Hari ini adalah hari di mana semua anggota team basket melakukan pemotretan untuk banner sekolah. Kini semuanya sudah siap dengan jersey masing-masing.
Dan Vanda selaku manager, sudah disibukan anggota team sejak tadi. Entah itu jersey yang salah ukuran, sebelah sepatu yang tiba-tiba hilang, hingga masalah jerawat. Baru saja cewek itu mengaplikasikan concelar miliknya ke wajah salah satu anggota yang berjerawat, hanya agar terlihat bagus, mengingat banner yang akan dicetak sangatlah besar.
"Makasih ya Van." Senyum cowok yang lebih percaya diri setelah dipermak Vanda itu, mengembang.
Angger yang sedang mengikat tali sepatunya, melirik cowok itu.
"Seharusnya semuka-muka lo pakenya, biar muka lo nggak keliatan sekalian di kamera!"
Cowok yang dituju Angger itu hanya terkekeh, melempar kaos kaki yang dia bulatkan ke arah Angger.
Angger membalas dengan melempar sebelah sepatunya yang langsung dihindari cowok itu.
Vanda menghela nafas, bergerak mengambil sebelah sepatu Angger dan mengembalikannya. Dia duduk di sebelah Angger, kemudian memutar kepala.
"Jangan becanda mulu, orang bentar lagi mau mulai juga."
"Lo nggak sadar barusan dia modusin lo?" Kedua alis Angger naik.
Vanda terkekeh, dia bangkit tapi sebelah tangannya langsung ditahan oleh Angger.
Kepala Vanda menoleh dengan tatapan bertanya.
"Nggak usah pake-pakein itu lagi di muka yang lain. Bodo amat mukanya jerawatan, biar gue aja yang ganteng sendiri!"
Vanda terkekeh lagi, bersamaan dengan munculnya Bio dengan jersey di tangannya.
"Kenapa lo belum pake baju sih?" Kening Vanda berkerut.
"Gue nggak nemu ukuran gue." Balas Bio sekenanya, "temenin gue nyari dong Van."
Vanda melirik Angger, didapatinya cowok itu mendengus pelan.
"Ayo." Dan Vanda membalik badan, beriringan dengan Bio menjauh dari Angger.
Angger meraih sebelah sepatunya, ingin sekali melempar Bio dari belakang. Dan tentu saja itu tidak dia lakukan.
Sesi pertama adalah pemotretan perorangan, dimulai dari Angger selaku kapten. Cowok itu memegang bola basket sambil berpose di depan kamera. Matanya sesekali melirik Vanda dan Bio yang berdiri berdampingan.
Setelah semua anggota difoto perorangan, kini tiba saatnya mereka difoto bersama-sama, tentu saja Angger berdiri di tengah sebagai fokusnya. Selain karena cowok itu adalah kapten basket, juga karena badan dan wajahnya yang memungkinkannya untuk menjadi ikon team basket. Begitu pemotretan itu selesai, semuanya bersiap-siap untuk kembali ke sekolah.
"Van balik sama gue yuk?"
Angger dengan telinga super soniknya mendengar itu saat dia sedang berbicara dengan Mas Bandi. Cowok itu melirik Vanda sekilas sebelum menatap Mas Bandi lagi.
"Pergi sama Vanda aja Mas."
Vanda menoleh ke arah Angger saat mendengar namanya disebut.
"Van, Mas Bandi mau ke pergi kepercetakan buat urusan banner. Lo temenin Mas Bandi ya? Gue nggak bisa karena..." Angger sibuk mencari alasan, "gue mules." Sambungnya kemudian
"Yaudah. Yo, gue harus pergi sama Mas Bandi."
Tak ada yang bisa dilakukan Bio selain mengangguk.
Dan Angger merasa berhasil memonopoli semuanya, walaupun dia tidak bisa balik ke sekolah dengan Vanda, tapi setidaknya cewek itu tidak pergi dengan Bio.
Tiba di sekolah, Angger menuju ruangan basket, menunggu kedatangan Vanda yang pasti akan langsung ke ruangan itu saat dia sampai di sekolah. Dan benar saja, Vanda masuk ke ruangan itu setelah Angger menunggunya cukup lama.
