Hari perdana kompetisi akhirnya datang juga. Semua anggota kini sudah siap dengan jersey yang melekat di tubuh masing-masing.
"Untuk kesuksesan kita hari ini, mari berdoa menurut agama masing-masing." Ucap Mas Bandi setelah memberi sedikit arahannya.
Semua menunduk untuk merapal doa, berharap kemenangan di pertandingan perdana mereka.
"Selesai." Ucap mas Bandi kemudian, tangannya dia ulurkan ke depan dan tangan-tangan anggota pun menyusul setelah itu.
Vanda meletakan tangannya di atas tangan Difki. Dan begitu saja, Angger meletakan tangannya di atas tangan Vanda.
Cewek itu hanya diam, sama sekali tidak melirik Angger yang kini menatapnya.
"...kita nggak boleh anggap remeh lawan, sekalipun lawan yang sudah pernah kita kalahkan. Ini team, yang berarti kita harus bekerja sama, hilangkan ego." Mas Bandi menatap wajah anak didiknya satu persatu.
"SUKSES!!!" Mereka berteriak sambil mengayunkan tangan yang tadu ditumpuk.
Angger dan Difki masuk dalam started. Sedangkan Bio, dia akan bermain di kuarter kedua.
Otomatis kini cowok itu duduk di bench bersama Vanda dan mas Bandi.
Bukan karena Bio tidak lebih baik dari para started, justru karena Bio punya stamina yang lebih, makanya cowok itu akan bermain di kuarter penting. Sedangkan Angger, cowok itu akan bermain sebagai strated juga di kuarter 3 dan 4.
Bio yang sudah duduk di bench, menolehkan kepala ke kiri, dia tersenyum menatap wajah Vanda dari samping.
Seperti biasa, sangat cantik. Batinnya
"Van?"
"Hm?" Kepala Vanda bergerak.
"Gue makin semangat kalo ada lo di sini."
Bibir Vanda otomatis tertarik, "Oh ya?"
Kepala Bio mengangguk, senyumnya makin lebar.
"Berarti lo harus bikin team kita menang hari ini."
"Pasti."
Keduanya kembali melempar senyum.
Dan tak hanya Angger yang kini memperhatikan keduanya, tapi juga ada Rei yang akan membuka pertandingan bersama anggota cheers. Wajah cewek itu seketika berubah masam di tempatnya.
Sepanjang pertandingan, mata Angger sesekali terarah pada Vanda.
Dan cewek itu? Dia terus terlibat obrolan dengan Bio.
Hingga akhirnya kuarter pertama selesai, semua anggota menuju ke arah mas Bandi, mendengarkan strategi pria itu dengan seksama.
Bio akhirnya masuk dikuarter 2 bersama 1 anggota lainnya menggantikan Angger.
Kapten basket itu kini meraih handuk kecil dan menutupi pundaknya yang sudah basah oleh keringat. Matanya tertuju pada botol mineral yang diulurkan Vanda dalam diam.
"Makasih."
Kepala Vanda mengangguk, tetap lurus menatap ke depan.
Lalu Angger mengambil tempat duduk di sebelah mas Bandi dan keduanya terlibat pembicaraan serius.
Vanda melirik Angger yang sedikit terhalang oleh badan mas Bandi. Wajah serius cowok itu membuatnya 2 kali lipat lebih tampan.
Bibir Vanda tertarik kecil tanpa sadar. Ganteng sih ganteng, tapi nyebelin! Dia menggerutu dalam hati.
Kembali cewek itu menatap lurus ke depan, mendapati tangan Bio yang bergerak tinggi menyapa. Vanda tersenyum dan Angger yang baru saja melirik cewek itu segera saja mendengus.
Kini dia tidak sepenuhnya lagi mendengarkan mas Bandi.
Dijeda pertandingan, Bio berlari ke pinggir lapangan dan segera saja Vanda mengulurkan air mineral yang diterima cowok itu dengan cengiran lebar.
Dikuarter 4, Angger dan Bio masuk. Keduanya bermain dengan sangat baik, saling bekerja sama untuk menambah point. Keduanya selalu jadi perhatian saat sudah berada kuarter yang sama. Perpaduan yang pas.
