di tempat yang Angger maksud, cowok itu langsung memarkir mobil di bawah pohon. "Lo bisa makan di tempat begini kan?" Kepala Angger menoleh ke kiri setelah memutar kunci untuk mematikan mesin mobil.
"Bisa kok! Yuk, gue udah laper banget." Vanda segera membuka pintu mobil dan keluar.
Angger tersenyum di tempatnya lalu bergerak untuk ikut keluar.
Jujur saja, ini pertama kalinya Vanda makan langsung di pinggir jalan. Kalau makan makanan pinggir jalan sih, sering. Vanda suka minta di belikan pada asisten rumah tangganya. Tentu saja secara diam-diam agar Neneknya tidak tahu dan berakhir memarahinya. Wanita tua itu paling serius bila sudah membicarakan kebersihan. Menurutnya, makanan pinggir jalan diragukan kebersihannya. Dia tidak tahu saja kalau makanan seperti itu adalah makanan yang enak.
"Seharusnya tadi gue pesan setengah aja, gue nggak tahu kalo porsinya sebanyak ini." Vanda menatap piringnya yang membumbung.
"Lo nggak bisa habisin semuanya?"
Kepala Vanda menggeleng.
Angger mendekatkan piringnya ke piring Vanda. "Kasih gue aja."
Tangan Vanda bergerak untuk memindahkan separuh nasinya ke piring Angger. "Gue nggak suka kerupuk juga." Dia menatap Angger lagi.
Angger yang sudah menarik piringnya kembali menggesernya mendekat ke arah piring Vanda. "Kenapa lo nggak suka kerupuk?" Cowok itu bertanya dengan mulut penuh kerupuk.
"Berisik nggak sih?"
Perlahan, Angger berhenti mengunyah. Dia meraih air dan meneguknya. Menelan kerupuk yang sudah melunak di dalam mulutnya.
"Ya nggak apa-apa juga kalo lo makan, maksud gue, gue yang berisik kalo makan kerupuk."
"Oh..." Cowok itu segera meraih kembali kerupuk di piringnya.
Dan Vanda terkekeh untuk itu. Tangannya kemudian menggerakan sendok dan garpu untuk memakan ayam pangganganya dengan semangat. Makanan favoritnya.
Angger yang melihat itu tersenyum. "Enak nggak?"
"Banget!"
Tiba-tiba cowok itu memindahkan ayam miliknya kepiring Vanda.
Vanda mengangkat kepala, alisnya menyatu. "Lho?"
"Buat lo aja, gue udah sering makan."
Bibir Vanda tertarik. "Makasih."
"Kalo lo mau nambah, bilang aja. Gue habis jebol celengan."
Dan keduanya tertawa untuk joke itu.
Sambil menghabiskan ayam di piringnya, Vanda mencuri pandang pada Angger yang sibuk dengan nasi goreng di hadapannya. Bibir cewek itu tertarik, sikap tidak jaim milik Angger membuat cowok itu berlipat-lipat lebih menarik di matanya. Entahlah, mungkin karena Vanda baru pertama kali bertemu cowok seperti Angger.
Selesai dari tempat makan -yang membuat Vanda makin baper-, Angger segera mengantar Vanda ke rumahnya.
"Lo cewek pertama yang gue anter pulang pake mobil." Tak ada maksud apa-apa dalam ucapan itu. Angger hanya ingin memberitahu Vanda yang sebenarnya.
"Emang seberapa banyak cewek yang lo anter pulang?" Vanda sudah keluar mobil dan berdiri di samping Angger di balik kemudi.
"Lo mau tahu banget?"
Vanda terkekeh. "Keknya bakal sampe malam kalo lo sebutin satu-satu."
Kini giliran Angger yang terkekeh. "Muka gue emang mendukung gue buat jadi playboy, tapi gue nggak kek gitu." Angger ingin Vanda mempercayai kenyataan yang baru saja dia ucapkan.
"Oh ya?"
"Iya oh!"
Vanda tertawa keras, "Udah sana pulang, ntar macet."
"Apa lo juga mau jadi cewek pertama yang gue jemput pake mobil?"
"Ha?"
"Besok gue jemput ya."
Bibir Vanda tertarik tanpa permisi. YA MAU LAH!
"Lumayan menghemat bensin sopir lo."
Kepala Vanda mengangguk begitu saja.
"Yaudah gue pulang dulu."
"Hati-hati."
"Ntar kalo gue udah hati-hati dan gue kenapa-kenapa, gue akan telfon lo."
Bibir Vanda makin tertarik. Jika sekarang ada Lesta di sini, sudah pasti cewek itu akan mengomeli Vanda dengan senyumnya itu.
'Senyum lo udah kek orang yang nggak ketahuan habis liat jimat pas ulangan!' Suara Lesta seakan menggema di telinganya.
"Tapi kalo gue udah hati-hati dan gue baik-baik aja, gue nggak akan telfon lo."
"Kenapa?" Kening Vanda berkerut.
Bibir Angger tertarik dan Vanda menyesal sudah bertanya seperti itu.
"Mungkin gue akan kirim pesan biar lo nggak nungguin gue telfon."
"Ngarep banget lo!"
Angger tertawa, matanya menyipit dan Vanda terpesona begitu saja. Seperti yang sudah-sudah.
"Yaudah, gue pulang dulu, biar senyum lo nggak makin lebar. Daaa..."
Belum sempat Vanda mengomel, cowok itu sudah menjauh dengan mobil Mas Bandi yang dia kendarai.
Meninggalkan Vanda dengan senyumnya yang sudah sangat lebar sampai mulutnya pegal sendiri.
Apa perlu gue kerok ini mulut biar nggak pegel lagi?
YHAAAA
**********************************
*
Jangan lupa vote dan komen yaw. Sesederhana itu gue sudah merasa dihargai =)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretly Dating (Completed)
Teen Fiction"Jodoh nggak akan lari ke mana, paling ke temen." - Angger. Apa jadinya jika kalian ada di posisi menyukai gebetan teman sendiri? Ingin memiliki, tapi semuanya tidak akan mudah. Tidak ingin memiliki? Nyatanya hanya membohongi diri sendiri. Ini tenta...