Kening Vanda berkerut begitu mendapati Angger fokus pada ponselnya.
"Lo nggak ke kelas?"
Angger mengangkat kepala, meletakan ponselnya di atas meja. "Gue mau ngomong sama lo."
Vanda duduk di seberang cowok itu dengan wajah penasaran.
"Sebaiknya kita jujur soal hubungan kita, gue-"
Ucapan Angger terhenti saat Vanda langsung memegang tangannya di atas meja. Kemudian cewek itu menghela nafas.
"Walaupun gue juga nggak mau sembunyi-sembunyi gini, tapi untuk saat ini, semuanya akan lebih baik begini."
Angger membuang wajahnya keluar pintu, "gue-"
"Akan ada waktu yang tepat untuk kita bisa jujur tentang semuanya. Dan lo tahu itu bukan sekarang."
"Vannn..."
"Gerrr..."
Angger terkekeh saat cewek di hadapannya itu meniru irama suaranya.
"Gitu dong, ketawa. Seharian ini lo bete mulu mukanya tau nggak."
"Gimana gue nggak bete? Pacar gue dideketin cowok lain!"
"Tapi cuma lo yang bisa nyuri hati gue."
Angger terkekeh lagi, "Lo kebanyakan bergaul sama Lesta tahu nggak. Gue pernah denger dia bilang gitu ke Jip."
Vanda ikut terkekeh.
"Lo cuma boleh deket-deket sama Jip."
"Ha?"
"Cowok yang lain itu cuma modus semua sama lo. Nah Jip, kalopun dia mau modusin lo, dia udah takut duluan dijambak pacarnya."
Keduanya kini tertawa keras.
Saat bel pulang berbunyi, Vanda bergegas mengaitkan tali tasnya ke bahu.
"Eh Van, kita ke mall yuk..." Lesta memasukan bukunya buru-buru.
"Ngapain sih?"
"Ih! Lo kan paling suka kalo gue ajak ke mall! Kita liat-liat skincare baru... yuk! Nail polish jugak!"
"Sama Arum aja tuh!"
Lesta mendengus, "yang ada itu skincare dijadiin buat bersihin hape sama dia!"
Arum menatap Lesta. "Siapa juga yang mau ikut sama lo! Wek!" dia menjulurkan lidah. "Gue mau nonton pilem di rumah! Gue duluan! BYE!" Dan cewek itu berlalu begitu saja.
"Van..." Lesta kembali membujuk Vanda. Bayangan skincare diskon yang semalam dia lihat di katalog online, menari-nari di kepalanya.
"Gue ada urusan."
"Lo mau ke mana?" Bio bangkit, menyandang tasnya.
"Emmm, gue mau pergi sama nenek gue."
Bio ber oh ria, padahal dia ingin mengajak Vanda pulang bareng.
"Yaudah, gue duluan ya!" Bio berjalan melewati Vanda dengan enggan. Dia harus ke ruang majelis guru untuk menyelesaikan remedinya.
Vanda beralih menatap Lesta, "Lain kali ya kita pergi, bye..." dan dia ikut menghilang di balik pintu.
"Rese banget sih gue punya temen! Nggak asik tahu nggak!" Lesta memasang raut kesal.
Di jalan menuju gang, Vanda melirik kanan kiri kemudian melangkah cepat menuju gang tempat Angger menunggu.
Bio yang melihat itu dari tempat parkiran, mengikuti Vanda dari belakang. Dan secepat kilat, Vanda sudah menghilang.
Alis Bio menyatu, "dia nggak diam-diam pergi sama cowok lain kan?"
**********************************
Hayo... apa Bio mulai curiga?*
Jangan lupa vote dan komen yaw.Sesederhana itu gue sudah merasa dihargai =)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretly Dating (Completed)
Teen Fiction"Jodoh nggak akan lari ke mana, paling ke temen." - Angger. Apa jadinya jika kalian ada di posisi menyukai gebetan teman sendiri? Ingin memiliki, tapi semuanya tidak akan mudah. Tidak ingin memiliki? Nyatanya hanya membohongi diri sendiri. Ini tenta...