Hingga akhirnya point yang meninggalkan jauh team lawan, membuat team sekolah mereka menang. Tak lupa mas Bandi mengusap kepala masing-masing dari mereka.
Bio langsung mengambil tempat duduk di sebelah Vanda. "Gimana? Tadi gue keren nggak?"
Vanda mengacungkan jempol, aksi Bio di luar ekspetasinya. Cowok itu terlihat lebih ahli saat sudah ada di pertandingan sesungguhnya.
Angger yang sedang meminum air mineral, meremas botol itu tanpa sadar. Membuat sebagian air dari dalam botol itu membasahi wajahnya hingga dia kaget sendiri. Dan kini semua mata menatapnya yang sudah salah tingkah.
"Cara baru basuh muka." Ucapnya asal sambil terkekeh bodoh menertawai diri sendiri.
Difki yang berdiri di sebelah cowok itu mengikuti cara yang sama. "Seru ya?" Dia ikut terkekeh.
Bodo lah Dif! Tapi seenggaknya gue nggak malu sendirian! Angger menghela nafas.
"Tadi gue keren nggak?" Tiba-tiba Angger bertanya, sedikit menirukan cara bicara Bio pada Difki.
Alis Difki menyatu, diurungkannya niat untuk meneguk minuman. "Hah?"
Vanda melirik Angger. Keliatan banget sih dia ngeledek Bio, batinnya sambil menahan senyum.
"Pasti lah gue keren." Angger menjawab sendiri pertanyaannya dengan percaya diri.
"Apaan sih lo!" Difki melempar botol kosong di dekatnya ke badan cowok itu, "Namya nggak di sini tapi tetap aja lo flirting!"
Senyum Vanda hilang seketika begitu telinganya mendengar nama cewek itu.
Angger yang memperhatikan perubahan ekspresi Vanda, segera mendorong kepala Difki. "Gue nggak pernah flirting sama cewek mana pun. Mereka aja yang suka flirting sama gue." Mata Angger masih mengawasi Vanda yang kini menatap ke sembarang arah.
"Van, nanti pulang bareng yuk?" Bio tak peduli dengan perdebatan Angger dan difki, kini dia menatap Vanda menunggu jawaban.
Kepala Vanda mengangguk begitu saja.
Angger mendengus keras, di alihkannya kembali pandangan pada Difki, "Dif pulang bareng yuk?"
Lagi-lagi alis Difki menyatu, "Lo nggak pulang sama Namya?"
Angger menghembuskan nafas lebih keras dari sebelumnya. "Apaan sih lo! Kenapa bahas-bahas orang yang nggak ada di sini?!"
Gagal sudah usaha Angger hari ini untuk melunakkan hati Vanda. Kini dia mendapati wajah cewek itu makin bete.
Dan semua gara-gara Difki sialan!
"Yaudah deh, gue pulang sama lo. Gue nggak bawa motor karena bensin gue habis." Difki nyengir.
"Pulang aja lo sendiri!" Angger tiba-tiba bangkit, kemudian berlalu untuk pergi menuju toilet. Dia perlu membasuh muka, setidaknya bisa sedikit merubah raut kesalnya.
"Ger Ger! Atau kasih gue ongkos deh." Difki masih berusaha.
Tapi Angger hanya diam dengan punggung yang makin menjauh.
"Dia kenapa sih?" Difki menoleh ke arah Bio.
"BABnya keras kali!" Balas Bio sekenanya yang dihadiahi tawa oleh Vanda.
Angger yang kemudian menoleh ke belakang, melihat keduanya yang sedang tertawa. Selanjutnya kaki cowok mengayun menendang angin dengan kesal.
Niat banget bikin gue kesel!
*********************************
Jangan lupa vote dan komen yaw. Sesederhana itu gue sudah merasa dihargai =)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretly Dating (Completed)
Teen Fiction"Jodoh nggak akan lari ke mana, paling ke temen." - Angger. Apa jadinya jika kalian ada di posisi menyukai gebetan teman sendiri? Ingin memiliki, tapi semuanya tidak akan mudah. Tidak ingin memiliki? Nyatanya hanya membohongi diri sendiri. Ini tenta...