DIFKI dan dua cowok lainnya menjadi orang pertama yang sudah siap-siap di depan garis start. Mereka bersiap untuk lari keliling lapangan sebanyak 5 putaran.
Vanda juga sudah siap dengan stopwacth di ponselnya, berdiri di ujung garis start dengan sebelah tangan menghalau sinar matahari. "Ready? Satu... Dua... Tiga..."
Ketiga cowok itu langsung berlari cepat sekuat tenaga. Bertaruh untuk menjadi pemenang. Begitu sampai di garis finish, Vanda mencatat kecepatan waktu masing-masing dari meraka.
Selanjutnya Vanda melakukan hal itu hingga semua anggota selesai.
Jam sudah menunjukan pukul 3 sore saat dia melirik jam tangan. Setengah jam lagi bel pulang akan berbunyi. Dan kini Vanda dengan semua anggota team sedang duduk di bawah pohon. Keringat sudah membasahi tubuh mereka. Termasuk Vanda. Cuaca hari ini sangat panas. Beberapa anggota mulai bangkit untuk ke kantin karena lapar. Makan di jam istirahat tadi tidak cukup bagi mereka karena sudah seharian latihan.
Angger baru saja pergi karena ada keperluan ke ruang guru. Sepulang sekolah nanti cowok itu akan ikut kuis susulan.
Bio yang kembali dari toilet bersama Difki duduk di sebelah Vanda. "Ke kantin yuk?"
Vanda menggeleng, "Gue nggak laper, gue mau nunggu Mas Bandi, nanti dia bingung lapangan kosong, lo sama Difki makan aja."
"Beneran?"
Vanda mengangguk.
"Lo mau gue beliin apa? Snack apa gitu?" Bio bangkit sambil menatap Vanda.
"Nggak usah, udah sana." Cewek itu mendorong pinggang Bio pelan.
"Ekhm!" Difki menginterupsi keduanya. "Ah gue duluan aja, jadi obat nyamuk mulu gue. Tinggal dibakar aja biar ada gunanya." Cowok itu menjauh dari keduanya.
"Yaudah, gue ke kantin ya, nggak lama kok." Bio menoleh sambil menyusul Bio.
Bola mata Vanda beralih pada kelasnya yang ada di lantai 2. Bibirnya tertarik perlahan.
Seru juga jadi manager team, luamayan. Nggak masuk kelas sejarah yang bikin ngantuk. Arum sama Lesta pasti iri banget deh sama gue. Ucapnya dalam hati.
Kepalanya memperhatikan pagar sekolah. Menunggu Mas Bandi datang karena cewek itu ingin memberikan hasil kerjanya hari ini.
Lalu tiba-tiba suatu desakan bernama buang air kecil membuat Vanda harus segera ke toilet. Cewek itu meletakan buku progres di bangku tempat dia duduk.
Siapa juga yang mau ngambil ini buku, amanlah ya di sini. Pikirnya saat akhirnya melangkah menjauh menuju toilet.
Sekembalinya cewek itu dari toilet, matanya menangkap sudah ada beberapa anggota yang ada di lapangan.
Tampak Angger juga yang sekarang sedang tertawa saat berbincang dengan anggota team. Cowok itu sudah menyandang tasnya di punggung.
"Lo dari mana?" Angger menoleh saat Vanda melewatiya.
"Toilet."
Angger ber-oh ria. "Mas Bandi nggak balik lagi ke sekolah dan katanya kita boleh langsung pulang kalo bel udah bunyi."
Vanda mengangguk, matanya sibuk mencari buku progres yang tadi di letakannya di bangku. Hingga saat akhirnya bel berbunyi, Vanda masih sibuk mencari benda itu.
Anggota team sudah bubar sejak tadi, dan siswa lainpun mulai keluar dari kelas masing-masing. Begitu juga dengan Angger, dia sudah bertemu guru yang akan memberinya kuis.
"Lo nggak pulang?" Bio muncul bersama Arum dan Lesta yang sudah membawakan tas Vanda.
"Iya, kan nunggu sopir gue." Sama sekali dia tidak menoleh. Kini kekhawatiran hinggap di dirinya jika buku progres itu benar-benar hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretly Dating (Completed)
Teen Fiction"Jodoh nggak akan lari ke mana, paling ke temen." - Angger. Apa jadinya jika kalian ada di posisi menyukai gebetan teman sendiri? Ingin memiliki, tapi semuanya tidak akan mudah. Tidak ingin memiliki? Nyatanya hanya membohongi diri sendiri. Ini tenta...