Jadwal di hari sebelum pertandingan selanjutnya, diisi anggota dengan latihan ringan. Mas Bandi tidak mau membuat anggota team terlalu kelelahan. Jadilah hari ini pria itu mentraktir semua anggota.
Makan mie ayam sepuasnya untuk kerja keras mereka belakangan ini.
Mereka makan di bawah pohon menikmati semilir angin di siang hari.
"Enak ya..." Difki menyuap mie ayamnya dengan suapan besar.
"GRATISSSS!!!!" Seru Angger dan Bio berbarengan, membuat mereka tertawa untuk gurauan itu.
Bio menyendok mie dari mangkoknya lalu mengulurkannya ke arah Vanda, "Punya gue enak deh Van."
"Kan punya kita semua sama." Alis Vanda menyatu
"Tapi keknya punya gue lebih enak."
Emang jago modus ya lo! Angger melirik Bio.
Vanda terkekeh, menatap sekelilingnya. Semua anggota kini sibuk dengan mangkok masing-masing.
Tak tega dengan tangan Bio yang terus terulur, perlahan cewek itu mendekat, hendak membuka mulutnya sebelum akhirnya Angger membelokan tangan Bio mengarahkan ke mulutnya.
Angger mengunyah mie itu dengan santai, "wah iya punya lo lebih enak!" Angger tersenyum menatap Bio yang kini juga menatapnya sambil mendengus.
"Tapi punya gue juga enak sih." Angger ikut menyendok mie dari mangkoknya, mengarahkannya pada Vanda.
Cewek itu menatap Angger dan Bio bergantian. Lalu secepat kilat Difki sudah melahap mie dari sendok Angger begitu saja.
"Wah iya enak! Gue mau lagi dong..."
Angger terkekeh, kembali menunduk dan sibuk dengan mangkok mie ayamnya.
Bio melirik Angger sambil menyipitkan mata. Nggak ketemu Namya beberapa hari bikin dia eror begitu? Kepala Bio menggeleng-geleng sambil melanjutkan makannya.
Ya itulah Bio, sama sekali cowok itu tidak mencurigai Angger. Salahkan saja sifat polos Bio. Cowok itu memang tipe orang yang peka, hanya saja dia tipe orang yang selalu berpikiran positif. Setiap Angger dan Vanda pergi bertemu sponsor atau apa, tidak pernah dia bertanya apa saja yang mereka lakukan. Angger menyukai Vanda? Mana mungkin, Angger itu sahabatnya, dan Angger tahu pasti bahwa Bio menyukai cewek itu. Angger tidak akan macam-macam.
Walaupun Mas Bandi tidak meminta anggota team untuk kembali latihan, tapi mereka tetap melakukan latihan ringan. Selain untuk tetap menjaga kebugaran karena akan bertanding besok, juga karena sebagian dari mereka malas untuk masuk kelas.
Begitupun Vanda, cewek itu masih duduk bawah pohon dengan ponsel di tangannya. Ikutan malas masuk kelas.
Berkaca pada layar benda pipih itu, kini poninya dia jepit dengan jepitan pemberian dari sang Ayah. Untung saja jepitan itu bagus, terlihat sangat elegan. Bayangkan saja jika Vanda memakai jepitan warna warni, pasti Angger sudah mengatainya seperti tante girang atau perumpamaan lain yang pastinya akan membuat Vanda kesal.
Bio yang tadinya sedang melakukan shooting, melirik Vanda di bawah pohon. Berlari ke pinggir lapangan, cowok itu tersenyum dengan idenya.
"Van, lapin keringat di jidat gue dong, tangan gue kotor." Biarlah alasan itu terdengar murahan, Bio tidak peduli.
Vanda meraih tisue yang selalu dia bawa, mengangkat bokongnya untuk berdiri tegak dan mengulurkan tangannya ke depan.
Dan entah sejak kapan Angger ikut berlari ke tepi lapangan karena kini cowok itu sudah hadir di hadapan Vanda, menutupi badan Bio di belakangnya.
Tangan Vanda yang terulur memegang tisue menempel otomatis di pipi cowok itu. Keduanya saling tatap beberapa detik, sebelum Angger merasakan kepalanya ditoyor dari belakang.
"Lo ngerusak suasana aja sih!" Bio menggeser tubuh Angger dengan sebelah tangannya. Hilang sudah kesempatannya.
"Lo di panggil mas Bandi." Angger masih menatap Vanda. Tak peduli dengan Bio yang kini mendengus sebal.
"Ha? Ada apa?" Vanda berkedip.
Bahu Angger terangkat, "nggak tahu juga."
"Yaudah, gue ke Mas Bandi dulu ya." Cewek itu berlalu begitu saja, meninggalkan Bio yang menatap lunggungnya dengan nanar.
Dan sekali lagi, Bio memukul belakang kepala Angger, membuat cowok itu mengaduh dan berbalik menatap Bio.
"Nggak sadar banget lo gue lagi cari kesempatan!"
Angger hanya diam, alibinya tentang Mas Bandi yang pura-pura memanggil Vanda berhasil juga. Sejak tadi cowok itu sudah memperhatikan Bio yang terus melirik-lirik Vanda. Hingga dia mendatangi cewek itu ke pinggir lapangan dengan alibi tangannya kotor dan tak bisa mengelap keringat sendiri.
Sejak kapan Bio peduli dengan keringatnya?
Jelas sekali modusnya. Angger membatin, kakinya perlahan beranjak dari hadapan Bio, tak lupa balas menoyor kepala Bio sekeras yang dia bisa sebelum berlari meninggalkan cowok yang kini memakinya dengan nama-nama binatang.
Dan Vanda yang kini berdiri di pintu ruangan basket, menatap ke lapangan. Sama sekali Mas Bandi tidak memanggilnya atau apa.
Angger tuh ya, kalo ngerjain gue niat banget! Nyebelin! Batinnya kesal.
**********************************
Jangan lupa vote dan komen yaw. Sesederhana itu gue sudah merasa dihargai =)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretly Dating (Completed)
Teen Fiction"Jodoh nggak akan lari ke mana, paling ke temen." - Angger. Apa jadinya jika kalian ada di posisi menyukai gebetan teman sendiri? Ingin memiliki, tapi semuanya tidak akan mudah. Tidak ingin memiliki? Nyatanya hanya membohongi diri sendiri. Ini tenta...