Di kamarnya, Angger berbaring menatap langit-langit dengan tatapan kosong.
Rasa patah hati masih sama seperti terakhir kali cowok itu merasakannya.
Sakit dan menyedihkan.
Perasaan yang sama dulu juga dia rasakan saat kekasihnya saat itu harus pindah keluar kota. Cewek itu tidak percaya dengan hubungan jarak jauh yang diusulkan Angger. Dia lebih memilih untuk meminta putus.
Angger itu banyak yang suka, sekalipun cowok itu bukan tipe penggoda, tapi siapa tahu dia akan tergoda? Begitu pikir cewek itu.
Bukan hanya Angger yang patah hati saat itu, dia juga patah hati. Tapi mereka harus memilih jalan terbaik agar sama-sama tidak makin menyakiti.
Angger bukan tipe cowok yang mudah mengantikan seseorang di hatinya. Iya, dia sedikit melankolis jika sudah berkaitan dengan perasaan. Butuh waktu lama baginya untuk bisa membuka hati lagi.
Lalu Namya hadir, kakak kelasnya yang menjadi anggota tetap grup olimpiade sekolah bersama Jip.
Mereka sering bertemu karena Angger suka menemui Jip di ruangan eskul.
Awalnya Angger kira, Namya menyukai Jip yang terlihat sepadan dengannya. Tapi ternyata dia salah. Di suatu hari saat Angger hendak pulang dengan motornya, Namya mendatanginya dengan sebuah coklat, menyatakan perasaanya dan pergi begitu saja.
Angger kala itu hanya terkekeh. Dan mereka makin sering bertemu setelah itu. Entah saat Angger menemui Jip, atau saat Namya dengan terang-terangan menghampiri Angger ke lapangan saat cowok itu latihan basket. Angger suka dengan sikap Namya yang baik dan ceria. Tapi angger tak mempunyai rasa yang lebih dari itu. Menurut Angger, mereka lebih cocok sebagai teman. Dengan jujur Angger menyampaikan semuanya pada Namya.
Dan cewek itu terkekeh begitu mendengar ucapan itu dari bibir Angger. "Gue pikir gue udah cantik dan pinter buat bisa nyuri hati lo." Dia menoleh, "tapi gue tahu itu aja nggak cukup. Apa lo nggak suka sama cewek yang terlalu jujur kek gue?"
Angger balas terkekeh, "gue lebih nyaman kalo kita temenan, lo ngerti maksud gue kan? Dan kenapa gue berani bilang begini? Gue nggak mau ngasih lo harapan, cuma itu. Maaf kalo gue bikin lo sedih."
"Lo tahu, bukan cuma sedih, tapi lo udah bikin gue patah hati juga." Namya terkekeh sambil mengusap air matanya yang mulai jatuh.
Angger memeluk cewek itu. "Hidup akan kurang rasanya kalo kita nggak pernah patah hati."
Tiba-tiba pintu kamar terbuka, membuat lamunan Angger terpecah. Dia menoleh dan mendapati sang adik dengan wajah polosnya.
"Kakak, kata Mama ayo makan."
Cowok itu tersenyum, bangkit dan mengikuti langkah Ara dari belakang. Angger menarik kursi, mengambil alih piring berisi nasi yang diulurkan ibunya.
"Gimana perasaanya masuk final lagi?" Sang ayah menoleh saat Angger mengambil sepotong daging semur.
"Biasa aja Pa. Orang sebelumnya udah sering menang juga."
Pria itu terkekeh mendengar jawaban anaknya.
"Mmm... motor baru jadi kan Pa?" Angger langsung bertanya begitu dia mengingat janji sang ayah.
"Motor baru kalo kamu jadi pemain terbaik."
Angger menghembuskan nafas, "Papa nggak pernah nonton sih. Susah jadi pemain terbaik musim ini Pa."
"Oh ya?"
"Ada pemain dari Surabaya, dia keren banget! Angger yakin dia jadi pemain terbaik."
Kepala ayahnya mengangguk. "Motor baru kalo Junius menang."
"Bener Pa?"
"Hm."
Angger tersenyum, setidaknya hari ini ada hal yang membuatnya senang.
Sementara itu, Vanda di rumahnya juga sedang berada di ruang makan, menyantap makanannya dalam diam. Kali ini dia hanya makan malam berdua dengan ayahnya karena sang nenek sedang beristirahat setelah lebih dulu makan.
"Daddy nggak liat Angger ke sini lagi. Dia lagi sibuk banget sama kompetisi ya?"
Kepala Vanda terangkat, "Iya Dad, kan team kita udah masuk final."
"Oh ya?"
"Hm, trus Daddy tahu nggak, team basket kita banyak banget dapat sponsor lho. Beberapa hari lalu Vanda baru ketemu sama pemilik aparel lokal untuk jersey baru team."
"Wow! Keren dong?"
Kepala Vanda mengagguk lagi.
"Kapan-kapan kalau Angger nggak sibuk, ajak dia ke sini lagi. Kita makan bersama lagi."
Vanda tersenyum tipis lalu menunduk menatap piringnya. Cewek itu tidak yakin dengan permintaan ayahnya itu. Kapan dia akan kembali seperti biasa lagi dengan Angger saja, dia tidak tahu.
Setelah selesai dengan makan malam, Vanda menuju kamarnya, segera berbaring di atas ranjang.
Cewek itu membuka galeri foto di ponselnya, menghela nafas saat menatap foto dia dan Angger beberapa waktu lalu yang dia pindahkan dari kamera milik team basket. Tak lupa saat itu Vanda menghapus foto itu dari kamera, hanya agar tidak ada yang berpikiran macam-macam karena foto-foto itu harus diupload di sosial meda resmi milik sekolah.
Kemudian dia menelungkupkan layar ponselnya ke kasur dan berbaring ke kanan. Sebelumnya Vanda pernah merasakan apa yang kini dirasakannya pada Angger.
Tapi itu dulu, saat dia masih SMP. Dan seingatnya rasa itu tidak sebesar rasanya saat ini. Saat itu Vanda lebih memilih untuk bersahabat dengan orang yang juga menyukainya. Bukan berarti Vanda menolak cowok itu. Kata persahabatan menurut Vanda lebih cocok untuknya diumur itu. Dan mereka tidak berhubungan lagi saat mereka sudah memasuki SMA karena tidak lagi di sekolah yang sama. Sesekali Vanda masih teringat cowok itu sebagai cinta pertamanya. Dan hanya itu, karena sekarang kepala dan hatinya hanya diisi oleh cowok bernama Angger Agastyan.
Detik berikutnya, cewek itu dikejutkan dengan dering ponselnya, ada nama Bio di sana.
**********************************
Jangan lupa vote dan komen yaw. Sesederhana itu gue sudah merasa dihargai =)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretly Dating (Completed)
Fiksi Remaja"Jodoh nggak akan lari ke mana, paling ke temen." - Angger. Apa jadinya jika kalian ada di posisi menyukai gebetan teman sendiri? Ingin memiliki, tapi semuanya tidak akan mudah. Tidak ingin memiliki? Nyatanya hanya membohongi diri sendiri. Ini tenta...