Secretly Dating ● 10

6.5K 319 3
                                    

Mulmed : Angger latihan.

***********************************

"TIAP latihan kita pasti ada game 5x5, kalo sekarang gue harus jelasin dulu ke lo tentang apa itu three point, two point, one point dan juga semua peraturan basket, pasti akan jadi panjang banget. Jadi, untuk hari ini, gue akan nyebutin perolehan point anggota yang akan lo catet biar lo nggak bingung." Angger menegakan punggung begitu selesai mengikat tali sepatunya. "Gampang kan?"

Vanda mengangguk mengerti. Hari ini Mas Bandi sedang ada urusan. Pria itu meminta pada Vanda untuk menjadi wasit di latihan kali ini. Oleh karenanya, Angger akan membantu karena Vanda benar-benar buta dengan peraturan basket.

Lalu Angger bangkit, menyusul teman-temannya yang sudah lebih dulu ke lapangan.

Tak lama setelah itu Bio muncul sambil menguap lebar. Cowok itu baru saja selesai menganti baju latihannya. Dia terlambat ke lapangan karena ketiduran di UKS yang matrasnya baru di ganti. Pura-pura pusing agar tidak masuk kelas malah membuatnya berakhir ngorok di ruangan kesehatan itu.

"Gue ketiduran di UKS." Bio memberi tahu Vanda sambil melewati cewek itu.

Vanda tersenyum. "Iler lo tuh!"

Bio mengusap ujung bibirnya dengan punggung tangan yang membuat tawa Vanda menyembur. Tentu saja cewek itu hanya bercanda.

Saat akhirnya pertandingan dimulai, Vanda sudah siap dengan buku di pangkuannya dan sebungkus kripik di samping kiri.

"Difki, dua point!" Teriak Angger dari tengah lapangan pada Vanda.

Dengan sigap cewek itu mencatat pada buku progres sambil terus memasang telinganya baik-baik.

"Gue, dua point!"

"Bio, tiga point!"

Dan Angger terus berteriak saat anggota meraih point.

Mata Vanda tak lepas dari cowok itu. Kini Angger mengantung di ring basket begitu dia melakukan dunk. Hanya dengan kaos tipis, celana pendek dan kaos kaki di atas mata kaki, cowok itu sudah terlihat sangat menarik. Belum lagi keringat yang sudah membasahi kaos bagian dadanya.

Sebagai cewek biasa, Vanda mengakui bahwa Angger sangatlah mudah untuk dikagumi.

Badannya yang tinggi serta bentuk tubuhnya yang tidak tertalu berisi membuatnya terlihat sangat pas menjadi seorang pebasket. Didukung dengan wajah yang dihiasi hidung mancung serta garis rahang yang tegas. Belum lagi gaya rambut yang begitu cocok dengan bingkai wajahnya.

Ah, apa sekarang Vanda mulai jadi penggemar Angger?

Perasaan sebelumnya gue lihat dia biasa aja deh? Ganteng, kapten basket dan hanya itu. Vanda sibuk membatin dengan mulut mengunyah kripik.

Tapi hari ini, semuanya seakan berubah, seakan ada sesuatu yang membuat cowok itu punya nilai plus di mata Vanda.

Vanda menutup mata lalu menggeleng-gelengkan kepala. Apaan sih gue, tugas gue di sini buat jadi manager, bukan buat jadi suka sama Angger. Lagi-lagi dia membatin.

Saat perlahan dia membuka mata, senyum Angger lah hal pertama yang dia lihat.

Antara halusinasi dan kenyataan. Vanda mencoba menyipitkan mata saat senyum cowok itu makin lebar.

Lalu tangannya menampar pipinya dengan tak cukup pelan begitu saja. "Aw!" Dia mengaduh, tangannya yang tadi menampar pipinya sendiri kini beralih mengelus naik turun saat merasakan sakit di sana.

Angger masih menatap ke arahnya dan dengan santai mendekat. Vanda mengalihkan pandangan, pura-pura menatap sepatunya. Tidak mau Angger berpikir jika sejak tadi dia memperhatikan cowok itu.

Secretly Dating (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang