Mulmed : Angger Agastyan
***********************************VANDA dan dua sahabatnya kini sedang duduk di kantin, sibuk masing-masing sambil menunggu bakso mereka. Lesta sibuk dengan ponselnya sambil senyum-senyum sendiri. Tentu saja saling berbalas pesan dengan sang pacar, seakan dunia milik berdua. Yang lain halu.
Arum sibuk menyalin tugas yang akan dikumpul setelah jam istirahat selesai di sebelah Vanda.
Lalu Vanda, cewek itu memperhatikan orang yang berlalu lalang melewati kantin. Ponselnya mati karena kehabisan baterai. Dan tidak ada powerbank dalam hidup Vanda. Hanya agar dia tidak selalu terpaku pada layar canggih itu.
Hah, boring banget! Cewek itu mengeluh dalam hati. Dia melipat tangan di atas meja lalu meletakan dagunya di sana.
Matanya berhenti pada cowok yang sedang nongkrong di gerobak cendol bersama teman-temannya. Siapa yang tak kenal dia. Namanya Angger Agastyan, kapten basket dan tampan. Hanya itu yang Vanda tahu. Walaupun Angger itu teman dekat Bio, tapi Vanda dan dia tidak pernah bicara. Dia tidak pernah bergabung jika Bio dan teman-temannya bergabung dengan Vanda di kantin.
Pelayan kantin datang dan meletakan pesanan di meja. Saat itulah Vanda, Arum dan Lesta saling tatap, lalu tangan mereka bergerak cepat untuk memperebutkan botol saus sambal.
Dengan tawa yang menggelegar, ketiga cewek itu terus berusaha agar mendapat kesempatan memencet botol saus duluan. Sesibuk apapun mereka, jika sudah di kantin dan pesanan datang, hal wajib yang harus dilakukan adalah berebut botol saus sambal.
Dengan sengit ketiganya menggenggam botol itu hingga saking semangatnya, Vanda meremasnya dengan kuat dan....
isi saos sambal itu keluar,
terarah ke kiri.
Kepala mereka berputar, mendapati seorang cowok dengan saus sambal yang kini menghiasi rambutnya.
Mata Vanda berkedip, lalu menelan ludahnya. Mengangkat kepala, matanya berada satu garis dengan sepasang bola mata coklat tua itu. Cowok yang berapa menit lalu dia perhatikan, kini ada di hadapannya.
"Maaf." Cicit Vanda penuh rasa bersalah.
Angger mengalihkan bola matanya ke atas, lalu setetes saos sambal hinggap di ujung hidungnya yang mancung.
Dengan cepat Vanda meraih tissue, mengangkat tangannya tinggi-tinggi berniat membersihkan hidung Angger. Mata mereka kembali bertemu tapi Vanda cepat-cepat mengalihkan pandangan. Lalu kakinya berjinjit, hendak membersihkan rambut Angger. Tapi sudah lebih dulu cowok itu mengambil tissue di tangan Vanda dan membersihkan rambutnya sendiri.
Tangan Angger beralih mengambil air mineral di meja lalu menunduk, menyiram bagian depan rambutnya yang terkena saos sambal.
Mengangkat kepala, Angger mengibas rambutnya yang basah dengan santai. Sudah seperti model-model di iklan.
Glek! Vanda menelan ludah. Lagi.
"Nggak papa." Ucap Angger yang membuat Vanda tersadar dan kembali ke dunia nyata.
Mata cewek itu berkedip cepat saat Angger tersenyum padanya. Selanjutnya Angger berlalu melewati Vanda. Kepala cewek itu berputar mengikuti arah kemana Angger pergi tanpa dia sadari.
Cowok itu menuju kasir dan berbalik dengan sebotol air mineral di tangan. Kakinya melangkah kembali mendekat ke arah Vanda sambil mengulurkan Air mineral itu. "Tadi gue udah make air lo." Ucapnya menatap mata Vanda.
"Itu air gue yang lo pake! Kenapa malah gantinya ke Vanda sih?" Lesta mendengus, menatap Angger yang kini balas menatapnya.
Angger menghela nafas, "Iya, sama-sama." Balasnya tak nyambung sambil berlalu.
"Gue nggak bilang makasih ya!" Lesta meneguk air mineral itu sambil terus menoleh ke arah Angger.
Angger terkekeh, terus melangkah menjauh, tak lupa mengangkat sebelah tangannya. "Jangan sampai tersedak!" Teriak cowok itu setelah keluar dari kantin.
"Ngapain juga gue kese UHUK UHUK!" dan begitu saja, Lesta sudah terbatuk-batuk karena tersedak. Seakan ucapan Angger barusan adalah kutukan. Arum yang duduk di sebelahnya sudah tertawa memegangi perutnya.
Dan Vanda, cewek itu sedari tadi memperhatikan punggung Angger yg menjauh. Bibirnya tertarik kecil entah kenapa.
Angger kembali ke tempat nongkrongnya di tempat tukang cendol. Dia menatap Vanda dari tempatnya duduk.
"Mana air gue?" Difki dengan wajah merah padam duduk di hadapan Angger. Sebelas duabelas sama tomat matang yang nyaris busuk.
"Ha?" Angger menatap Difki sejenak sebelum teringat apa tujuannya ke kantin tadi.
Berinisiatif membelikan air mineral saat Difki tersedak cendol karena tertawa terbahak-bahak hingga cendol itu keluar dari hidungnya. Awalnya Angger dan Bio ikut tertawa keras melihat itu, tapi saat Difki langsung berhenti tertawa dengan wajah merah padam, barulah keduanya langsung panik. Kan nggak lucu kalo Difki mati gara-gara keselek cendol. Mana keluar dari hidung lagi. Mendengarnya saja, Angger ikutan malu.
"Mana air gue?" Tagih Difki lagi.
Kepala Angger menoleh kanan kiri mencari sekiranya ada air mineral.
"Kan nggak ada air di sini, air Mang Cep udah habis, makanya lo ke kantin mau beliin? lo lupa? Kebentur di mana pala lo?" Bio datang dengan sebotol air mineral dan memberikannya pada Difki.
Karena Bio merasa kantin terlalu jauh, makanya dia ikut berinisiatif mencari air di tempat yang lebih dekat. Dia masuk ke kelas terdekat dan meminta air mineral pada cewek-cewek yang langsung memberikannya karena cowok itu adalah Bio. Bio si mantan kapten basket. Dan itu sudah cukup untuk mereka merelakan sebotol minuman.
Angger menatap wajah Difki saat cowok itu langsung meneguk air itu dengan cepat. Angger awalnya ingat apa tujuannya ke kantin, tapi entah kenapa dia jadi memberikan air mineral itu pada Vanda. Salahkan saja tatapan mata cewek itu yang seakan menghipnotisnya. Tuh kan, gue kepikiran! Angger membatin.
"Dikantin air nya habis juga?" Bio bertanya.
"Hm." Jawab Angger pendek.
"Keramas di mana lo?" Difki yang sudah mendapatkan kembali semangat hidup setelah meneguk air, menatap Angger heran.
Angger membuka mulutnya lalu menutupnya lagi. Bingung harus menjawab apa. "Panas. Gue cuci muka di wastafel kantin." Ucapnya saat akhirnya menemukan alasan.
Kedua sahabatnya hanya ber-oh ria.
"Pelan-pelan Malih! ntar keluar lagi tuh cendol." Bio mengingatkan Difki sambil menepuk bahu cowok itu saat dia kembali meminum air mineralnya.
Bio beralih menatap Angger. "Kalo sampe tadi cendol itu keluar dari hidung Lo Ger, wah gue-"
Air dimulut Difki langsung saja menyembur, membasahi wajah Angger dan Bio di hadapannya. Bayangan cendol yang keluar dari hidung Angger bak cacing warna-warni tak kuasa membuatnya menahan tawa.
"BUAHAHAHAHAH PASTI LUCU BANGET!!! HAHAHAH!"
Sama sekali Difki tidak peduli saat wajah kedua sahabatnya yang kini sudah siap memiting kepalanya.
**********************************
*
Jangan lupa vote dan komen yaw. Sesederhana itu gue sudah merasa dihargai =)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretly Dating (Completed)
Teen Fiction"Jodoh nggak akan lari ke mana, paling ke temen." - Angger. Apa jadinya jika kalian ada di posisi menyukai gebetan teman sendiri? Ingin memiliki, tapi semuanya tidak akan mudah. Tidak ingin memiliki? Nyatanya hanya membohongi diri sendiri. Ini tenta...