Untuk pertama kalinya Angger latihan dengan tidak semangat di hari sebelum dia menghadapi final. Saking tidak semangatnya, cowok itu sampai tidak meladeni gurauan Difki. Hanya diam duduk di tengah lapangan. Tak peduli matahari yang sudah tepat di atas kepalanya.
"Kenapa sih lo? Lo kesurupan? Habis kencing di pohon belah mana?!" Difki bangkit saat gurauannya tidak direspon Angger dengan suara tawa yang dia harapkan.
Padahal kan tadi itu lucu banget! Emang gue nggak pake tenaga apa ngelawak gitu?! Gue kan jadi haus! Difki membatin.
"Tunggu di sini, biar gue ambilin air sumur biar lo sadar!" Dia menepuk bahu Angger yang kini menunduk.
Vanda yang melihat itu dari bawah pohon sejak tadi, tak melepaskan matanya dari Angger. Kini cewek itu sedang duduk bersama Bio.
Angger tahu itu, dia hanya pura-pura tidak melihat, hanya agar hatinya baik-baik saja. Tapi nyatanya dia tidak bisa membohongi perasaannya yang sudah robek sekarang.
Bio nembak Vanda dan sekarang mereka duduk berdua. Apalagi kalau bukan karena mereka sudah jadian?
Angger menghela nafas panjang, lalu dia mengangkat kepala saat sebuah sepatu mendekat, sepatu yang sangat dia kenali.
Tangan cewek itu mengulurkan sebotol air mineral, "cuma lo yang belum ambil minum."
Angger menetap wajahnya sebelum akhirnya menerima air mineral itu.
"Di sini panas, lo bisa aja demam." Ucapnya mulai khawatir.
Angger menunduk sejenak, lalu bangkit, berjalan beriringan dengan cewek itu ke pinggir lapangan.
Di pinggir lapangan, senyum Bio langsung menyambut Angger. "Gue pikir lo kesurupan diem di tengah lapangan siang bolong begini." Cowok itu beralih terkekeh.
Angger ikut duduk di bangku bawah pohon itu, meneguk minuman di tangannya dalam diam.
"Kalo tadi gue nggak nyemperin lo ke lapangan, lo pasti masih duduk di sana." Kepala Namya berputar ke arah Angger
"Lo sakit?"
Angger hanya diam, membiarkan Namya menempelkan punggung tangannya ke kening cowok itu.
Vanda hanya menunduk di sebelah Bio, menatap sepatunya dalam diam.
"Lo udah makan?"
Kepala Angger menggeleng, padangannya masih lurus ke depan.
Diam-diam Vanda melirik cowok itu dari ujung matanya.
"Gue beliin makanan ya? Tunggu di sini, gue nggak akan lama." Dan begitu saja, Namya sudah berlari kecil ke arah kantin.
Tak lama setelah kepergian Namya, tiba-tiba Bio bangkit, "gue ke toilet bentar ya?"
Kepala Vanda mengangguk begitu badan Bio menjauh.
Kini Vanda terang-terangan memutar kepalanya untuk menatap Angger. "Kemaren lo langsung pulang?"
Angger menoleh, menatap Vanda beberapa detik dalam diam, lalu kembali menatap lurus ke depan.
Benar, perasaan Angger tidak baik-baik saja. Apalagi setelah baru saja menatap wajah cewek itu.
"Hm."
Angger tidak tahu bagaimana dia harus menjawab pertanyaan Vanda. Mau jujur kenapa dia pulang lebih dulu karena patah hati atau bohong? Tapi Angger tidak menemukan alasan yang cukup masuk akal.
"Padahal ada acara makan-makan kemaren." Vanda memaksakan sebuah senyuman.
Angger kembali menoleh, "nyokap gue udah nunggu gue dengan masakannya. Dia tahu team kita masuk final."
Nyatanya alasan yang dia buat kemarin saat Difki bertanya kembali dia keluarkan. Angger tidak benar-benar berbohong. Sang ibu memang memasak, tentu saja untuk makan malam. Hanya saja, mungkin keluarganya tidak benar-benar menunggunya untuk merayakan kemenangan semifinal itu.
Lagi-lagi Angger menatap mata Vanda. Seakan ingin menyampaikan apa yang kini dia rasakan.
Gue...
patah hati Van...
dan itu karena lo.
Detik berikutnya cowok itu memalingkan wajah ke mana saja, lalu bangkit saat melihat Namya mendekat.
"Gue ke sana dulu."
"Hm." Gumam Vanda kembali memaksakan senyumnya.
Diperhatikannya pungung Angger yang menjauh hingga akhirnya cowok itu berjalan beriringan dengan Namya.
Gue...
cemburu Ger.
Angger menoleh ke belakang, melihat Vanda menatap lurus ke depan.
"Kenapa kita nggak makan di sana aja? Gue juga beli makanan buat yang lain." Namya melirik kantong yang kini ada di tangannya.
"Gue lagi laper banget, bagian mereka buat gue aja. Stttt..." Angger meletakan telunjuknya di bibir yang membuat Namya terkekeh.
Mencoba bersikap seperti biasa di depan Namya hanya agar cewek itu tidak membuang-buang energinya untuk khawatir.
Di tempatnya, Vanda menghela nafas panjang.
Bahkan lo bikin dia ketawa Ger.
**********************************
Jangan lupa vote dan komen yaw. Sesederhana itu saya sudah merasa dihargai =)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretly Dating (Completed)
Teen Fiction"Jodoh nggak akan lari ke mana, paling ke temen." - Angger. Apa jadinya jika kalian ada di posisi menyukai gebetan teman sendiri? Ingin memiliki, tapi semuanya tidak akan mudah. Tidak ingin memiliki? Nyatanya hanya membohongi diri sendiri. Ini tenta...